III : His Dimensions

25 4 0
                                    

🎻: "Lemah, satu kata yang aku gambarkan saat bertemu dengannya. Tapi hal itu yang sudah aku tunggu selama bertahun - tahun, agar dia mengandalkan ku."

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-

Satoru Gojo's POV:

Jujur saja, aku sudah mengikhlaskan dirinya, aku hanya ingin tau, kemana dia pergi meninggalkan diriku? Apakah dia sejak awal ingin pergi dari rengkuhanku? Ku pikir aku yang selalu berharap pada dunia agar semua hal terjadi sesuai kehendak ku. Aku bukan tuhan, aku hanya seorang penyihir yang terkuat di era ini.

Tawa dari para muridku keluar dengan senang, banyak para remaja yang rela mengorbankan nyawa mereka hanya untuk melindungi manusia non-penyihir, tetapi hal itu tak layak untuk merebut masa muda mereka.

Helaan nafas keluar dari mulutku ketika merasakan angin menerpa rambut putihku, Aku mengambil penutup mata dari saku bajuku, berjalan dari tangga menuju bawah. Tanganku dengan lihai memasang penutup mata itu ke mata biruku.

Jepang masih terlihat indah untuk sekarang dan aku berharap ini akan terus terjadi, semoga tak akan ada hal buruk untuk kedepannya. "Yo~ Sedang latihan? Mau membeli makanan bersama sensei tampanmu ini?" Semuanya berhenti dengan kegiatan mereka, semuanya langsung menatapku dengan berbinar - binar. Sangat imut di mataku. Salah satu gadis dengan rambut pirang mendekat diikuti dengan anak lelaki yang sering disebut sebagai wadah sukuna.

"Sensei! Bagaimana jika membeli makanan di restoran yang baru buka?! Ku dengar menu mereka sangat unik!" Serunya sambil  bersorak dan tangan yang dibuat ke atas, "Nobara! Kupikir kita harus pergi membeli makanan manis dulu, iya, kan, Gojo-sensei??" Sambung pemuda berambut merah muda tak kalah semangat.

Aku terkekeh, "tentu saja, hari ini kita akan pergi dan makan sampai kenyang! dan..." aku menjeda kalimat sambil berdehem. "Megumi~ apakah ada tempat yang ingin kau tuju?" Semua perhatian mengarah ke pemuda berambut landak itu, wajah memerah kesal karena nada suara yang aku buat kepadanya, anakku satu itu selalu membuatku bersemangat dengan reaksi yang dia keluarkan.

"Toko buku..." Balasnya sambil memalingkan wajah. "Sangat membosankan," cibiran keluar dari mulut Nobara membuat Megumi memutarkan matanya.

"Ya! Ayo kita pergi sekarang sebelum semua toko tutup,"  kakiku mulai berjalan dengan tangan di dalam saku. Mereka mengikutiku, dengan supir yang tersedia kami langsung duduk di sana.

Aku menyandarkan kepalaku pada kursi mobil, memejamkan mataku sebentar, tetapi ternyata bukan istirahat yang aku dapat, jiwaku berpindah dikarenakan masih ada efek dengan ritual yang sudah aku lakukan.

Jiwaku berpindah pada rumah wanita yang tadi malam aku datangi, aku memaksa agar diriku bangun tetapi tak bisa, aku terjebak di sana. Mataku melihat dari sana, ada fotoku yang terpajang, 'apakah itu aku? Pantas saja dia tahu namaku..' pikirku, mataku berputar.

Mataku menangkap seorang gadis yang duduk sambil membaca buku di atas ranjang, saat tenang sampai membuatku ingin memandangi dirinya. Aku terkejut ketika ada sebuah tetesan air yang mengalir dari kaca yang aku lihat.

ada satu gadis lain, dia mulai berjalan ke sebelah gadis itu, tetapi terlihat sangat bersemangat menurutku. Tetapi saat aku melihat wajahnya aku mungkin akan segera tertawa, "jelek sekali.." tanpa disangka ejekan kecilku membuat dia menoleh ke arahku, tetapi berbeda dengan tadi malam. Matanya terdapat kacamata bulat serta rambut yang diikat rapi.

Matanya menatap tajam seolah olah ingin menusuk jiwaku, aku merasa tidak bisa bergerak. Apakah aku takut? Jantungku berdetak karena irama. Aku bahkan bisa jatuh di dalam kegiatan ini. "Jangan pergi." Gadis itu segera berlari ke arahku. "Kau Satoru Gojo kan? Jadi kau bukan ilusiku?" Suaranya terdengar kencang karena berada di dekat kaca.

Aku mulai deg - degan, apakah dia akan marah dan memecahkan cermin ini? Aku harap itu tidak akan terjadi. "Ya, kau siapa?" Jawabku dengan dingin. "Jangan bilang kau lupa dengan namaku-" Sebelum dia berbicara aku segera menyela ucapannya. "Baiklah nona (name). Aku harap keadaanmu baik baik saja." Tepat pada waktu itu aku merasa diriku kembali.

Aku sudah berada di dalam kamarku, kepalaku terasa sangat pusing. Efeknya sangat kuat. Saat melihat keluar, bulan sabit sudah menunjukkan dirinya, aku termenung. Bukankah aku pergi tadi siang? Lalu kenapa kejadian sesingkat itu bisa sangat lama di sini?

Seorang pelayan dari kediamanku datang, dan diikuti ketiga muridku. Wajah mereka terlihat sendu. "Apakah kau tidak apa - apa Gojo sensei?" Itadori Yuji, pemuda berambut merah muda itu mengeluarkan suaranya. Suaranya menjelaskan betapa dia mengkhawatirkan diriku. Dan juga raut khawatir dari kedua muridnya.

Aku terkekeh seperti orang bodoh. "Apanya, yuji?? Tentu saja aku baik baik saja, senseimu adalah yang terkuat, tau?" "Ya, dan pingsan saat dalam perjalanan ingin berbelanja," keluhan keluar dari mulut gadis itu. Aku salah, mungkin gadis itu hanya ingin uangku.

"Shoko-san bilang kau harus istirahat, oleh itu kami langsung membawamu kemari." Ucap Megumi sambil meletakkan buah buahan di sebelahku. "Baiknya~"

"Tapi Sensei! Kau sangat berat tau?!"

"Benar, bagaimana bisa kami yang mengangkatmu"

"Kalian lebay sekali."

Kamarku sekarang menjadi berisik karena ketiga remaja itu, aku tertawa yang mengundang tawa bagi mereka. Untuk sekarang, aku mungkin tidak ingin tidur, aku takut bertemu dengannya lagi.

Dan lagipula siapa wanita cantik yang membawa buku tadi? Aku berharap itu Enaku yang baru muncul.

Dan lagipula siapa wanita cantik yang membawa buku tadi? Aku berharap itu Enaku yang baru muncul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

story by: © torutorunah



Glass Reflection [ Satoru Gojo x Reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang