Ada sepotong hati yang kecewa ketika malam terakhir mereka kembali berakhir dengan hentakan brutal yang Nala dapatkan.
Bahkan isak tangis dan rintihan merdunya diam-diam tak bisa enyah dari kepala lelaki empat puluh delapan tahun ini.
"Kamu akan tinggal disini sementara waktu. Dua minggu ini aku bersama Chitra dulu. Ada pak Usman dan mbok Marni yang akan mengunjungimu bila kamu membutuhkan bantuan."
Suara datar lelaki berperwakan tinggi besar ini terdengar begitu dingin di telinga tak bergiwang Nala.
Tubuhnya masih remuk redam. Bahkan bagian bawahnya masih terasa bengkaknya setelah sodokan kejam yang diterimanya kemarin malam.
Rintihan manjanya bahkan tak mendapatkan indahan dari suaminya ketika tubuh langsingnya dibuat menungging sedemikian rupa di atas sofa panjang villa itu.
Namun esoknya, Nala sudah diminta untuk mengepak pakaian. Sebab juragan Darsa sepertinya ada urusan mendadak yang tak bisa ditinggalkan.
"Iya, Mas." Lirih suara Nala hampir tak terdengar. Jemarinya cekatan mengeluarkan pakaian kotor.
"Tak usah cuci pakaian kotor itu. Besok mbok Marni akan kesini. Biarkan dia mencuci dan merapikan rumah ini. Di dalam sini ada uang bulanan kamu. Pinnya tanggal pernikahan kita. Pakailah untuk membeli makanan dan keperluanmu."
Juragan Darsa mengeluarkan satu kartu Atm khusus untuk Nala. Namun tatapan bertanya-tanya dari istri keduanya membuatnya berkerut alis.
"Ada apa?"
"Itu apa, Mas?"
"Ini kartu ATM. Kamu bisa menggunakannya?"
Dan Nala menggeleng pelan. Ia tahu kartu ATM. Namun seumur hidupnya Nala belum pernah menggunakannya.
"Lalu gimana kalau mau belanja? Apa ayahmu itu memberi uang cash?"
Lagi-lagi Nala menggeleng.
"Aku nggak pernah dikasi uang, Mas. Aku punya uang dari upah mencuci gosok di rumah tetangga."
Ada rasa sakit yang menjengkit, juga sedih mengintip kuat.
Seburuk apa hari-hari yang Nala lalui sebelum keduanya disatukan dalam pernikahan.
"Tapi kalian tinggal di rumah milik ibumu."
"Mereka suami istri kan, Mas. Ayah lebih berhak."
Jelas suara halus wanita muda ini menyiratkan duka.
Duka rindu pada apa-apa yang tak bisa lagi ia lihat.
"Benar, kah? Lalu uang mahar lima puluh juta yang kuberi kemarin?"
Juragan Darsa bertanya penasaran. Dia mulai menangkap sedikit kisah hidup istri keduanya ini.
"Aku tahu itu saat kita ijab qabul, Mas. Tapi, aku nggak pernah lihat uangnya."
Nala ingat kata-kata yang dilontarkan paman dan bibinya setelah pernikahan terpaksa antara dirinya dan lelaki di hadapannya ini.
"Uang mahar dari juragan tidak usah kamu tanya-tanya. Angaplah itu upah untuk kamu karna telah membesarkanmu." Begitu kata ayahnya sebelum juragan membawa Nala.
Pantas saja pakaian yang Nala kenakan hari itu sungguh sangat sederhana.
Padahal uang sebegitu banyak, mungkin bisa Nala gunakan separuh untuk membeli pakaian baru dan beberapa keperluannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/375730210-288-k541582.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAHASIA HATI ISTRI MUDA SANG JURAGAN
RomanceDemi membayar utang ayah tirinya Nala Andira rela menjadi istri simpanan seorang juragan tua bernama Darsa. Lelaki berumur hampir lima puluh tahun yang sangat menginginkan keturunan. Pernikahan mereka awalnya hanya sebatas pembayaran utang dan mend...