747 112 5
                                    

Umemiya menatap dalam pada M/N, aura sosok itu seolah langsung berubah saat ia menyinggung tentang keluarga. Umemiya melihat kebencian dari matanya, tetapi bukan hanya itu ada rasa kesepian juga hampa disana. Penasaran, tetapi Umemiya yang mengetahui batasan tidak berniat untuk bertanya lebih lanjut.

"Begitukah? Aku juga tidak mempunyainya." Sahut Umemiya santai dengan tangan yang kini terlihat seperti menopang kepalanya yang mendongak menatap langit, "mereka sudah tiada karena kecelakaan saat aku kecil."

Manik obsidian itu melirik sekilas padanya, "aku tidak bertanya."

Umemiya terkekeh pelan, "kau sangat dingin M/N."

M/N tidak menjawab, ia memilih untuk terus melangkah dengan acuh membuat Umemiya berhenti menatap dirinya yang nampak cuek, "kau mau kemana? Jalannya lewat sini." Kata pemuda itu menunjuk pada persimpangan jalan membuat langkah M/N terhenti seketika.

Ia berbalik menekuk alis menatap tajam Umemiya yang tersenyum- tidak, lebih tepatnya menahan tawa apalagi saat melihat warna merah mulai menghiasi pipi itu, "bilang dari tadi bodoh!" Kesalnya.

Kini mereka sudah sampai di sebuah rumah tempat pemilik apartemen yang di maksud tinggal. Umemiya mengetuk pintu rumah itu beberapa kali hingga terbuka dan menampakan seorang pria paruh baya, "Hiroshi-san, aku datang mengantar seorang penyewa untuk mu." Katanya ceria membuat yang di ajak bicara tersenyum.

"Benarkah?" Sahut Hiroshi.

Sejauh yang M/N tahu tentang pemuda itu, Umemiya adalah sosok yang banyak bicara dan tidak bisa diam seorang ekstrovert pembawa moodbooster bagi orang-orang di sekitar dengan aura positifnya. Dari pengamatannya dia pasti sering berkelahi hingga banyak sekali kapalan di tangannya membuat ia mendengus sambil membatin, seperti yang diharapkan dari siswa SMA Fuurin.

Meskipun Umemiya memiliki aura positif yang kuat, namun sayang sekali meskipun mereka satu usia dan M/N juga berniat untuk pindah ke SMA Fuurin, M/N tidak berpikir untuk dekat dengannya.

Karakter Umemiya yang cerah tidak cocok untuknya.

Dia terlalu bersinar untuk M/N yang terlalu lama tinggal dalam kegelapan hingga tanpa sadar membuat ia mencintai kegelapan itu sendiri.

Kedua orang itu melirik kearahnya membuat M/N mendekat dan membungkukan sedikit tubuhnya sebagai tanda pengenalan, "saya M/N, orang yang ingin menyewa apartemen milik anda. Boleh saya lihat-lihat terlebih dahulu unit apartemennya?" Katanya penuh kesopanan.

Umemiya yang melihat itu di buat terkejut, "kau bisa sopan juga M/N." Celetuknya membuat manik obsidian itu mendelik.

Hiroshi-san terkekeh melihat interaksi dari dua pemuda itu yang menurutnya menggemaskan, "tentu. Mari biar aku antar." Katanya.

Akhirnya mereka berjalan menuju apartemen milik Hiroshi-san yang letaknya berada tidak cukup jauh dari rumah Hiroshi-san. Manik malam itu melirik pada Umemiya yang terus mengikuti sedikit penasaran kenapa pemuda itu tidak langsung berangkat ke sekolah yang arahnya berlawanan padahal sekarang jam sudah menunjukan waktu belajar.

Memilih untuk tidak peduli, kini langkah kaki terhenti di depan sebuah bangunan yang cukup besar dengan pagar yang mengelilingi. Hiroshi-san mempersilahkan keduanya untuk masuk menunjukan letak unit apartemen yang kosong kepada M/N dan membiarkannya untuk memilih.

Bersih dan rapih, kamar apartemen itu ternyata terawat membuatnya suka pada pandangan pertama. Dengan satu kamar tidur terpisah serta dapur yang menyatu dengan ruangan TV yang jika pintu kaca di buka akan mengarah langsung pada balkon, serta satu kamar mandi.

Lalu yang M/N suka lagi adalah ada beberapa barang pelengkap yang tersedia hingga ia tidak perlu untuk membelinya lagi. Seperti perabotan rumah, TV, lemari baju, alat masak, AC, hingga kulkas yang meskipun berukuran kecil tetapi itu cukup untuknya. Pokoknya M/N beri dua jempol untuk itu.

Letak unit apartemennya berada di lantai dua dimana cahaya matahari dapat langsung masuk kedalam ruangan dengan leluasa melalui jendela. Tidak terlalu luas ataupun sempit, ukurannya cukup untuk dirinya yang tinggal sendiri.

"Saya akan mengambilnya." Katanya langsung tanpa basa basi.

"Oh, itu bagus nak. Jika begitu kapan kau akan pindah?" Tanya Hiroshi-san.

"Sekarang. Apa saya bisa langsung menempatinya sekarang?"

Hiroshi-san terkekeh pelan, "tentu. Lalu apa barang mu hanya itu?"

M/N memberikan anggukan kecil sebagai jawaban, "kalau begitu saya akan membayarnya untuk setengah tahun ke depan." Katanya dengan tangan mengambil tas kecil yang memang ia simpan di backpack-nya.

Menyerahkan lembaran uang itu pada Hiroshi-san setelah sebelumnya bernegosiasi soal harga, Hiroshi-san melambaikan tangan dengan senyuman lebar saat ia hendak untuk kembali pulang meninggalkan M/N dan Umemiya yang masih setia ada di sana, "semoga kau betah tinggal disini. Jika perlu apapun kau bisa menghubungi ku."

"Jadi, kapan kau akan pergi?" Usir M/N secara gamblang pada Umemiya yang kembali di buat tertohok.

"Tidak ingin menjamu ku dulu? Setidaknya bagaimana dengan ucapan terimakasih karena sudah membantu mu?" Sahut si surai putih sedikit cemberut, dirinya tidak percaya ia akan di perlakukan seperti ini oleh pemuda yang baru di temuinya itu. Padahal Umemiya sedari awal sudah berusaha  loh bersikap ramah, tetapi M/N terus terusan dingin padanya.

"Terimakasih." Ucap M/N singkat yang terdengar tidak tulus, "sekarang pergilah."

"Hei kau serius seperti ini pada ku?"

Menoleh dengan tatapan malas, M/N melipat tangannya di depan dada, "lalu, kau ingin aku melakukan apa? Jika ingin di jamu datanglah lain kali, aku tidak punya apa-apa untuk di berikan padamu. Jadi pergilah." Tangan dengan jemari panjang yang lentik itu bergerak seolah mengusir Umemiya pergi.

Masuk tanpa peduli pada si surai putih yang terlihat misuh-misuh di depan pintu yang tertutup rapat dan terkunci dari dalam. Definisi habis manis sepah di buang. Pahit banget, Umemiya yang punya kesabaran setebal baja aja di buat mengelus dada dengan tingkah M/N yang kelewat cuek.

Pengen recokin tapi tuh anak ngelirik aja kayak yang ga mau. Kesel sih, tapi ya mau gimana lagi, motto hidup seorang Umemiya Hajime adalah menjaga setiap warga Makochi dan mulai sekarang pemuda itu pun menjadi salah satu bagiannya. Jadi mau tidak mau ke depannya sepertinya Umemiya akan sedikit berurusan dengannya.

"Oi, jika kau butuh bantuan kau bisa memberitahu ku." Ujar Umemiya mengetuk pintu sebelum pergi.

"Tidak butuh!"

Sahutan ketus dari dalam terdengar membuatnya menghela nafas. Memilih untuk pergi dari sana langkah ia bawa menuju SMA Fuurin, "lebih baik aku mengurus sayuran ku." Dumelnya.
















***

Kayaknya Ume harus sabar-sabar deh menghadapi M/N yang emosian. Udah mah dingin, cuek kalau di ajak ngobrol bawaannya mutusin topik mulu.

Disini kayaknya kalian juga bakalan di buat kesel deh sama mas M/N.

Jadi ikutin terus perkembangan dari pribadi M/N ya.

Mata ne~

Loneliness (Umemiya Hajime x M. Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang