Langit di luar apartemen Jio mendung, seakan menjadi cerminan dari suasana hatinya yang semakin hancur. Hari itu adalah puncak dari segala kebingungannya, ketakutan yang selama ini menghantui kini telah menjadi nyata. Jio duduk diam di sofa, memegang ponselnya dengan tangan gemetar. Matanya bengkak, penuh dengan air mata yang tak kunjung berhenti.
Keputusan itu sudah diambil. Dia telah melaporkan Jerry-detektif senior sekaligus pria yang dicintainya-ke pihak forensik dan polisi. Dengan bukti yang sudah terkumpul, Jio tidak lagi bisa mengabaikan kebenaran yang ada di hadapannya. Jerry, pria yang selama ini dia percaya, pria yang dia pikir bisa diandalkan, telah menjadi tersangka utama dalam kasus pembunuhan berantai Alan Marks.
Namun, lebih dari itu, keputusan ini adalah tentang memutuskan Jerry dari hidupnya. Sebuah keputusan yang menghancurkan setiap serpihan perasaan yang pernah ada di antara mereka. Perasaan cinta dan kepercayaan itu kini menjadi abu, tersapu oleh kenyataan yang pahit.
Ponsel Jio berbunyi, sebuah pesan dari pihak kepolisian mengonfirmasi laporan yang dia ajukan. Mereka akan segera bertindak. Dengan napas berat, Jio meletakkan ponselnya dan menundukkan kepalanya, seolah mencoba memahami betapa beratnya keputusan ini.
Sementara itu, di sisi lain kota, Jerry S duduk di kursi kemudi mobilnya, menyaksikan dari kejauhan.
Senyum dingin menghiasi wajahnya. Semua berjalan sesuai rencana. Jio sudah sepenuhnya terperdaya oleh manipulasi yang dia dan Danny ciptakan. Danny, yang dengan cerdik memainkan peran pengkhianat, telah menanamkan keraguan yang begitu dalam dalam pikiran Jio.
Jerry S sudah tahu bahwa saudara kembarnya akan segera ditangkap. Dalam waktu dekat, Jerry yang asli akan dipenjara atas kejahatan yang tidak pernah dia lakukan, dan pada saat itu, Jio akan menjadi miliknya-sepenuhnya.
Beberapa jam kemudian, Jio masih duduk di apartemennya ketika bel pintu berbunyi. Jantungnya berdegup kencang, dan seketika ada perasaan aneh yang menyelinap ke dalam dirinya. Dia berjalan menuju pintu, menatap melalui lubang intip, dan melihat beberapa polisi di luar. Dengan tangan gemetar, Jio membuka pintu.
"Jioline Cheidro?" salah satu polisi bertanya dengan sopan.
Jio mengangguk pelan, suaranya nyaris hilang. "Ya, itu saya."
"Kami di sini untuk menindaklanjuti laporan Anda. Kami akan menahan Jerry Michiels untuk diperiksa lebih lanjut atas tuduhan pembunuhan."
Kata-kata itu terdengar begitu keras di telinga Jio, seolah menegaskan bahwa keputusan ini benar-benar nyata. Dia mengangguk lagi, menandakan bahwa dia mengerti. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan kosong yang tak tertahankan. Ini bukan sekadar laporan. Ini adalah akhir dari segalanya.
Di kantor detektif, Jerry sedang duduk di mejanya, tatapan matanya kosong, seolah sudah menyadari apa yang akan terjadi. Ketika polisi datang untuk membawanya, dia tidak melawan. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Bukti-bukti yang ditanamkan oleh Jerry S dan Danny sudah terlalu kuat.
Jio melihat dari jauh, matanya dipenuhi air mata. Mereka saling bertatapan untuk yang terakhir kalinya. Jerry menatap Jio dengan kesedihan mendalam di matanya, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Kata-kata itu tidak lagi penting. Semuanya sudah terlambat.
Saat polisi membawanya keluar dari kantor, Jio merasa seperti bagian dari dirinya ikut terseret pergi bersama Jerry. Cinta yang mereka bangun, kepercayaan yang pernah ada, semuanya hancur berkeping-keping.
Malam itu, Jio kembali ke apartemennya dalam keadaan yang benar-benar hancur.
Dia tak bisa tidur, matanya terus terbuka meskipun tubuhnya sangat lelah. Setiap kali dia memejamkan mata, bayangan Jerry muncul. Bukan hanya Jerry yang asli, tetapi juga Jerry S, pria yang kini dia mulai sadari punya peran dalam kekacauan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Other Side. || JaemSung ✅
Mystery / ThrillerJio, yang bekerja sebagai detektif magang. Dan Jerry, si senior yang penuh misteri. - DIHARAPKAN VOTE DAN KOMEN NYA - SEDIKIT MEMBUAT PUSING KARENA ALURNYA GAJELAS SAMA SEKALI - LAPAK JAEMIN-JISUNG - FIKSI, BUKAN REAL - UNTUK SEMUA UMUR, TIDAK ADA N...