Chapter 6

268 38 8
                                    

Fang Duobing menoleh ketika mendengar ketukan di pintu kamarnya. Ia memakai sepatunya dan membuka pintu.

“Li Lianhua? Kau butuh sesuatu?” tanyanya ketika melihat pria itu berdiri di depannya.

“Ah. Tidak. Aku hanya ingin memberimu ini,” ia menyerahkan sebuah keramik kecil berisi salep. Fang Duobing menerimanya dan tersenyum tipis.

“Nenek Qin telah mengobatiku.”

“Ah begitu.” Li Lianhua menggaruk hidungnya dengan malu. “Maafkan aku. Sepertinya aku telah bersikap buruk padamu akhir-akhir ini.”

Fang Duobing tersenyum lebar dan mengibaskan tangannya. “Sungguh, aku tidak masalah. Yang penting sekarang Racun Bicha sudah hilang dan kau akan pulih!”

Li Lianhua tersenyum tipis. Sementara itu, Di Feisheng yang sedang bermeditasi tersentak ketika melihat Wu Yan datang dan pingsan di depannya. Ia tampak menggeliat karena tidak nyaman.

“Apa yang terjadi?!”  Dia mengalirkan Beifang Baiyang padanya tetapi membuat pria itu memuntahkan darah hitam.

“…Tuan…Dia..masih..hidup.” Wu Yan berusaha keras mengucapkan kata itu sebelum kesadarannya ditarik paksa.

Di Feisheng mengerang saat mengangkatnya ke Paviliun Yunju. Dia berharap Qin Po dapat membantunya karena dia tidak mungkin kembali ke Aliansi Jinyuan yang jauh dari sini.

“Apa yang terjadi A-Fei?!” Fang Duobing yang melihatnya datang bersama Wu Yan yang terluka. “Ayo bawa dia ke dalam!”

Dia membaringkan pria itu dan melepaskan pakaiannya sehingga Qin Po dapat dengan mudah merawatnya.

“Ini?!” Fang Duobing terkejut melihat pembuluh darah Wu Yan menghitam.

“Kutukan tolak cinta...” kata Di Feisheng.

“Yang terpenting adalah kita harus membuang racunnya terlebih dahulu,” kata Qin Po. Namun, ketika dia hendak menyalurkan qi-nya, Fang Duobing menahannya.

“Biarkan aku saja. Anda masih perlu istirahat setelah mengobati Li Lianhua," katanya lalu mengambil posisi di belakang Wu Yan. Ia meletakkan kedua tangannya di punggungnya lalu memfokuskan Yangzhouman untuk mencari racun yang beredar. Tak butuh waktu lama bagi Wu Yan untuk memuntahkan banyak darah kehitaman.

"Fang Duobing hentikan!"

"Sedikit lagi" sesaat cairan merah mengalir di sudut bibirnya. Ia berusaha mengeluarkan semua racun yang ada meski ia baru mempelajari Yangzhouman selama beberapa bulan dan meningkatkan kemampuannya namun itu tidak sebanding dengan Yangzhouman milik Li Lianhua.

"Fang Xiaobao!" Li Lianhua menarik lengan pemuda itu dan transfer itu tiba-tiba terputus. Ia menyangga tubuhnya yang lemas. Qin Po memeriksa denyut nadi Wu Yan dan tersenyum.

"Racunnya sudah dibersihkan. Tuan Muda Fang berhasil"

Fang Duobing tersenyum lega sebelum kesadarannya menghilang. Li Lianhua dengan panik menekan pergelangan tangannya. Denyut nadinya kacau dan ia benar-benar kelelahan.  Ia menyisir poni pemuda itu yang lepek karena keringat dingin sebelum menggendongnya kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Di Feisheng memilih untuk mengalihkan pandangannya melihat perilaku saingannya itu. Ia sibuk memikirkan apa yang dikatakan bawahannya.

'Jika itu benar dia maka Li Lianhua dalam bahaya'

Fang Duobing membuka matanya dan menutupnya lagi untuk menghalangi silau yang masuk ke matanya. Ia memijat dahinya perlahan, berharap untuk mengurangi pusing yang dirasakannya.

"Sudah bangun? Minumlah ini" Li Lianhua menyerahkan teh herbal yang telah diraciknya kepada pemuda itu. Ia mengambilnya dan menegaknya hingga habis.

"Berapa lama aku tidak sadarkan diri?"

"Setengah hari" jawab pria itu sambil menuangkan kembali teh ke dalam cangkir. Fang Duobing masih tampak linglung ketika Li Lianhua menyentuh pergelangan tangannya dan memeriksa nadinya.

"Bagaimana dengan Wu Yan?"

"Dia telah melewati masa kritis"

"Oh baguslah aku punya pertanyaan untuknya ya-?" Begitu ia kembali duduk di tempat tidur, ia mencoba untuk berdiri dan mendapati dunianya berputar.  Sepasang lengan menahannya untuk berbaring lagi.

“Kau kelelahan karena menghabiskan qi-mu untuk mengeluarkan racun dalam tubuhnya. Beristirahatlah dulu.”

“Tapi-”

“Kumohon Fang Xiaobao.” Li Lianhua menatapnya dan membuat pemuda itu menyerah dan menutup matanya.

Looking Through Your Eyes Where stories live. Discover now