"Mas," panggil Ameena membuat Samudra yang duduk di halaman belakang rumahnya menoleh ke sumber suara.
"Kamu sudah datang, duduklah," ucapnya.
Ameena pun berjalan mendekati Samudra dan mengambil duduk di kursi yang ada di dekat Samudra hanya terhalang meja bundar.
"Ameena, aku tidak akan berbasa-basi, jadi aku berterus terang padamu," ucap Samudra menatap wanita di dekatnya membuat Ameena membalas tatapan pria itu.
"Jujur saja, aku belum siap menjalin hubungan rumah tangga, terlebih dengan wanita yang asing bagiku. Kamu paham maksudku asing, kan. Aku rasa tidak ada hal yang bisa kita pertahankan dalam rumah tangga ini," ucap Samudra membuat Ameena tertegun.
Wanita itu mencengkeram kuat ujung kerudung blousenya.
"Jadi, maksud mas Samudra, pernikahan ini tidak bisa dipertahankan lagi?" tanya Ameena.
"Aku tahu kamu juga terpaksa menerima pernikahan ini. Tidak adil rasanya, kalau kamu harus menjalani pernikahan yang tidak kamu inginkan. Apalagi sampai harus berpura-pura, jangan lakukan hal itu, Ameena," ucap Samudra.
"Memang benar, pernikahan ini adalah keinginan almarhum mas Alzar, tetapi dibalik semua itu, pernikahan ini karena atas izin Allah. Takdir yang telah Allah tentukan untuk kita berdua, Mas," ucap Ameena. "Dan aku juga tidak pernah berpura-pura, Mas. Aku hanya berusaha menjadi istri yang baik, aku ikhlas melakukannya."
Samudra diam cukup lama di sana menatap Ameena di depannya. "Aku tidak tahu, apa aku bisa menjadi suami yang baik untukmu atau tidak. Tapi aku tidak akan pernah melarangmu pergi dariku kalau kamu sudah merasa lelah."
"Apa Mas sama sekali tidak ingin mencoba menjalani rumah tangga ini dengan baik?" tanya Ameena.
"Ameena, aku tidak percaya dengan cinta. Aku mungkin tidak bisa mencintaimu," ucap Samudra.
"Yang aku tahu, tidak semua pasangan punya cinta, tetapi dalam rumah tangga ada yang namanya kasih sayang. Lagipula cinta bisa hadir dan pergi begitu saja, gara-gara faktor yang subjektif. Kadang-kadang rasa cinta muncul karena rasa nyaman, tetapi disaat pasangan tidak memberikan rasa nyaman itu lagi, maka cintapun hilang. Tidak ada rasa toleransi dan memaklumi. Jujur saja, aku tidak begitu mengharapkan cinta, karena bagiku mencintai Allah saja sudah cukup."
"Lakukan saja sesukamu, Ameena. Kalau kamu sudah lelah, maka aku tidak akan menahanmu untuk pergi dari sisiku," ucap Samudra bangkit dari duduknya,
"Aku akan pergi keluar." Setelah mengatakan hal itu, Samudra pun meninggalkan Ameena sendirian di sana.
Lelah? Ya, itulah yang dirasakan oleh Ameena, tetapi dia tidak bisa menyerah sekarang. Usia pernikahannya baru dua minggu, masih ada banyak waktu untuk bisa meluluhkan hati suaminya. Harapan Ameena, Samudra bisa menerima Ameena sebagai istrinya dan memulai hidup baru dengan menata hati mereka berdua.
Ameena percaya, Allah maha membolak-balikkan hati manusia. Dan pernikahan ini terjadi karena izin dari Allah, hanya perlu bertahan dan bersabar sedikit lagi untuk bisa mendapatkan rasa cinta dari suaminya.
***
"Woi, Sam!" seorang pria berteriak memanggil Samudra yang memasuki sebuah club malam. Dia mengambil duduk di meja bartender di samping temannya.
"Pesan dulu," ucap temannya yang bernama Rafly.
"Seperti biasa," ucap Samudra dan bartender pun membuatkan minuman untuk mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri yang Disiakan
RomanceTidak pernah terbayangkan oleh Ameena, kalau pernikahan yang diimpikannya, bukanlah bersama pria yang dia cintai, melainkan dengan calon Kakak iparnya sendiri. Alzar adalah pria yang akan menikahi Ameena. Sayangnya, pria itu mengalami kecelakaan ya...