472 94 9
                                    

Matanya masih terbuka menatap pada plafon rumah Umemiya. Setelah perdebatan panjang di meja makan dan segala dramanya, akhirnya M/N di putuskan menginap di rumah si surai putih atas paksaan Umemiya. Dirinya pun kini tidur di kamar yang sama dengan Umemiya dengan beragam macam alasan pemuda itu menempatkannya dalam satu ruangan.

Ia tidur di atas ranjang dan Umemiya menggelar futon di lantai tepat di samping ranjang. Matanya masih tidak mau terpejam sedari tadi, karena ini kali pertamanya menginap di rumah orang mengingat sebelumnya ia tidak memiliki teman dekat dan hanya sebatas kenalan saja, itu pun tidak baik semua.

Hal inilah yang membuat M/N berpikir bahwa tidak ada orang baik  yang bisa ia percayai sepenuhnya. Dirinya sudah terlalu sering di kecewakan oleh rasa percaya itu hingga M/N memandang seseorang sama jahatnya dan berakhir dengan ia yang sulit membuka diri pada orang baru.

Menurutnya, hanya dirinya sendirilah yang bisa ia percayai, ia tidak pernah meminta bantuan kepada orang lain dengan berpegang teguh pada prinsipnya itu. Pikirnya, toh ia juga bisa melakukannya. Padahal pada kenyataannya tidak setiap hal bisa ia lakukan sendiri, dan M/N pun sadar akan hal itu. Jika ditanya apakah ia kesepian selama ini, makan akan M/N jawab bahwa ia sangat kesepian seolah perasaan itu hendak membunuhnya setiap hari.

Jujur saja ia pun tidak mau pergi dari rumah, hanya saja keadaan yang membuat sesak di dadanya terus berlanjut jika ia bertahan disana.

Tidak ada tempat untuknya bersandar ataupun bercerita. Ia terus memendam keluh kesahnya sendirian, setiap kegelisahan dan ketakutannya ia telan bulat-bulat bahkan untuk menangis mengungkapkan semua perasaan itu tidak bisa ia lakukan karena terlalu menumpuk dan hal itu malah berimbas pada kepribadiannya yang perlahan berubah menjadi lebih dingin.

"Tidur M/N".

Umemiya berucap menyadarkan kembali pemuda itu dari lamunan panjangnya tentang diri dan masa lalunya. Si surai putih ternyata belum sepenuhnya terlelap dan kini ikut menatap ke atas langit-langit kamar.

"Kau pikir aku bisa tidur di rumah asing ini, dan dengan orang yang tidak aku kenali?" Sahut M/N sarkas membuat Umemiya mendengus pelan.

"Jahat sekali". 

Ada keheningan diantara keduanya, sebelum akhirnya Umemiya kembali mengangkat suara, "mau mendengar ceritaku?"

"Apa untungnya bagi ku?"

"Tidak ada". Mendengar jawaban itu sontak M/N pun memutar bola matanya malas.

"Kalau begitu tidak usah. Suara mu membuat telinga ku sakit".

Umemiya tertawa dengan celetukan M/N yang menurutnya terlalu jujur itu, "apa suara ku seburuk itu untuk di dengar? Tapi jika di ingat lagi semua orang selalu terdiam saat aku berbicara, mungkin kau ada benarnya juga."

M/N terdiam tidak lagi menjawab memilih untuk kembali fokus pada pikirannya sendiri. Berbincang sebelum tidur seperti ini bukanlah kebiasaannya, namun entah mengapa ia justru merasa nyaman sampai tanpa ia sadari bibirnya menarik garis lengkung.

"Orang tuaku meninggal karena kecelakaan saat aku kecil, tidak hanya mereka, adik ku juga meninggal dalam kecelakaan itu. Padahal dulu kami sangat bahagia, sayang sekali karena itu tidak bertahan lama".

"Kau beruntung untuk hal itu".

"Karena aku kehilangan keluarga ku dan menjadi satu-satunya orang yang selamat?"

"Bukan, tetapi karena kau memiliki kehidupan yang baik sebelum mereka pergi". Ujar M/N tatapannya mengarah kosong ke atas.

"Lalu bagaimana dengan kehidupan mu?"

Tidak ada jawaban terdengar dari sosok yang di ajaknya bicara membiarkan keheningan mengisi, Umemiya pun bangkit dari berbaringnya dan mengecek M/N yang memposisikan diri membelakanginya.

Si putih mendengus, "kau tidur dengan cepat atau kau berpura-pura tidur karena tidak ingin menjawab?" Gumamnya pelan dan kembali ke posisi awalnya, menarik selimut dan memejamkan mata berakhir tertidur sedang M/N masih asik dengan pikiran sembari menatap dinding kamar.

Sedari awal bukan hanya karena faktor tempat asing yang membuatnya tidak bisa tidur, tetapi ketergantungannya pada obat tidur sebab insomnianya yang parah pun menjadi hal utama M/N tidak bisa menutup mata.

"Aku butuh obat tidur ku". Gumamnya pelan.

.
.
.


Pagi hari, Umemiya bangun tepat jam lima melirik pada kasur yang sudah kosong dirinya di buat panik seketika dan langsung bangkit berdiri untuk mencari M/N.

Bunyi dari suara televisi menarik perhatiannya hingga ia pun masuk ke dalam ruang utama dan setelahnya mendesah lega karena ternyata anak itu tengah duduk sembari memeluk lututnya dan menonton TV.

"Aku kira kau kabur". Ujar Umemiya mendekat dengan mulut menguap. Duduk di samping M/N dan tanpa ragu menyandarkan kepalanya pada bahu yang lebih kecil, "Apa tidur mu nyenyak semalam?"

"Tidak ada obat tidur, jadi aku terjaga semalaman".

Jawaban M/N membuatnya termenung, "sudah berapa lama kau mengkonsumsinya sampai kau ketergantungan seperti itu?"

"Tidak lama, meskipun begitu meminumnya membuatku lebih nyaman". Tangan dengan jemari lentik itu bergerak menekan remote dan mengalihkan saluran televisi.

"Jangan terlalu sering meminumnya. Itu tidak baik untuk tubuh mu".

"Tapi aku mental ku menjadi lebih baik karenanya".

"Itu hanya perasaan mu saja. Bukan obatnya yang membuat mu merasa baik tetapi pikiran mu lah yang membuatnya seperti itu". Bangkit dari sofa, rambut yang semula turun karena tidak ia tata pun Umemiya seka ke belakang, "ayo, aku akan mengajari mu cara kecil untuk merilekskan pikiran mu sejenak".

Tangan penuh kapalan miliknya terulur menunggu si manis untuk menerimanya. Hingga saat M/N menghela nafas, ia pun meletakan tangannya di sana memilih untuk menerima dan melihat apa yang akan di tunjukan oleh si surai putih kepadanya.

"Aku harap kau tidak menunjukkan hal aneh lainnya lagi nanti". Katanya membuat Umemiya terkekeh pelan.

"Tidak, ini benar-benar akan menyenangkan".













***

Hai readers, sudah lama sekali saya tidak up cerita ini ya.

Karena manajemen waktu saya itu berantakan sekali hingga membuat saya keteteran. Agak menyebalkan sih, padahal sudah di jadwal hari ini mau ngapain aja tapi tetap aja tidak teratur seperti keinginan.

Asem banget emang.

Dan ya, semoga kalian tidak bosan ya dengan curhatan saya ini. Lalu, seperti biasa saya harap kalian menikmati ceritanya...

Matta ne~

Bye bye dear!

Loneliness (Umemiya Hajime x M. Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang