❤️4❤️

111 13 12
                                    

If the sky that we look upon should tumble and fall
And the mountain should crumble to the sea
I won't cry
I won't cry
No, I won't shed a tear
Just as long as you stand
Stand by me

(Stand by Me, Jhon Lennon)

.
.
.

...

Tak disangka oleh Naruto bahwa Hinata benar-benar menepati janji untuk membawa neneknya, Kaguya Hyuuga ke kediaman Namikaze yang berada di kawasan elite bernama Monarc. Perempuan itu memberitahunya melalui saluran ponsel sepuluh menit yang lalu. Jam belum menunjukkan pukul 10 tepat, tapi Naruto tunggang langgang ingin segera cepat kembali istananya lagi. Padahal baru saja ia menginjakkan kaki di lobby Hotel and Resort Namikaze. Setelah melihat lahan potensial yang ada di kaki Gunung Miyako dan akan dijadikan salah satu cabang Hotelnya.

Naruto ditemani Shikamaru mengendarai mustang oranye seperti orang yang sedang kerasukan setan.

"Naruto, hati-hati. Kamu menyetir ugal-ugalan seperti itu, nanti ditilang Polisi,"ujar Shikamaru memperingatkan.

Ia memegang seatbelt sekuatnya dengan wajah yang sudah memucat. Sepasang kelopak matanya setengah terpejam. Dan jangan lupakan, mulutnya ikut bergerak-gerak terus merapal doa, agar mereka selamat sampai tujuan.

Jika tahu begini jadinya, ia mungkin tidak akan mengikuti langkah Naruto untuk kembali ke kediaman Namikaze. Lebih baik ia di ruang manajemen Hotel ketimbang mati muda karena serangan jantung. Tapi, nasi sudah jadi bubur, hanya tinggal tambah toping dan kuah, jadi terasa lezat untuk disantap. Tapi kali ini, jelas berbeda. Tak selezat bubur dengan toping meriah itu.

Sesekali ia membuka mata dan melihat ke jalanan sekejap. Di saat itu jualah jantungnya semakin berpacu. Pantatnya beberapa kali bergerak gelisah.

Naruto melirik sekilas kepada Shikamaru yang justru mengeluarkan reaksi berlebihan. Naruto hingga  mengerang kesal dibuat olehnya."Biarkan aku berkonsentrasi, Shikamaru. Kalau kena tilang, aku tidak takut. Masalah surat, aku punya lengkap semua," Naruto menjawab enteng, pandangannya lurus ke depan. Tak ingin diganggu dengan segala kerisauan asisten pribadinya

Naruto memfokuskan diri karena ia sedang mengendarai dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalan tol ini agak lengang, sesekali ia menyalip satu atau dua kendaraan yang menghadang langkahnya. Ia tampak begitu menggebu untuk segera pulang ke kediamannya. Karena ia tak ingin Hinata menunggu lebih lama dan ia juga ingin menjadi orang pertama kali yang menyambutnya datang, bukan maid.

Shikamaru mengintip jalanan melalui ujung bulu matanya."Y-ya tapi, laju kendaraan kita sudah mencapai maksimal,"timpal Shikamaru. Ia mengatupkan kelopak matanya lagi dan meringis. Bersama pria di sebelahnya, ia merasa sedang diintai oleh malaikat maut.

"Diamlah! jangan berlagak macam orang susah, Shikamaru. Di sini, uang adalah kekuasaan tertinggi,"interupsi dari suara dalam yang mencerminkan arogansi tinggi itu terdengar jelas.

Shikamaru spontan mengunci rapat mulutnya, tak ingin membalas ucapan si sahabat laknat. Tapi, ia melampiaskan kekesalannya dalam hati."YA. MALAIKAT MAUT TIDAK BISA DIAJAK NEGOSIASI DENGAN UANG. KETIKA AKU MATI NANTI, UANGMU TAK AKAN BISA MENGEMBALIKAN NYAWAKU. DASAR THOLOL, SOMBONG, CEROBOH !!"

Shikamaru meraup udara sebanyak yang ia bisa. Mau tidak mau ia harus menikmati segala ketegangan di dalam sini hingga batas waktu yang tak bisa ditentukan. Shikamaru terus melakukan negosiasi dengan Sang Pencipta. Bisa dilihat dari mulutnya yang tak kunjung berhenti komat kamit, merapal doa selamat dari marabahaya. Ia berharap melalui perantara malaikat maut, agar ia tidak menginjak alam baka lebih dulu. Selain daripada itu, alasan yang lebih tepat Shikamaru berharap agar tetap hidup ialah ... (Silakan jawab sesuai dengan apa yang ada di pikiran Anda).

Unlimited HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang