MTS : Episode 6

115 16 1
                                    

Judy menghirup udara pagi yang segar, berusaha menenangkan dirinya di hari terakhir minggu pertamanya di sekolah baru. Segalanya terasa begitu cepat-terutama sejak insiden ciuman tak sengaja dengan Jade. Sejak itu, Jade dan Rendy seperti terus berada di sekitarnya, meski ia tak meminta.

Pagi itu, sebelum bel berbunyi, Judy sedang bergegas menuju kelas ketika suara yang sangat familiar terdengar dari belakangnya.

"Judy! Tunggu!" Rendy berteriak sambil melambaikan tangan.

Judy berhenti dan menoleh, melihat Rendy berlari kecil menghampirinya. Wajahnya dipenuhi senyum ramah yang sedikit membuat Judy risih.

"Eh, Rendy. Pagi," sapa Judy dengan senyum kaku.

"Pagi juga. Gue baru aja mau nanya, lo udah sarapan belum?" Rendy bertanya, matanya mengamati Judy dengan perhatian.

Judy mengerutkan kening, sedikit bingung. "Udah kok, emangnya kenapa?"

"Bagus. Gue sama Jade ngerencanain buat ngajak lo makan siang nanti. Di kantin, bareng kita. Gimana?" Rendy menawarkan, suaranya terdengar terlalu akrab.

Judy terdiam sejenak, merasa aneh dengan tawaran itu. "Uh, gue nggak yakin bisa. Gue biasanya makan bareng Cleo sama Hizel."

"Cleo bisa ikut. Hizel juga," Rendy tersenyum lebih lebar. "Santai aja, gue sama Jade cuma mau ngobrol, lo tau lah, makin kenal satu sama lain. Lagian, lo udah jadi sorotan sejak MOS."

Judy menghela napas dalam, lalu mengangguk. "Oke deh, gue pikirin dulu. Tapi nggak janji ya."

"Tenang aja, lo bakal suka ngobrol sama kita," Rendy menepuk pundak Judy ringan sebelum berlalu. "Nanti gue jemput lo di kelas, ya!"

Di ruang OSIS, Jade sedang duduk santai di kursi Michelle, sementara Michelle sendiri hanya berdiri di tepi meja, memandang kosong ke luar jendela. Jade memutar bolpoin di jarinya, matanya mengamati Michelle dengan penuh tanya.

"Lo kenapa, Michelle? Biasanya lo nggak kayak gini," Jade menyipitkan mata, penasaran.

Michelle menoleh perlahan, kemudian menghela napas. "Gue... nggak yakin sama semua ini, Jade. Jabatan ketua OSIS, ambisi, semuanya tiba-tiba jadi nggak penting."

Jade menyandarkan tubuhnya lebih dalam ke kursi, senyum sinisnya muncul. "Nggak penting? Sejak kapan lo ngomong kayak gitu? Lo, Michelle Verano, yang selalu penuh ambisi?"

"Sejak... sejak gue mulai deket sama Hizel," Michelle menjawab, matanya terlihat lembut, tidak seperti biasanya.

"Hizel? Anak baru itu?" Jade menatapnya heran. "Dia ngubah lo gitu?"

"Dia bikin gue mikir. Mungkin hidup gue nggak harus selalu soal kekuasaan atau kontrol. Ada hal-hal lain yang... lebih penting," Michelle menatap Jade, mengingatkan Jade pada seseorang yang sudah menyerah.

Jade tertawa kecil, sinis. "Lo ngomong kayak gini karena Hizel? Please deh, Michelle. Lo gak serius, kan? Gue gak nyangka lo bisa berubah cuma gara-gara dia."

Michelle tersenyum tipis. "Terkadang seseorang datang di waktu yang tepat, Jade. Gue nggak pernah nyangka dia bisa bikin gue ngerasa beda."

Jade menggeleng, tertawa kecil. "Gila, lo beneran berubah. Tapi gue nggak akan. Gue masih fokus sama rencana gue buat dapetin Judy."

Michelle memandang Jade dengan tatapan tajam, tapi tak ada ancaman lagi di sana. "Hati-hati, Jade. Lo mungkin bisa dapat apa yang lo mau, tapi gue gak yakin lo bakal puas."

Di kelas, Hizel dan Cleo duduk berdampingan sambil membahas hari-hari MOS yang baru saja berakhir.

"Lo perhatiin nggak, Judy makin deket sama Rendy dan Jade?" Cleo bertanya sambil menyipitkan mata, sedikit curiga.

My Two Senior's || JaemRenSung ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang