Kedua mata Runi terbuka, di sekelilingnya nampak gelap. Tiba-tiba di depannya berdiri pria beriris hazel tersenyum kepadanya, "Mas Manto."
Manto hanya tersenyum saja, istrinya terus memperhatikan dirinya yang memakai pakain serba putih. Runi berniat mendekat kepada suaminya, tapi entah kenapa kakinya sulit digerakkan.
Suaminya membalikkan badan, secercah cahaya melahap tubuh Manto hingga meninggalkan kegelapan di sekitar Runi. "Mas, tunggu!"
Dirinya pun terbangun dari mimpinya, dari luar terdengar ada suara burung kedasih di pohon dekat rumahnya. Entah mengapa perasaan tidak enak mendengar suara kicauan dari burung itu karena sering dikaitkan dengan kematian seseorang.
"Kenapa burung itu belum pergi juga," oceh Runi. Walau begitu ia tidak mau mengaitkan suara burung itu dengan hal-hal negatif yang ada dipikirannya ini.
Kebetulan hari ini Gong Ru akan menjemputnya untuk pulang ke masa depan, Runi juga akan membawa kedua anak tirinya untuk ikut bersamanya pulang. Karena dijemputnya nanti sekitar jam 9 pagi Runi mau berpamitan dulu dengan tetangga-tetangga sebelah sebelum pulang.
Bahkan ia berpamitan dengan Bu Iyem selaku mertuanya, sebenarnya Runi sudah tak mau mengakui beliau sebagai mertuanya lagi karena dia sudah memutuskan hubungan dengan anaknya.
"Bu, saya memutuskan untuk membawa anak-anaknya Mas Manto untuk tinggal bersama saya, apa boleh?" tanya Runi. Karena Bu Iyem sangat menaruh kepercayaan penuh kepada Runi jadi beliau menyetujuinya.
"Nah Dwi, Wanto, pamitan dulu sama Mbah," kedua anak kembar itu bergantian menyalami Bu Iyem, sebelum pergi ibu dari Manto itu memeluk erat kedua cucunya.
"Kalian jangan nakal-nakal ya, dengarkan apa yang dikatakan Ibu kalian, mengerti?" kedua anak itu mengangguk paham. Akhirnya mereka pun benar-benar meninggalkan rumah Bu Iyem.
Setelah itu datang ibu-ibu yang berlari dengan tergesa ke rumah Bu Iyem, "ada apa Yu Tarmi, kenapa kau berlarian seperti itu?" tanya Bu Iyem.
Dengan napas terengah-engah Bu Tarmi berusaha menjelaskan maksud kedatangannya kemari, "Anak...anak ibu gugur. Sebentar lagi jenazahnya akan segera tiba kesini."
Mendengar kabar itu rasanya kaki Bu Iyem terasa lemas, ia sampai terduduk dengan pikiran yang tak percaya mendengar kabar duka bahwa anaknya sudah tiada.
"Yu, kau mungkin salah dengar, Manto tak mungkin gugur dimedan perang begitu saja, dia kan anak yang kuat tak mungkin orang yang kau maksud itu putraku," ucap Bu Iyem. Ibu-ibu itu ikut menangis karena membayangkan jika dirinya berada di posisi Bu Iyem saat ini.
Semua barang bawaannya sudah siap jadi Runi dan kedua anpaknya akan segera berangkat, namun di halaman rumahnya banyak orang berlalu-lalang karena penasaran dia menghentikan seorang gadis remaja yang juga berjalan ke arah yang sama.
"Kok orang ramai sekali pada mau kemana sih?" tanya Runi.
"Oh katanya ada seorang pejuang yang dipulangkan karena gugur dimedan perang, jenazahnya akan segera dikebumikan hari ini," jawabnya.Untuk menghormati pejuang itu Runi menunda sebentar keberangkatannya untuk melihat sebentar siapa pejuang yang gugur demi kemerdekaan bangsa ini. Sayangnya sesampainya di tempat itu sudah banyak sekali orang jadi dia tak bisa melihat jenazah yang sedang dibawa oleh Tentara-tentara Republik.
Runi berusaha berdesakan dengan mengandalkan tubuh kecilnya itu, tiba-tiba kain putih yang menutupi tubuh jenazah itu tersingkap karena tiupan angin. Begitu melihat wajah pucat orang itu Runi sangat syok, "M-mas Manto!!"
Saat dirinya ingin menghampiri jasad itu Gong Ru malah menarik tangannya, "apa yang kau lakukan disini, cepat kita pergi sekarang," tegas Gong Ru.
Runi menolak ajakan dari suami Ya Rim itu, "tunggu sebentar kak, orang yang gugur itu suamiku. Aku harus mendampinginya sampai ia dimakamkan," pinta Runi.
![](https://img.wattpad.com/cover/267199726-288-k300921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind Hazel Eyes [END]
HistoryczneFIKSI SEJARAH 1. {Behind Hazel Eyes} 📍Pasca Kemerdekaan - Agresi Militer Belanda II Historical || Advanture || Romance Demi bisa mendapatkan pekerjaan, Runi rela melakukan perjalanan waktu ke Pasca Kemerdekaan 1945 hingga Agresi Militer Belanda II...