Part 12

2 1 0
                                    

- Pernyataan Suru -

***

Malam itu, suasana di rumah Zoya terasa lebih tenang dari biasanya. Setelah sehari penuh menikmati wahana permainan bersama Ishi dan Abhi, Zoya kembali merasa kelelahan. Ishi duduk di ruang tamu, menatap jendela yang memantulkan bayangan dirinya. Matanya kosong, namun pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan yang tak pernah selesai. Malam ini terasa berbeda, seolah ada sesuatu yang akan terjadi, sesuatu yang akan mengubah kehidupan mereka.

Ishi masih memikirkan pertemuannya dengan Abhi. Hatinya bimbang. Abhi adalah teman masa lalunya yang sempat membuatnya tersenyum. Tapi sekarang, Abhi mencintai Vinnie, gadis yang namanya baru disebutkan tadi siang. Pikiran Ishi berputar-putar, menimbang perasaannya terhadap Abhi dan kenyataan bahwa Abhi mencintai orang lain.

"Kenapa aku harus memikirkan ini?" gumam Ishi sambil menggeleng pelan.

Tiba-tiba, terdengar dering ponsel Ishi yang memecah kesunyian. Sebuah pesan masuk dari Suru.

Suru: "Ishi, aku butuh bicara sekarang. Ini penting."

Ishi terdiam sejenak, mencoba mencerna pesan tersebut. Jantungnya berdegup lebih cepat, seolah pesan itu membawa firasat buruk.

Dengan ragu, Ishi mengetik balasan, "Oke, ketemu di mana?"

Beberapa menit kemudian, Suru membalas, "Aku ada di depan rumahmu. Bisa keluar sekarang?"

Ishi menghela napas panjang. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menuju pintu. Saat pintu terbuka, Suru berdiri di sana dengan wajah yang terlihat cemas.

"Ada apa, Suru?" tanya Ishi sambil menatapnya penuh tanda tanya.

Suru terdiam sejenak, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Ishi, aku tidak bisa menahan ini lagi. Ada sesuatu yang harus kamu tahu, dan aku sudah menyimpannya terlalu lama."

Ishi merasa detak jantungnya semakin cepat. "Apa maksudmu?"

Suru menatap Ishi dengan tatapan serius. "Aku... aku mencintaimu, Ishi."

Kata-kata itu menghantam Ishi seperti badai. Ia terdiam, tidak tahu bagaimana harus merespon. Pikirannya langsung kembali ke momen-momen bersama Suru. Mereka memang dekat, tapi Ishi selalu menganggap Suru sebagai sahabatnya, seperti Zoya. Dan sekarang, pengakuan ini membuatnya bingung.

"Aku tahu ini mendadak," lanjut Suru, "tapi aku tidak bisa terus berpura-pura. Setiap kali aku melihatmu, aku ingin lebih dari sekedar teman. Aku ingin kamu tahu perasaanku sebelum terlambat."

Ishi merasa lidahnya kelu. Ia tidak tahu bagaimana harus merespon pernyataan Suru yang tiba-tiba. Namun, sebelum Ishi bisa mengatakan apa pun, pintu rumah Zoya terbuka, dan Zoya muncul di ambang pintu.

"Eh, Suru? Kamu ngapain di sini?" tanya Zoya dengan nada santai, tidak menyadari ketegangan yang terjadi.

Suru terlihat kaget, dan wajahnya sedikit pucat. "Aku... cuma ingin bicara dengan Ishi."

Zoya tersenyum, tidak menyadari situasi aneh yang sedang terjadi. "Ya udah, kalau mau ngobrol di dalam aja. Udah malam juga, jangan di luar."

Tanpa menunggu jawaban, Zoya menarik tangan Ishi dan Suru masuk ke dalam rumah. Situasi di dalam semakin canggung. Ishi belum sempat menanggapi pernyataan Suru, dan sekarang dengan kehadiran Zoya, semuanya terasa lebih rumit.

Ishi duduk di sofa, masih memikirkan apa yang baru saja dikatakan Suru. Di sisi lain, Suru terlihat gelisah, berharap ada kesempatan lagi untuk berbicara dengan Ishi secara pribadi. Tapi Zoya yang tidak tahu apa-apa, justru dengan santai menghidupkan televisi dan memulai percakapan tentang hal-hal ringan.

Sun SaathiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang