BULU TANGKIS (HEEJAY)

<3>

(BANTU VOTE SEBELUM BACA YA)

Meski kemenangannya mengundang banyak perhatian, dia lebih memilih untuk tetap berada di pinggir lapangan, menenangkan diri. Namun, matanya kembali mencari Jay di antara kerumunan. Jay tidak terlihat lagi. Heeseung sedikit merasa kecewa, meskipun dia tidak benar-benar mengerti kenapa.

Sementara itu, diluar gedung arena tempat lomba. Jay buru-buru meninggalkan tribun sebelum Heeseung sempat mendekatinya. Dia merasa canggung dan bingung dengan perasaannya sendiri.

Dia tahu betul bahwa perasaan seperti ini tidak seharusnya muncul, tapi kenyataannya perasaan itu tetap ada.

Jay berjalan cepat menuju tempat parkir untuk mengambil motornya,
berusaha menghindari siapa pun yang mungkin mengenalinya. Namun, langkahnya terhenti ketika seseorang yang memanggil namanya dari arah belakang. Saat Jay menoleh, ternyata Yujin telah berada dibelakangnya sambil tersenyum ramah.

"Eh, Jay, tumben banget aku liat kamu di pertandingan bulu tangkis. Kamu biasanya gak suka nonton, kan?"

Jay tersenyum canggung. "Iya, gue cuma iseng nonton," jawabnya sambil menghindari kontak mata.

Yujin tertawa kecil. "Aku liat kamu tadi sering banget merhatiin Heeseung. Jangan-jangan kamu juga ngefans sama Heeseung ?" tanyanya sambil menyipitkan mata, mencoba menggoda Jay lebih jauh.

Jay cepat-cepat menggeleng. "Nggak, nggak ada apa-apa. Gue cuma… ya, nonton aja."

Yujin mengangkat bahu. "Santai aja, cuma bercanda kok." Dia tersenyum lagi sebelum melambaikan tangan dan pergi meninggalkan Jay yang masih sedikit bingung.

 
>=<

Sementara itu, ditempat lain. Karina berjalan ke arah luar menuju keluar dari area gedung tempat turnamen itu bersama Wonyoung.

Karina merasa sedikit kesal walaupun Heeseung menang, namun dia tidak sempat mendekatinya. "Kok Heeseung selalu cuek sama gue sih" gumam Karina dengan nada sedikit frustasi.

Wonyoung yang lebih kalem, hanya tersenyum simpul. "Kamu kan tau Heeseung itu tipe cowok yang susah dideketin, mungkin kamu perlu sedikit sabar Rin"

"Kurang sabar gimana gue Won, entah kenapa dia kayak punya penghalang gitu kalo gue nyoba ngedeketin" sambil menghela nafas panjang.

                                  >=<                                   

Di sore hari, saat sekolah sudah sepi, Heeseung malah masuk kedalam dan berniat untuk mengambil beberapa barang miliknya di ruang olahraga. Ia berniat untuk berhenti dan mundur dari posisi kapten tim bulu tangkis sekolahnya.

Karna Heeseung sudah mengikuti tim bulu tangkis ini sejak awal masuk SMA. dan berhubung sekarang dia hampir naik ke kelas 12, ia ingin fokus untuk menghadapi ujian akhir nanti.

Dan turnamen hari ini, merupakan
penampilan terakhirnya. Sementara Jake sudah pulang duluan karna ada kepentingan, jadi kali ini Heeseung sendirian. Dia menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga, merasakan keheningan yang langka di sekolah.

Tiba-tiba dari arah kejauhan, Heeseung melihat ada satu orang yang semakin mendekat. Dia kira Jake yang menyusulnya, namun ketika menoleh dan melihat Jay yang sedang berjalan sendirian dengan hoodie warna hitam.

Jay juga dari kejauhan menatap sekelilingnya, namun matanya tiba-tiba mengarah ke satu orang yaitu Heeseung.

Jay akhirnya mulai mempercepat jalannya, dan tanpa menoleh serta berpura-pura tidak melihatnya.

Namun Heeseung yang merasa ada sesuatu yang menarik perhatiannya di orang itu. akhirnya memanggilnya.

"Oy.." Dengan nada agak keras. sambil
terus menerus memperhatikan Jay.

Jay mendengar itu langsung terdiam, ia mulai menoleh ke arah Heeseung yang memanggilnya. Akhirnya Jay memberanikan dirinya untuk mendekatkan diri ke Heeseung.

"Ya.. apa ada bisa gue bantu?" tanyanya dengan nada canggung, sambil mencoba tetap tenang.

Heeseung menatap Jay sejenak, lalu akhirnya menjawab. "Lu cuma sendiri aja?"

Jay mengangguk pelan. "Ya... gue sendirian, cuma mau ngambil sesuatu di dalem"

Heeseung hanya mengangguk. Walaupun penasaran mendengar Jawaban dari Jay, tanpa banyak kata mereka berdua hanya terdiam. Dan hanya ditemani oleh suasana sore yang semakin gelap.
                                                                        

>=<

Matahari semakin tenggelam di ufuk barat. menyisakan warna oranye yang lembut, kata anak jaman sekarang pemandangan kek gini dibilangnya estetik.

Kini Jay juga telah mengambil barang
yang ia perlukan di ruangan tempat kegiatan club photography.

Sementara Heeseung pun juga telah selesai mengambil semua barangnya di ruangan olahraga, dia sebenarnya masih agak ragu dengan keputusannya. Namun kita liat kedepannya

Kini juga sudah pukul 17.40. Jay melangkah keluar tanpa menyadari bahwa Heeseung juga sedang berjalan didepannya.

Jay agak terkejut juga, mengetahui kalo Heeseung dari tadi juga belum pulang. Jay memanfaatkan peluang ini untuk mendekati Heeseung.

Akhirnya Jay mempercepat langkahnya untuk menyusul Heeseung. benar saja, sekarang jarak nya dan Heeseung cuma beberapa meter saja.

Heeseung pun merasa ada orang yang berada dibelakangnya, akhirnya dia pun menoleh. Dan ia agak terkejut bahwa Jay juga belum pulang.

"Eh lo belum pulang juga?" Kata Heeseung yang menoleh ke arah Jay namun tetap sambil jalan.

Jay terkejut karna Heeseung lah yang membuka obrolan terlebih dahulu.

"Iya" jawab Jay dengan perasaan senang namun tetap canggung.

Tiba-tiba Heeseung menghentikan langkahnya lalu menghadap ke arah Jay, Jay pun juga menghentikan langkahnya dan juga menoleh ke arah Heeseung.

Heeseung tiba-tiba mengulurkan tangannya ke arah Jay. "Kenalin gue Heeseung IPA 1" entah kenapa tiba-tiba aja Heeseung kek gitu ke Jay. biasanya ia tidak pernah mengajak orang lain kenalan lebih dulu, dan biasanya orang lain yang memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada Heeseung saat mengajak kenalan.

Kini tubuh Jay juga sudah menghadap ke Heeseung yang mengajaknya berkenalan dengan mengulurkan tangannya.

"Oh oke... kenalin gue Jay anak IPS 1"
walaupun Jay sudah mengetahui siapa itu Heeseung, namun ia tetap berpura-pura saja belum mengenalnya. lalu Jay pun juga menjabat tangan Heeseung menadakan bahwa mereka resmi berkenalan.

walaupun aslinya Jay pinginya jadi pacar Heeseung, tapi ia tetap mencoba mengikuti alurnya terlebih dahulu.