2

1.2K 326 15
                                    

Dengan jemari saling menggenggam Idze berdiri dalam diam saat doa dibacakan untuk kedua orang yang barus aja dikuburkan.
Matanya yang tersembunyi di balik kacamata hitam, terus memperhatikan nama yang tertera di kedua kubur tersebut.
Ivar Salban dan Rita Salban.!

Idze memperhatikan lautan pelayat yang memenuhi pemakaman keluarga Salban, tersenyum dalam hatinya karena dia berani bersumpah hampir semuanya tidak dikenalinya Dan pasti begitu juga dengan mama yang takkan senang privasinya diganggu orang tak dikenal.

Dan entah bagaimana ditengah keramaian ini mata Idze masih bisa menemukan sosok Aree.
Yah apa herannya toh Aree memang lebih tinggi dari kebanyakan wanita.
Kaki Aree jenjang dan menbuat kepincangannya jadi semakin kentara.
Idze mendengus melihat wanita itu terlihat menahan tangis.
Kenapa apa karena dia tau tidak akan ada yang bersimpati pada pembantu yang sok jadi anggota keluarga.?

Saat semua prosesi selesai, satu persatu orang menyalami keluarga yang berduka, berjalan pergi kembali ke tempat masing-masing hingga yang tersisa hanya anggota keluarga yang mungkin benar-benar berduka dengan kepergian dua orang tersebut.

Tak lama Kakek Alban mengomandoi mereka semua kembali ke dalam rumah.
Dari sudut matanya, Idze melihat Aree tetap berdiri di tempatnya meski gerimis mulai turun membuat rambut mereka terlihat seperti peternakan kutu.

Acara keluarga ini tidak terlihat seperti acara berkabung, tapi lebih seperti pesta.
Bahkan papa yang harus dirawat selama dua hari di rumah sakit setelah kabar duka diterima, kini malah terlihat tertawa tanpa beban.
Tapi bukankah Idze juga begitu.!?
Yah apa lagi yang mau ditangisi toh kabar ini sudah diterima dua Minggu lamanya.
Lagipula papa dan mama sudah menghabiskan masa pernikahan dengan kebahagiaan, tidak ada sesal  pastinya karena sudah memberikan yang terbaik untuk sang istri.
Sedangkan meski kehilangan Ivar tapi toh papa masih punya idze yang sangat bisa diandalkan dibandingkan dengan Ivar yang seumur hidup hanya bisa jadi beban keluarga, harus selalu didampingi dan diawasi.
Idze senang merasakan dingin di hatinya yang dilindungi dinding es tebal hingga rasa sakit tidak bisa menembusnya.

"Idze.!"

Saat melihat papa mendekat, Idze mengangguk dan tersenyum tipis.

"Setelah makan malam, mari kita bicara di ruang Keluarga.
Ada yang harus dibahas, penting tentunya dan kau harus tinggal."
Papa menerangkan hinga Idze tak bisa membantah, tentu dia tau Idze tak mau lama-lama di rumah ini.
Ingin segera pergi kembali ke rutinitasnya yang sibuk.

Idze mengangkat alis.
"Apa papa sudah menemukan pengganti mama.?"

"Anak kurang ajar." Meski bibirnya menyeringai tapi Idze bisa melihat mata papa berkaca-kaca.
"Para pelayat sudah mulai pergi, sebentar lagi makan malam. Katakan apa yang ingin kau makan, papa akan mengatakan pada Aree."

Idze menggeleng.
"Tidak ada. Aku akan makan apa yang tersedia."
Idze punya elergi terhadap semua yang berbahan susu tapi seluruh pelayan di rumah ini dan rumah utama sudah tau jadi dia tidak perlu mengatakannya lagi.

"Baiklah.." papa memgangguk.
"Kau pasti lelahkan, kalau kau mau istirahat pergilah ke kamarmu. Nanti saat makan malam kau akan di panggil."

"Tidak." Jawab Idze terlalu cepat.
"Tidak perlu."
Untuk apa Idze ke kamsr itu.?
Bahkan setelah pembicaraan serius yang papa katakan, setelahnya mau semalam apapun Idze akan pulang ke rumahnya sendiri.
Selelah apapun ada jay yang akan menyopirinya.!

Ketika akhirnya yang tersisa hanya para tuan Salban, idze tanpa disuruh langsung menuju ruang makan.
Dia duduk di kursi mana saja selama itu bukan kursi kakek di ujung meja.!
Idze diam main hp, saat dua orang pelayan yang sudah dikenalnya dari kecil mulai Meletakan makan malam diatas meja.
"Wanginya enak.!" Puji Idze.

Sekali Seumur Hidup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang