Sania melangkahkan kakinya ke arah ruangan CEO, ia menghela nafasnya kasar mencoba menerima takdir yang seolah mempermainkan dirinya, ia sangat tau seberapa berjuangnya dirinya agar bisa masuk ke dalam perusahaan ini, perusahaan yang diimpikan oleh banyak orang.
"Permisi saya ingin bertemu dengan pak CEO." Ucap Sania kepada sekertaris pak CEO yang ruangannya berada di depan ruangan CEO.
Pria itu tersenyum tipis menatap Sania, "Anda sudah membuat janji kepada tuan Abimana?." Tanya pria itu.
Abimana Dirgantara Raymond pengusaha sukses yang memiliki berbagai bisnis di dalam dan luar negeri, berita keluarga Abimana selalu menjadi sorotan utama para wartawan namun sampai sekarang belum ada satu pun wartawan yang dapat mengetahui anak dari Abimana dan Melani Nindya Ningrum, istri Abimana.
Setiap saat wartawan mencari dan mencari tentang keberadaan putra tunggal dan pewaris satu-satunya Raymond grup, perusahaan yang sudah tidak asing di telinga masyarakat karena kekayaan mereka setara dengan pebisnis luar negeri.
Sania hanya menganggukkan kepalanya saat ditanya pria didepannya, entahlah ia dianggap sudah meminta izin atau belum, masalahnya ia tadi disuruh kesini berarti Ia sudah mendapat izin kan, begitulah pikirnya.
"Baiklah nona." Ucap pria itu dengan berjalan ke arah pintu ruangan CEO.
Pria itu mengetuk pintu tersebut beberapa kali hingga terdengar suara dari dalam, ia mulai membukanya dan mempersilahkan Sania masuk.
Sania tersenyum tipis kepada pria tersebut dan mulai melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang tidak pernah ia pijak, ruangan yang katanya begitu sakral untuk para karyawan.
"Oh kamu." Ucap Abimana yang duduk di kursi kebesarannya.
Sania hanya menundukkan kepalanya dengan sesekali curi pandang ke arah wanita paruh baya dan pria yang duduk di sofa yang ada di sampingnya.
Wajah pria itu tidak terlihat karena tertutup tubuh wanita paruh baya yang juga duduk di sofa paling ujung, walaupun dari rambut pria itu cukup familiar di penglihatannya, tapi ia mengenyahkan pikiran nya dan fokus kepada tuan besar yang duduk di kursi kebesarannya itu.
"Saya dengar kau karyawan rajin dan pintar juga, tapi dari yang Saya lihat hari ini, kamu sungguh mengecewakan, bagaimana kau bisa membuat kesalahan tiga kali dalam satu hari." Ucap Abimana dengan tatapan tajamnya.
Sania hanya bisa menundukkan kepalanya, tubuhnya sudah panas dingin mendengar suara tak menyenangkan dari atasannya, ia bahkan tak berani menatap wajah pak CEO, "Maafkan saya pak, hari ini saya begitu ceroboh." Ucap Sania.
"Ceroboh, kau–." Belum sempat Abimana menyelesaikan ucapannya tiba-tiba pria yang duduk di samping wanita paruh baya tadi, tiba-tiba berjalan ke arah Sania dan memeluk lengan Sania.
Sontak semua orang disana menatap ke arah pria itu, dengan senyuman mengembang terlihat jelas diwajahnya membuat Sania membulatkan matanya.
Pria ini? Pria yang ia temui dan selamatkan tadi pagi? Apa yang dia lakukan disini?! Semua pertanyaan mulai keluar di otak Sania apalagi saat pria disampingnya memeluk lengannya erat.
"Axelio!." Sentak Abimana dengan bangkit dari posisinya berjalan kearahnya.
"Sayang." Panggil wanita paruh baya yang tiba-tiba berdiri disampingnya.
Pria yang biasa dipanggil Axel malah menjauhkan diri dari jangkauan wanita itu dan semakin memeluk erat dirinya, seolah tidak ingin terpisah.
"Axel lepaskan gadis itu." Ucap Abimana dengan tegas.
Axel menggelengkan kepalanya dan bersembunyi di belakang tubuh Sania, Sania masih memproses apa yang terjadi sekarang, semuanya seolah terlalu cepat untuk di cerna di otaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boy Is Autis
Romantikaseorang perempuan yang baru saja satu bulan bekerja di salah satu perusahaan, tiba-tiba harus menerima fakta bahwa dirinya harus berhenti bekerja karena harus menikahi anak dari ceo perusahaan tempat dirinya bekerja. Ini tidak pernah ada dalam mimpi...