little cat pt.5

292 38 13
                                    

Jungoo yang sudah lelah berkelana kesana-kemari itu akhirnya terpikirkan sesuatu. Ia melangkahkan kakinya mantap menuju tempat yang berada dipikirannya saat ini.

Setelah bertanya ke beberapa orang, ia akhirnya sampai di tempat itu, kantor polisi. Mungkin mereka bisa membantuku. Ia hanya akan menanyakan lebih lanjut tentang daerah ini dan daerahnya, tidak sedikitpun terpikir untuk melaporkan tentang penyekapannya. Bisa semakin panjang urusan jika ia ketahuan bukan seorang manusia biasa.

Pihak kepolisian disana menyambut Jungoo dengan ramah, menanyakan apa yang bisa mereka bantu untuknya.

Mereka menatap heran kearah Jungoo setelah ia menyebutkan pertanyannya, "Apa kau tidak punya handphone, nak?"

Jungoo menggeleng, ia tak pernah sekalipun memegang benda itu, seseorang yang ia panggil Papa tidak mengizinkannya, katanya ini bukan untuk anak kecil lah, ini akan membawa dampak buruk lah, inilah, itulah.

Dan Jungoo hanya menurut, Papa nya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki saat ini. Walaupun saat dirumah ia hanya diperlakukan kasar, dipaksa bekerja, mengurus ini itu, Jungoo tetap berterimakasih, karena Papa, ia dapat melanjutkan hidupnya hingga kini.

Jungoo harus menyayangi Papa, itu yang dikatakan Mamanya tepat sebelum ia meninggalkan Jungoo sendirian. Karena walaupun hidup mereka susah, terletak di daerah yang sangat terpencil, kebutuhan sering tak tercukupi, tak sekalipun Papa nya itu berniat menjualnya meskipun ia tahu betapa berharga dan mahal dirinya ini.

Ia pernah mencuri dengar seseorang berkata bahwa Jungoo bukanlah anak dari Papa nya, namun Jungoo segera menggelengkan kepala, menepis semua pikiran jeleknya. Ia harus pulang, walaupun ia akan habis babak belur ditangan Papa nya nanti, Papa pasti mencarinya.

Semua yang dilakukan Papa nya, apapun itu, demi kebaikan dirinya. Itulah paham yang ditanamkan di kepalanya sejak ia masih kecil.

Pria tua didepan Jungoo mengangguk, ia menyerahkan sebuah benda persegi panjang ke hadapannya, "Sini, bapak pinjami. Kau bisa bebas mencari informasi disana, nak."

Jungoo berkata kikuk, "Aku tidak bisa menggunakannya, pak, bisakah.. bapak melakukannya untukku?"

Pria tua itu tersenyum, "Eh, baiklah.. siapa namamu?"

°°°

Ia terduduk diam di atas bangku di depan sebuah toko, Jungoo menatap lurus kedepan. Sekarang ia tahu, jarak antara dirinya dengan tempat tinggal asalnya bak ujung dunia satu ke ujung dunia lain. Oke, Jungoo terlalu berlebihan, tetapi benar, itu tetap sangat jauh.

Dan yang bisa ia lakukan untuk pergi kesana hanya dengan memesan tiket alat transportasi udara, itu kata pak polisi tadi.

Yang menjadi masalah disini, ia tak tau cara menggunakan kartu hitam ini, saat ia ingin membeli jajanan di tepi jalan untuk mengganjal perutnya, semua penjualnya tidak mau menerima, "Maaf nak, aku hanya bisa menerima tunai."

Jungoo tak punya uang selembar pun, ia belum makan sejak tadi siang, tubuhnya mulai lelah. Ia hanya punya sebotol air mineral pemberian pak polisi tadi.

Tak terasa hari sudah mulai sore, ia tak tau tepat pukul berapa saat itu tetapi matahari nampaknya mulai terbenam, sang bulan sedang bersiap menggantikannya.

Untuk membeli makanan saja tidak bisa, apalagi untuk tiket pesawat, Jungoo menghela napas. Ia akan mencoba keberuntungan nya sekali lagi.

"Maaf nak, tidak bisa."

Jungoo mengaduh, jawaban mereka sama.

"Kau bisa menggunakannya di minimarket, nak. Atau kau harus menarik uangnya terlebih dahulu di bank terdekat."

this jerk! -gungooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang