Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Bridge Between Me and You
▪︎▪︎▪︎
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekarang / dua tahun setelah pertunangan.
Canda tawa kini menghiasi ruang makan mewah keluarga Witama, mereka kedatangan tamu spesial yaitu kolega sekaligus calon besan masa depan, keluarga Handimarka. Gelak tawa para orangtua tua menghangatkan suasana, namun berbeda dengan dua anak muda yang nampak diam dan fokus dengan makanan mereka.
Jo dan Mike tampak tak tertarik untuk bergabung dengan pembicaraan yang ada, begitu juga dengan Jo. Gadis itu diam namun sesekali menatap Mike yang duduk diseberangnya.
"Mereka sudah umur 20 tahun, mungkin umur 25 sudah cocok untuk menggelar pernikahan mereka. Kita hanya perlu menunggu lima tahun lagi, Ray." ucap Rudy, ayah Mike pada ayah Jo.
"Tidakkah 25 masih terlalu muda?" Mike akhirnya memberanikan diri buka suara, memotong pembicaraan orangtua yang menentukan masa depan mereka tanpa sama sekali minta persetujuan. "Aku masih mau coba banyak hal dulu selain nikah, Pa."
Rudy, ayah Mike yang mendengar alasan anaknya itu nampak terlihat begitu marah. Dengan tangan mengepal lelaki paruh baya itu menggebrak meja "Siapa yang nyuruh kamu buka mulut, Michael? Dimana sopan santun kamu berani mencela omongan orangtua!" bentaknya marah.
Suasana hangat tadi kini berubah menjadi menegangkan, Mike yang dibentak kini malah ikut kesal "Papa, ini masa depan aku. Aku yang akan menikah, bukan Papa. Lagipula aku sama Jo masih terlalu muda buat nikah." jawab Mike dengan berani tapi membuat Jo langsung khawatir dengan tindakan nekadnya.
"Siapa yang ngajarin kamu ngomong kurang ajar sama orangtua!" Rudy makin marah, Amira sang istri bahkan sudah tak bisa meredam emosinya.
"Rud, jangan terlalu kasar sama Mike, dia masih muda jadi wajar pikirannya masih labil." tegur Raymond, ayah Jo.
Namun Rudy, ayah Mike tampak tak peduli, lelaki paruh baya itu memang punya emosi yang berapi-api. Dengan kasar dia bangkit lalu menarik Mike pergi dari sana dan diikuti dengan Amira yang panik dan takut.
