6

1.1K 276 32
                                    

Idze mengamati kamar pengantinya yang tanpa hiasan, lebih dingin dari kutub utara dan lebih mencekam dari liang lahat karena disana duduk sosok wanita yang lebih menakutkan dari Hanako.

"Kenapa kau di sini.?"
Idze menarik dasinya, melempar jasnya ke atas Sofa.
"Apa kau tak sabar mengesahkan dirimu sebagai nyonya Salban."
Idze melihat jam tangannya.
"Apa kau menungguku.?
Aku baru saja mengantar Laura pulang ke apartemennya.
kami bersenang-senang dulu sebelum akhirnya dia membiarkanku kembali.
Jadi aku tidak punya tenaga lagi untuk diberikan padamu.
Tapi bahkan jika Laura tidak memuaskanku, aku tidak mungkin menyentuhmu, kau terlalu menjijikan bagiku."

Aree berdiri dari duduknya.
"Tuan Shane yang menyuruhku menunggumu.
Kelihatanya satu-satunya orang yang tidak minum alkohol hanya aku.
Mereka tidak bermaksud buruk, mereka hanya ingin memastikan saja apa kau pulang dan baik-baik saja."

"Jay yang menyopiri sementara aku bebas mencumbu Laura."
Jawab Idze sambil membuka kancing lengannya.

"Baiklah tuan Idze, istirahatlah. Saya tidak akan menganggu anda.!"
Aree berusaha setengah mati agar kepincangannya tidak terlihat jelas, dia menarik gaun pengantinnya agar dia tidak menginjak dan tersungkur mempermalukan diri di depan Idze yang mungkin akan meludahi kepalanya jika menyentuh sepatu Idze.

Idze mencengkram pangkal  lengan Aree sekuat tenaganya saat wanita itu melewatinya.
"Mau kemana kau.?" Desisnya penuh kebencian.

Aree menarik napas, dia tidak menyentak lepas lengannya yang sakit, dia hanya mundur dua langkah lalu perlahan menarik lengannya.
"Apa ada hal lain yang anda inginkan tuan Idze.?"
Tanyanya pelan.

Idze benci. Benar-benar benci sikap Aree yang dibuat-buat.
Dia kenal si pincang ini dari kecil, dulu bahkan Aree tak segan menggeplak kepala Idze jika dia disakiti.
"Dengar jalang, mulai sekarang meski aku harus tersiksa setengah mati aku harus sekamar denganmu.
Meski aku benci tempat ini, dalam setahun aku takkan bisa meninggalkan tempat terkutuk ini.
Jadi jika aku bisa menahan diriku maka kau pun pasti bisa.!"

"Baik." Jawab Aree.
"Kalau begitu saya akan ganti baju dan kembali setelahnya.!"
Aree berjalan, dari sudut matanya dia melihat Tangan Idze sempat terulur untuk menahnnya tapi kemudian Idze menurunkan tangannya lalu berbalik kembali membuka kancing bajunya.

Aree berjalan dengan langkah pelan, tatapannya tanpa ekspresi.
Kamarnya ada di lantai dasar sedangkan kamar idze ada di lantai dua.
Dengan kakinya Aree kesulitan untuk naik tangg melingkar yang cukup tinggi tapi sekali lagi dengan jantung pemberian keluarga Salban maka Aree tidak boleh membantah.
Dia hanya perlu menunggu satu tahun dan kemudian bebas jika tidak dia akan memilih tertidur dalam pelukan ombak, seperti jalan yang dipilih nyonya Rita.!

Hampir satu jam kemudian Idze mendengar pintu kamarnya dibuka.
Dia tau itu Aree tapi dia memilih pura-pura tidur.
Meski lampu sudah dimatikan, Idze bisa tau kalau Aree berdiri cukup lama untuk mengamatinya.
Dibalik selimut tangan Idze terkepal, benci memikirkan apa yang sedang dipikirkan pincang murahan itu.!

Idze tau Aree beranjak, tapi kasur di sebelahnya tidak terasa melesak, dia menunggu cukup lama tapi Aree tak kunjung naik dan berbaring disebelahnya.
Perlahan saat merasakan tak ada gerakan lagi dari Aree, Idze membuka matanya yang dengan cepat menemukan siluet Aree berbaring membelakanginya di sofa santai dibawah jendela yang terbuka sedikit.

Idze ingat Aree sangat suka tidur dengan jendela terbuka, dia tidak suka kipas dan Ac, lebih suka angin dan dingin alami dan nampaknya kebiasaan itu belum hilang sampai sekarang.
Idze berdiri dengan kasar menyingkirkan selimut, dia mendekat dan dengan kuat menutup jendela membuat Aree yang tertidur tersentak kaget.
"Aku menyalakan AC dan kau membuka jendelanya.!"
Geram Idze menarik Aree sampai terduduk, rambut Aree berayun menempel ke wajahnya yang cemas ketakutan.
"Apa kau ingin menunjukkan kuasamu padaku.?
Apa kau sedang menunjukkan kuasamu sebagai nyonya Salban.!"
Idze menarik Aree berdiri tidak peduli kaki Aree tak bisa diperlakukan seperti itu hingga Aree tersungkur ke lantai.
"Aku bukan Ivar yang lemah dan sakit-sakitan.!"
Teriak Idze menunduk melihat Aree yang perlahan menarik kakinya untuk berdiri.
"Apa Ivar memanjakanmu, memberimu kuasa dan berjanji semua ini akan jadi milikmu.?!"

Aree menarik napas merapikan rambutnya.
"Maaf." Ucapnya pelan.
"Saya hanya lupa.." lirihnya membalas tatapan Idze lalu segera berpaling.
Dia berjalan meremas dadanya yanb terasa sakit, lalu mengunci jendela.
"Saya janji ini takkan terulang lagi."

"Lupa.?" Geram Idze.
Dia ingat kebiasaan Aree tapi si pincang ini dengan ringan lidahnya bilang lupa.
"Tentu saja kau lupa segalanya. Yang kau ingat hanya cara-cara bodoh untuk bisa jadi nyonya Salban.
Kau hanya ingat bagaimana cara memanjat ke dahan tertinggi dengan memakai segala cara.!"

"Bersabarlah." Lirih Aree.
"Setahun bukan waktu yang lama.
Saya janji saya tidak akan melakukan kesalahn lagi dan takkan pernah pernah bersuara atau melakukan hal yang membuat anda terganggu."

Idze terpaku, ditengah kegelapan kamar bola matanya yang putih terlihat jelas.
"Lalu kenapa kau tidak mati saja.!" Di renggutnya lengan Aree, wajahnya begitu dekat dengan wajah Aree yang pucat.
"Kenapa kau tidak ikut pergi bersama Nyonya dan tuan Ivarmu tersayang.
Kenapa kau masih tersisa di dunia ini."

"Mati." Ulang Aree.
Berapa kali dia berdoa agar tuhan mengambil nyawanya setelah kebakaran yang membakar habis semua kebahagiaan darinya.?
Kenapa Aree tidak pernah mencoba bunuh diri saja.?
Karena dia berhutang, hidupnya bukan miliknya.
Berkat jantung yang diberikan padanya, dia bisa terus hidup dan membuat orangtuanya begitu bahagia.
Aree tidak berhak mengambil dan menghancurkan apa yang sudah diberikan keluarga Salban padanya.
"Kau ingin aku mati.?" Bisiknya menatap Idze dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ya matilah.!" Desis Idze.
"Tidak ada yang lebih ingin kulihat daripada melihatmu mati, menyusul tuan muda Ivar yang hidupmu kau serahkan padanya. Lalu kenapa kau tidak ikut mati bersamanya, di dunia sana kalian bisa berkumpul lagi, kau bisa mengabdikan diri, menyerahkan jiwa raga pada Tuan Ivar yang baik dan lembut daripada disini memaksa dan menyiksaku untuk jadi suamimu.!"

Bibir Aree bergerak, ada banyak yang ingin dikatakannya.
Tapi lidahnya kelu tak mampu bergerak.

"Apa yang diberikan keluarga Salban masih kurang.?"
Idze menekan telunjuknya ke dada Aree.
"Seharusnya dari awal orangtuaku tidak membantu untuk mu mendapatkan jantung baru untukmu agar kau bisa mati saat itu dan tidak menyusahkan kami lagi.!"
Mata Idze menyala oleh api kebencian.
"Menikahimu adalah mimpi buruk bagiku."

Aree menelan ludah dia mundur selangkah, sedikit menunduk.
"Maaf.!" Bisiknya karena dia tau percuma berpikir kearah sana.
Yang berlalu tidak bisa diputar ulang karena jika bisa pasti dia orang pertama yang menolak pertolongan keluarga Salban.
Tapi jika dia menolak, ibu dan ayah pasti akan sangat menderita jadi ujung-ujungnya Aree akan pasrah dan membiarkan saja hingga akan kembali mengalami semua ini.
"Satu tahun.. bersabarlah. Hanya satu tahun." Bisiknya serak.

Idze melepas cengkramannya mendorong Aree menjauh.
"Berdoalah agar dalam satu tahun ini aku tidak membunuhmu karena terkadang aku lupa apa kau masih bisa di pandang sebagai sesama manusia.!"

Aree akan berdoa, dia benar-benar akan memohon pada tuhan agar dia mati dan semua kebencian ini bisa hilang.
Kebencian tidak berdasar yang Idze tujukan padanya menghancurkan jiwanya.
Bahkan setelah delapan tahun tak bertemu, Kebencian Idze tidak berkurang tapi malah justru bertambah.

Aree naik ke atas Sofa, membaringkan tubuhnya miring membelakangi Idze yang takkan tau bagaimana deras Airmatanya mengalir.
Aree luar biasa pintar menyembunyikan tangisnya, tubuh dan bahunya bahkan tidak berguncang dan bergerak sedikitpun.

Ada banyak lagi makian dan umpatan yang ingin Idze lemparkan pada Aree tapi perempuan cacat itu dengan santainya memilih tidur dan mengabaikannya.
Tidak masalah, masih ada banyak waktu dalam setahun ini yang akan digunakannya untuk menyiksa Aree, membuat perempuan itu putus asa dan hancur, memberikan kembali hidup yang Pernah Idze berikan padanya.

***************************
(25092024) PYK

Sekali Seumur Hidup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang