Chapter 1

375 41 3
                                    

Lencana Pengadilan Bichuan tergeletak begitu saja di tanah. Bahkan He Xiaohui terkejut melihat putranya melempar lencana yang selalu diimpikannya. Tidak ada yang bisa menghentikan Tuan Muda itu untuk menggendong Li Lianhua di punggungnya. Ia pulang untuk berganti pakaian dan membersihkan luka Li Lianhua sebelum mengangkatnya kembali ke punggungnya. Satu-satunya tujuannya adalah membawa pria itu bertemu dengan Shiniang Li Xiangyi. Dengan langkah pelan dan pasti ia menapaki jalan yang mulai menanjak. Sesekali ia memeriksa kondisi Li Lianhua dan memberinya minum.

"Fang Xiaobao" ujar sosok itu membuka matanya pelan.

"Li Lianhua! Apa kau merasa sakit? Dingin?"

Namun ia tak mendapat jawaban, lelaki itu hanya terdiam menahan sakit. Fang Duobing menyalurkan Yangzhouman kepadanya. Kelopak matanya basah dan air matanya jatuh di tangan lelaki itu.

"Xiaobao kau menangis lagi," katanya.

Pemuda itu menyeka air matanya kasar lalu memeriksa denyut nadinya. Cukup stabil. Lalu mengangkat tubuh itu lagi.

Sejujurnya, ia tak tahu di mana Qin Po tinggal. Ia hanya melangkah maju berharap ia tak berputar-putar. Udara semakin dingin dan ia menarik mantel bulu Li Lianhua lebih dekat. Tak lama kemudian ia melihat sebuah gerbang di antara pepohonan bambu.

"Siapa yang berani mendekat?!" terdengar suara anak panah yang diarahkan padanya. Fang Duobing melangkah mundur dan menyandarkan Li Lianhua di bawah pohon. Anak panah itu kembali dan dia menghunus Erya-jia-nya dan menangkisnya. Li Lianhua yang terbangun oleh suara pedang yang beradu, bangkit dan mendekat.

"Shiniang, ini aku. Li Xiangyi," katanya.

Pintu gerbang terbuka lebar dan sesosok wanita paruh baya berjalan keluar.

"Apakah itu Xiangyi?"

Pria itu bersujud padanya. "Maafkan murid yang tidak berbakti ini."

Wanita itu langsung memeluknya. "Kau masih ingat kami."

Fang Duobing mendekat lalu membungkuk. "Nenek, tolong sembuhkan Li Lianhua."

Wanita itu menatapnya bingung, dia hendak menyela tetapi pemuda itu lebih cepat.

"Dia diracuni oleh Bicha."

Li Lianhua ingin mengutuk mulut pemuda yang jujur itu. Qin Po menatapnya dengan berlinang air mata lalu dia menariknya masuk sementara Fang Duobing mengikutinya dari kejauhan.

"Fang Duobing!"

Pemuda itu menoleh dan melihat Di Feisheng dengan topengnya muncul.

“A-Fei, kenapa kau di sini?! Bagaimana kau bisa menemukan kami?”

Pria itu mendengus lalu berjalan mendekat, "Jika aku tidak mengikutimu maka aku tidak akan menemukan tempat ini."

Pemuda itu terdiam namun mempersilakan pria itu masuk. Sementara itu, Qin Po membawa Li Lianhua ke altar suaminya.

"Aku akan mengurus hal lain," katanya meninggalkannya bersama shifu-nya.

"Shifu, maafkan aku, aku baru saja mengunjungimu," dia berlutut sambil meneteskan air mata.

"Maaf aku tidak bisa menghentikan Shixiong." Dia mencurahkan penyesalannya kepada gurunya hingga Qin Po kembali. Ia memapah tubuh lemas itu ke tempat tidur. Kemudian menyalurkan tenaga dalamnya.

"Tenaga dalamku yang paling mirip denganmu, Xiangyi, biarkan aku membantumu," katanya.

Namun pria itu menyadari apa yang dilakukan wanita itu dan menepisnya, "Aku tidak ingin kau menggunakan kekuatan hidupmu Shiniang!"

"Anak ini! Aku sudah hidup terlalu lama. Setidaknya biarkan aku menebus dosaku karena membiarkanmu hidup seperti ini."

Pria itu bangkit dan hendak pergi,
“Kau tidak akan meninggalkan tempat ini sampai kau benar-benar sembuh”

“Di-Menzhu!”

Qin Po cukup terkejut melihat kedatangan Pemimpin Aliansi Jinyuan di rumahnya. Ia melirik Fang Duobing yang menanggapi dengan anggukan.

Pria itu maju dan membungkuk dan berkata, “Tolong sembuhkan Li Xingyi” lalu ia mengeluarkan sebuah kotak kayu.

“Bunga Wangchuan!”

“Aku pernah bertemu Guan Hemeng sebelumnya dan ia berkata bunga dapat membantu sekitar 30%.”

“Di-Menzhu kau gila!” tetapi ia menotok saraf Li Lianhua.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyia-nyiakan usahaku untuk menemukan benda ini” geramnya.

Qin Po terdiam dan berpikir dalam.

“Mungkin akan berhasil mendapatkan 30% dari bunga ini dan setengah dari milikku”

“Aku juga akan membantu Beifang Baiyang-ku”

Fang Duobing yang mendengar percakapan mereka terdiam. “A-aku akan menyiapkan air hangat!” katanya sambil berlari keluar.

Ia menunggu air yang sedang direbusnya di kompor. Ketika dia hendak menggulung lengannya, dia tanpa sadar menyentuh ikat pinggangnya dan terkejut karena tangannya lengket. Ah. Dia terkena cakar besi.

"Fang Duobing air!!!!"teriak Di Feisheng. Dia buru-buru menurunkan ikat pinggangnya untuk menutupi lukanya.

"Ini airnya"

Sebelum memulai, Qin Po menyuruhnya minum ramuan Bunga Wangcuan. Kemudian dia duduk di belakangnya, tangannya menyentuh punggungnya yang rapuh. Mencari dan mengumpulkan racun dari dalam tubuh. Sementara DI Feisheng menopangnya dari depan dan menyalurkan Beifang Baiyang untuk melindungi jantungnya.

Fang Duobing memperhatikannya dengan cemas. Dia menahan napas saat Li Lianhua memuntahkan banyak darah hitam.

"Li Lianhua…'

"Bertahanlah sedikit lebih lama, Di-Menzhu," kata Qin Po. Keringat dingin menetes di lehernya dan wajahnya menjadi pucat.

"Selesai"

Fang Duobing memapah Qin Po yang goyah itu dan membawanya ke kamarnya untuk beristirahat. Namun sebelum itu, ia memeriksa kondisi muridnya lagi dan memeriksa denyut nadinya.

"Dia baik-baik saja," katanya.

"A-Fei, kau juga harus beristirahat, biarkan aku yang merawat Li Lianhua," kata pemuda itu. Pria itu mengangguk lalu pergi. Fang Duobing bergerak membersihkan wajah Li Lianhua yang berlumuran darah dengan air hangat lalu berganti pakaian bersih dan menutupinya. Ia masih merasa cemas dan memeriksa denyut nadinya lagi. Benar saja, denyut nadinya stabil dan ia tampak bernapas lebih mudah.

"Syukurlah Li Lianhua."

"Maaf, aku tidak banyak membantu," ia mengusap tangannya dengan lembut.

Ia menatapnya dengan sedih lalu berbalik ke kamarnya. Ia menanggalkan pakaiannya dan mendapati pinggangnya basah dan lengket karena darah. Ia lalu membalutnya, tampaknya lukanya terbuka lagi terbukti dengan darah yang dengan cepat mengotori perban baru. Ia buru-buru mengenakan pakaiannya dan kembali keluar ke kamar Li Lianhua.

Ia tidak bisa beristirahat di kamarnya, dan akhirnya duduk bersandar di kaki tempat tidur Li Lianhua. Memegang tangannya yang mulai menghangat lalu tertidur.

Looking Through Your Eyes Where stories live. Discover now