Fang Xiaobao tampak berpikir sambil memegang sepucuk surat di tangannya. He Xiaohui memintanya untuk pulang ke rumah untuk memperingati Hari Kematian He Xiaolan. Ia melihat Li Lianhua dan Di Feisheng yang sedang beradu pedang. Ketua Aliansi Jinyuan sendiri meminta Li Lianhua untuk beradu pedang dengannya dengan alasan ingin mengukur pemulihan seni bela dirinya sendiri. Jika itu Di Feisheng maka Li Lianhua tidak akan mudah melarikan diri lagi, jika itu yang dipikirkannya.
"Qin-qianbei, aku ingin kembali ke Aula Tianji selama beberapa hari," ia berpamitan dengan tas kain di tangannya.
"Apa terjadi sesuatu?" Tanya Qin Po tampak khawatir.
Fang Duobing menggelengkan kepalanya, "Itu....Hari Kematian salah satu anggota keluarga," jawabnya pelan.
"Baiklah. Apa kau sudah berpamitan dengan Xiangyi?"
"Dia sedang sibuk berlatih, aku tidak ingin dia kehilangan fokus. Tolong sampaikan pesanku jika dia mencariku," dia tersenyum tipis.
Qin Po mengangguk dan mengantarnya ke gerbang.Sore harinya Li Lianhua melihat Qin Po bekerja dengannya memasak di dapur sendirian.
"Fang Xiaobao?"
"Ah, pagi-pagi sekali dia pamit pulang."
"Pagi ini?" dia mengangkat alisnya.
"Kenapa dia tidak menemukanku?"
Qin Po meletakkan sendok sayurnya dan menatapnya, "Kau sibuk berlatih dan ia tidak ingin mengganggu fokusmu. Dia pulang untuk mempersiapkan peringatan kematian anggota keluarganya."
Li Linhua hanya mengangguk tetapi dalam hatinya dia sedikit kesal karena pemuda itu pergi begitu saja tanpa pamit. Qin Po hanya menggelengkan kepalanya melihat pemandangan itu. Dia telah mengamati hubungan yang rumit di antara mereka bertiga.
.
.
.
.He Xiaohui menyambutnya di Gerbang Aula Tinji, sudah berapa bulan dia tidak melihat putranya.
"Xiaobao ah... Bagaimana kabarmu? Apakah kamu baik-baik saja? Kau tampak lelah" dia melontarkan banyak pertanyaan padanya.
"Ibu, aku baik-baik saja dan ya, aku makan dengan baik."
"Lalu bagaimana dengan Tuan Li?"
"Ah, dia jauh lebih baik dan A-Fei ada di sana untuk menjaganya."
He Xiaohui menatap putranya dalam-dalam lalu menariknya masuk.
"Ayo, kita istirahat dulu." Orang tuanya mengadakan makan malam besar untuk menyambutnya bersama dengan para karyawan Aula Tianji. Fang Duobing memandangi hidangan mewah yang dihidangkan untuknya dan teringat keinginannya untuk melakukan hal yang sama kepada Li Lianhua.
"Xiaobao, ada apa?" He Xiaohui memegang tangannya dan melihat bahwa anak itu terdiam dan belum menyentuh makanannya.
"Ah tidak, Ibu, aku hanya berpikir, sudah lama sekali aku tidak makan masakan koki kita," katanya sambil tersenyum.
"Kalau begitu, sering-seringlah pulang."
.
.
.
.
.Fang Duobing berdoa di depan papan nama He Xiaolan. Selama ini dia mengenalnya sebagai bibi keduanya, tetapi siapa sangka bahwa dia sebenarnya adalah ibu kandungnya. He Xiaohui menatap pemuda itu dengan wajah sedih. Dia tampak mengerti apa yang ada di dalam hatinya.
"Fang Xiaobao," panggilnya setelah pemuda itu memberi hormat kepada adiknya. Dia membawa pemuda itu ke paviliun He Xiaolan. Dia hanya memperhatikan He Xiaohui yang diam-diam menatap potret adiknya.
"Xiaobao, apakah kamu benar-benar yakin untuk membatalkan pertunanganmu dengan Sang Putri?"
"Ya, Ibu, aku yakin."
"Baiklah, ayahmu akan mencoba berbicara dengan Kaisar."
Fang Duobing mengangkat tangannya ke depan. Membungkuk. "Terima kasih, Ibu."
He Xiaohui berbalik dan menatapnya, "Lalu apa yang ingin kamu lakukan setelah ini?"
Sebelum dia bisa menjawab, He Xiaohui berbicara lagi, "Apakah kamu yakin dengan pilihanmu?" Tampaknya wanita itu sudah bisa menebak apa yang ada dalam pikiran anaknya.
"Aku yakin, Ibu."
Perlahan wanita itu mendekat dan sekarang mereka saling memandang, "Xiaobao, aku hanya tidak ingin kamu terluka seperti ibumu."
"Luka fisik dapat diobati, tetapi luka hati sangat sulit diobati, dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kesedihan dan bahkan kematian."
“…”
"Jika kamu yakin dengan pilihanmu, maka ibu dan ayahmu tidak akan melarangmu. Kami hanya berharap kamu bahagia dengan pilihanmu."
"Kembalilah ke Aula Tianji jika kau merasa lelah, Nak"