"Gue boleh duduk di sini?"
Kedatangan Deo menarik atensi dua orang yang sedang makan siang sambil mengobrol. Pertanyaannya langsung mendapat persetujuan dari Gracea tapi tidak dengan Saga. Terserah. Deo tetap akan duduk di kursi sebelahnya biarpun orang itu mendengkus. Ya, Deo bahkan mendengar umpatan kecil terlontar saat Saga meletakan sumpit seraya menggebrak meja.
Gracea hendak bertanya sesuatu pada Deo namun mengurungkan niat berkat gebrakan tersebut alhasil perhatiannya berpaling pada Saga di seberang.
"Kenapa sih lo?"
Tapi lelaki itu hanya diam membuat Gracea berdecih cura.
"Sea?"
Selagi memindahkan sepotong dada ayam ke nampan Saga, bentuk respon gadis itu cuma deheman tanpa melirik Deo yang memanggil. Laganya acuh, bikin laki-laki itu menekan iktikad.
"Abisin. Lo rese kalo lagi laper."
Terkekeh Saga. Sumpitnya kembali digunakan untuk mengembalikan apa yang dikasih Gracea barusan, bahkan membagi lauknya melihat bagaimana nafsu makan gadis itu meningkat akhir-akhir ini.
"Harusnya lo yang banyak-banyak makan."
"Gamau, ntar gue gemuk."
"Tapi gue suka kalo lo sedikit berisi."
"Udah Saga!" tolaknya menahan gerak tangan lelaki itu.
Saga terkekeh, tangan kirinya mengusap puncak kepala Gracea.
Menyaksikan interaksi hangat persahabatan keduanya buat Deo cemburu. Iya Deo, cemburu. Saga benar-benar menggantikan- ralat, geser. Saga benar-benar menggeser posisinya.
"Sea! Sea! Sea!" pekik heboh gadis berambut pendek yang menghampiri meja mereka dengan tergesah-gesah.
"Iya April. Ini gue, kenapa?"
Gadis itu berkacak pinggang. "Lo ya, gue samperin ke kelas malah di sini. Udah ditungguin anak-anak di ruang broadcast tuh."
"Astaga gue ada jadwal live hari ini!" langsung bangkit Gracea.
"Makanya buruan!" April tidak sabaran.
Gadis itu menoleh, "Guys, gue duluan ya?"
Saga dan Deo mengangguk serempak.
Baru selangkah, seulur tangan menghadangnya dengan sekotak susu.
"Lo belum minum." Deo beserta senyumannya.
***
Jempol dan telunjuk membenarkan letak kacamata begitu pintu terbuka, memunculkan sosok gadis yang dinanti kehadirannya.
"Maaf banget gue-"
"Lo telat lima belas menit dan itu fatal, Sea."
April baru saja masuk dan menutup pintu, begitu saja melewati Gracea yang terpaku akibat Rayan menghalang akses. Raut wajah lelaki itu nampak tak bersahabat atas keterlambatannya.
"Gue lupa-"
"Gada alasan."
Pandangan Gracea jatuh ke lantai. "Maaf," cicitnya.
Rayan mendengus.
"Gue beneran minta maaf udah bikin kalian nunggu."
Satu hal yang paling Rayan tidak suka adalah kata maaf. Jika kata tersebut terus berulang namun tanpa ada tindakan apapun.
"Sea?" intonasinya naik satu oktaf.
Kepala Gracea sontak terangkat saat mendapat bentakan. Membalas tatapan laki-laki berkacamata itu dalam diam sedang kedua telapak terkepal erat di sisi tubuh. Lirikan matanya terarah pada teman-teman setim yang langsung berlagak sibuk dengan urusan masing-masing sebagai staf, seolah tak terjadi apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ꜱᴀᴜᴅᴀᴅᴇ
ChickLit𝗧𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴 𝗿𝗶𝗻𝗱𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘁𝗮𝗸 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝘀𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗸𝗻𝘆𝗮. Dia kembali dari masalalu. Gracea tidak pernah tahu sebab dia ingin menutupinya dan membiarkan dirinya benar-benar terlupakan. Dibalik itu semua...