Prolog

1 2 0
                                    

Kepada hati... Aku katakan
Jangan jatuh lagi ke hati yang salah
Hingga suatu hari nanti pasti bertemu...
Dengan hati yang tak menyakiti.

•kepadaHati

~•••~

"Telah banyak hal yang kulalalui. Bahkan lautanpun pernah kubawa berlari, tapi aku malah tenggelam di matamu yang indah." helaan nafas terdengar jelas kala mata itu menatap lekat seseorang di seberang sana.

"Asal kamu tahu, duniaku berubah semenjak pertama kali matamu berserobok denganku dan mendorong paksa hatiku yang tlah lama mati." matanya berganti menimbulkan kaca-kaca bening. Kaca yang kapan saja bisa pecah dan akan tumpah hingga membasahi pipi.

"Tapi aku tidak menyangka, sehebat itu kau ciptakan luka. Padaku." ia mulai terisak. "Padahal, aku sudah menetapkan hati bahwa semua ini memanglah benar. Nayanikamu itu memanglah memancarkan perasaan yang sama terhadapku. Hingga aku meyakinkan hati bahwa aku telah memiliki tempat yang tepat untuk berlindung. Aku pasti akan bangkit dari ketenggelamanku dalam mata indahmu. Tempat berteduh kala hujan membasahi tubuh."

Beberapa kali matanya berkedip, membiarkan air yang menumpuk di sana mengalir mencari tempat di mana ia akan terjun bebas hingga setara dengan telapak kaki. "Tapi aku tertipu. Ternyata kamu adalah tempat berteduh serta tempat berlindung yang salah."

"Kini, akankah aku bertahan di sini? Di tempat berteduh yang salah ini? Atau aku rela kembali basah kuyup oleh hujan di tengah langit yang kelabu. Serta lari dari tempat berlindung dan memilih tetap tenggelam sampai ajal menjemput."

"Jika memang aku harus bertahan, berarti aku harus diam melihatmu bersamanya di sana. Di mana pandanganku kini menghunus kamu dan dirinya. Aku harus melihatmu dan bertahan tanpa ingin merebutmu kembali. Meski rasa iklas tak pernah ingin menghampiri, aku harus terus melihatmu di sana bahagia, meski bukan dengan diriku di sana."

"Lihatlah sekarang, kamu bahagia, sedangkan aku sangatlah menderita."

~•••~






Bersambung

Salah Jatuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang