Don't forget to vote before reading
Warning : kissing, crying, begging, analsex 🔞area
Information : Latar belakang Sungtaro tidak sebagai artis or member RIIZE (alur cerita hanya fiktif karangan author semata)
Happy Reading
[My Boyfriend is Police]
🔞
Dalam kamar mandi yang berkabut, uap air hangat menyelimuti ruangan. Tetesan air dari shower menetes perlahan di tubuh Ozza yang sudah hampir basah sepenuhnya. Tangan Ozza masih terborgol, menggantung di bahu Ardan yang tegap. Ia menatap kekasihnya, Ardan, dengan sorot mata penuh permohonan.
"Ardan, lepaskan... please," suara Ozza bergetar di antara suara deras air yang membasahi rambutnya, matanya penuh harap.
Namun, Ardan hanya menyeringai.
"Lepaskan? Setelah kamu bikin onar tadi ?"
Nadanya penuh canda, tapi ada intensitas yang membuat Ozza semakin gelisah.
"Kamu ingat kan, aku udah bilang jangan ikut. Tapi apa yang kamu lakukan, huh?"
Ardan mengelus pipi Ozza dengan sentuhan yang terasa dominan.
"Dan yang lebih parah... kamu malah berani menggoda aku di depan umum."
Ozza merasa panas di pipinya, teringat bagaimana ia sengaja memancing perhatian Ardan saat demo tadi, mencoba bermain-main di tengah keseriusan tugas kekasihnya.
"Ardan... itu cuma bercanda," Ozza mencoba membela diri, tapi suaranya hampir tenggelam oleh getaran tubuhnya yang mulai menggigil.
Ardan mendekatkan wajahnya, bibirnya hampir menyentuh telinga Ozza,
"Cuma bercanda, ya? Sepertinya aku perlu menghukummu, dua kali lipat."
Tanpa peringatan, Ardan menyambar bibir Ozza dengan brutal. Ciuman itu mendalam, penuh gairah dan kekuasaan. Erangan terlepas dari mulut Ozza, tubuhnya bergetar di bawah kekuasaan Ardan, terjepit antara dinding kamar mandi yang dingin dan kehangatan tubuh Ardan yang kuat.
Tangan Ozza yang terborgol di bahu Ardan semakin terasa tak berdaya, namun ada sesuatu yang memicu desakan di dalam dirinya.
"Ozza..." Ardan berbisik kasar di tengah-tengah ciumannya yang intens, mengabaikan erangan yang keluar dari bibir Ozza.
"Bersiaplah untuk hukumanmu."
Tangan Ardan bergerak ke tubuh Ozza, memberikan sentuhan-sentuhan yang membuat jantung Ozza berdegup semakin kencang.
Ozza berusaha mengendalikan dirinya, tapi tubuhnya seakan menyerah di bawah kendali Ardan.
"Ardan... cukup, please hhh..." napas Ozza tersengal, antara keinginan dan ketidakberdayaan.