Malam Panjang

21 4 4
                                    

"Yul....Yulgang...."

Mengepal, urat - urat Sungho bak petir terlapisi kulit alabasternya. Keringat bercucuran kala detak jantung semakin liar. Dia ingin menolong, tapi kaki mengkhianatinya. Seperti jangkar kapal, berat dan kaku tertanam di lantai.

Semua karena sepasang mata merah menyala bak api, mata dalam kepulan asap pekat memandang langsung ke arahnya.

"Kau? Kau Han Sungho?" Dan asap bisa bicara.

Tanpa kaki asap melayang mendekat. Tangan asap hendak menggapai Sungho, semakin pekat, semakin menyengat bau amonia hendak menyambar hidung.

"Ya, kau Sungho. Kau tahu di mana ayahmu?"

Bibir Sungho tertutup rapat, terkunci. Walau tahu di mana ayah, buat apa memberi tahunya? Menjawab atau tidak sama saja, pasti menjadi korban selanjutnya.

Ayo, ayo, bergerak!

Menggigit bibir bawah hingga gigi menusuk bibir, darah mengucur, perih membebaskan dari sihir. Perih membuatnya menguasai diri kembali. Berlari ke ruang tengah, dia menyambar Katana Hitam.

Siulan tercipta ketika katana membelah angin. Dua tangan memegang gagang katana dalam posisi bertahan.

"Makhluk apa kau, sialan?!"

Asap terbahak. "Aku kira kau bisu. Ya, kau memiliki mata yang sama dengan ayahmu. Kau tahu dimana ayahmu berada?"

"Enyah kau!" Sungho menyabet lengan asap, tangannya putus sirna seperti asap rokok.

Tawa asap menggelegar. "Kau tak bisa memotong asap, sobat. Sebaiknya kau ikut aku. Kita temukan ayahmu bersama. Bagaimana?"

"Bicara apa kau, Bedebah?"

Mungkin jika Sungho tidak melihat Yulgang terkapar, dia bakal mengikuti ajakan asap. Tapi tidak sekarang. Apapun ucapan asap, dia yakin tiada kebaikan di sana.

Tangan hitam pekat asap menerjang kaki Sungho. Kaki mundur, ayunan katana menebas asap dan seketika tangan asap lenyap.

"Masih belum percaya jika asap tak bisa dihapus? Bodoh, manusia bodoh!" Gumpalan asap terbahak.

Tangan asap lain menyerang seperti python, menerjang piring di meja makan. Semua jatuh pecah.

Sungho menebas dan menebas semua tangan yang menyerang, tapi, mati satu tumbuh satu. Tangan yang hilang terbentuk lagi dari residu asap.

Menghindari serangan tinju asap, Sungho nyaris terjatuh. Begitu kencang serangan hingga kulkas di belakangnya penyok.

Sungho menerobos pintu belakang. Tinju asap menghantam gas LPG, ledakan dahsyat tercipta, menghempaskan Sungho jauh ke hutan jagung.

Dia menggelinding, menancapkan katana ke bumi, mengatur nafas. Bola matanya menyala oleh pemandangan rumah yang terlahap api menyala - nyala di tengah kegelapan.

"Ayo, ikut aku, Nak. Percuma melawan!"

Monster asap berubah wujud. Sekarang dia menjadi gumpalan api terang panas. Hilang sudah warna hitam tergantikan kuning menyala, merah terang.

Dua tangan api melesat membelah angin nyaris mengenai Sungho yang melompat menghindari. Tangan menyentuh pepohonan, membakar apa yang dia sentuh.

'Yulgang masih di dalam!'

Sungho menerjang maju memotong tangan tangan api yang menyambar - nyambar. Semua tangan terhubung pada mata merah. Ayunan keras pada bagian mata gagal membelah makhluk biadab, tapi cukup membuat api memberi jalan untuk Sungho.

Sungho menerobos rumah yang terbakar. Perih matanya oleh kepulan asap panas. Tapi dia tetap mencari  Yulsang. Namun, gadis itu tak ada di tempat.

"Belakang!" Suara gadis membuat Yungho melompat menghindari terjangan api. Dia terjatuh. Lantai dua ambruk nyaris menimpanya. Beruntung dia menggelinding.

CasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang