MARVA CURHAT

1.1K 168 19
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Maaf atas keterlambatannya
Mohon tetap berikan dukungannya ya🙏🏻

~•Happy Reading•~



Suasana hati Marva sungguh hancur dari tadi pagi, apalagi ditambah dengan presentasi nya yang kacau, hal itu membuat Marva marah dan sangat kesal. Saat ini bel masuk sudah berbunyi semenjak istirahat pertama, namun Marva masih asik memainkan gitarnya di rooftop sekolah.

Alan dan Samu yang memang menemani Marva dari awal pun bingung bagaimana harus memulai interaksi, dari tadi mereka sudah mencoba mengorek-orek tentang apa yang terjadi diantara Marva dan Nazif, namun hanya ucapan kasar dan sarkas yang mereka terima.

"Udah bel Va, gue masuk duluan ya. Reputasi gue sebagai wakil ketua OSIS bisa-bisa hancur kalau ketahuan bolos." Alan beranjak dan mengode Samu untuk mengikutinya.

"Gue juga cabut deh, mau ikut-"

"Sini sama gue aja Sam." Potong Marva lebih dulu, ia memang tak ingin bicara, tapi dia juga tak ingin sendiri. Mungkin untuk Alan bisa ia biarkan pergi, tapi ia tak ingin sendiri.

"Tapi gue-"

Marva menoleh menatap Samu, "Kenapa? Lo ga mau nemenin gue? Gue cuma ga mau sendiri, ya udahlah kalau lo ga bisa."

"Engga! Bukan gitu, iya iya gue disini." Balas Samu cepat, ia menoleh menatap Alan dan menyuruh temannya itu pergi sebelum Marva mengamuk.

"Ya udah, gue duluan. Ntar pulsek bareng." Alan berjalan menjauhi mereka dan memilih untuk kembali ke kelas.

Samu menatap Marva canggung, pasalnya ia tak tahu harus melakukan apa, akhirnya dengan takut-takut Samu mendekati Marva dan duduk disebelahnya. "Ekhem, lo kenapa Va?"

Marva menatap Samu sebentar, "Sam lo disayang ga sih sama nenek Lo?"

"Disayang lah, gue cucu kesayangannya. Walaupun bapak gue kek setan, nenek gue malah berhati malaikat." Balas Samu.

"Baguslah kalau gitu. Jadi adek gue yang satu ini ga ngerasain dibenci sama nenek sendiri." Marva tersenyum tipis kemudian meletakkan gitarnya, "Gue juga pengen disayang sama Oma, tapi keknya ga bakal mungkin sih."

Samu menatap Marva dari samping, masih terlihat jelas wajah marahnya namun tak sekentara tadi. "Emang kenapa Va? Hubungan lo sama Oma lo emang ga baik?"

Marva terdiam, memang selama ini ia tak pernah membicarakan tentang masalah keluarga besarnya, mereka hanya berbagi cerita terkait keluarga kecil mereka saja.

"Sam, gue udah ngelakuin hal yang salah, sangat salah. Karena hal itu gue dibenci sama keluarga besar gue, tapi gue juga ga mau hal ini terjadi. Mereka sakit karena kehilangan satu orang, dan gue jauh lebih sakit saat gue harus kehilangan banyak orang di hidup gue."

Samu setia mendengarkan cerita Marva, selama ini mereka berempat memang sering berbagi cerita, walaupun tak menemukan solusi setidaknya mereka tidak terlalu merasa tertekan dengan apa yang terjadi.

"Gue ngerasa sendirian ditengah mereka, gue ngerasa ga ada disaat bersama mereka, gue ada namun tiada bagi keluarga gue sendiri." Marva menghela napas pelan, "Gue iri sama saudara-saudara gue yang bisa berbaur satu sama lain, sedangkan gue, gue harus menyisihkan diri saat mereka kumpul, hanya karena gue ga mau denger cacian dan makian dari mereka."

"Gue ga mau dibenci, gue juga sakit disini, tapi mereka semua seakan-akan menghakimi gue. Dan yang baru aja terjadi, saudara gue yang selama ini ga pernah nyalahin gue, hari ini Nazif marah, Sam." Marva menunduk, matanya berkaca-kaca, ia jauh lebih sakit saat harus mendengarkan perkataan itu dari saudara kandungnya sendiri.

AGLIA TWIN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang