empat | akhir pekan.

58 6 0
                                    

Suasana rumah keluarga Ranu di Minggu siang terasa hangat dan penuh kebersamaan. Teriakan penuh semangat menggema di ruang tengah ketika sebuah suara kecil memecah keheningan, "OM LANUUUUUU!" Suara itu tak lain berasal dari Nadlyn, keponakan kecil Ranu, putri dari kakak satu-satunya, Aninda. Tanpa menunggu lama, makhluk kecil itu berlari menghampiri dan langsung menubruk punggung Ranu yang sedang duduk santai bersama adiknya, Deva. Gitar yang tadinya berada di pangkuan Ranu sedikit bergeser akibat benturan lembut itu.

Ranu tertawa kecil sambil melepaskan gitar dari pangkuannya, lalu berbalik memeluk tubuh mungil Nadlyn. “Hi cantik,” ucapnya dengan lembut sambil mengusap punggung kecil keponakannya, memberikan sentuhan penuh kasih yang selalu ia tunjukkan kepada gadis kecil ini. Nadlyn membalas pelukan itu dengan ceria, celotehnya langsung mengalir tanpa henti. Gadis kecil itu selalu punya cerita yang tak ada habisnya, dari petualangan di preschool nya, teman-temannya, hingga mainan kesayangannya. Dan Ranu, seperti biasa, tak pernah bosan mendengarkan. Baginya, setiap kata dari mulut Nadlyn adalah keajaiban kecil yang ia nikmati.

“Hawo ty vaaa!” seru Nadlyn, kali ini suaranya ditujukan pada Deva yang tersenyum melihat keceriaan Nadlyn. Deva membalas dengan hangat, menarik Nadlyn ke dalam obrolan kecil mereka bertiga.

Tak lama, Aninda, kakak Ranu, muncul bersama suaminya, Jonathan—atau yang biasa dipanggil Bang Jo. Abangnya itu orang medan, seperti papa. Ranu menyapa mereka dengan senyum hangat, memeluk kakaknya erat, lalu menyambut Bang Jo dengan cara yang lebih akrab.

“Gimana di jogja mbak nin? bang? Eyang beneran sehat kan?” tanya Mama Ratih langsung setelah bergabung bersama di ruang tengah.

Mama Ratih selalu senang dengan hari minggu, dia bisa berkumpul dengan Ranu dan Deva yang biasanya tidak punya banyak waktu di hari biasa. Dan minggu kali ini lebih istimewa, karena anak pertamanya beserta keluarga kecilnya juga ikut bergabung di rumah ini. Aninda, selalu menyempatkan waktu untuk ke jakarta, mengunjungi orang tua dan adik-adiknya, setidaknya satu kali dalam sebulan.

“Sehat, Mama. Jangan khawatir. Jogja dan seisinya selalu memperlakukan Eyang dengan baik,” jawab Aninda sambil tertawa kecil.

Lalu menceritakan bagaimana ia di Jogja 3 hari kemarin, menemani suaminya kerja di kota kelahiran mamanya itu, dan tentu saja menyempatkan untuk berkunjung ke rumah Eyang Aryo. Mama Ratih tersenyum lega, suasana ruang tengah dipenuhi tawa dan cerita tentang perjalanan Aninda di Jogja dan banyak hal lainnya.
.
.

Matahari sudah mencapai puncaknya, dan setelah makan siang bersama, suasana rumah mulai sunyi kembali. Masing-masing anggota keluarga kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Ranu yang merasa sedikit lelah, merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia memandang langit-langit kamar dengan mata setengah terpejam, berusaha menikmati ketenangan sejenak sebelum tidur.

Namun, tak lama kemudian, dering handphone-nya memecah keheningan kamar. Dengan malas, ia meraih ponselnya di nakas dan melirik layar. Temannya menghubunginya. Ranu menjawab panggilan itu dengan suara serak, tanda ia belum benar-benar siap untuk percakapan.

“Tumben nggak di tempat biasa?” tanyanya, terdengar setengah penasaran.

“Elah, mau bucin kok minta gua sama yang lain temenin.” setelah mendengar penjelasan temannya itu yang mengajak kumpul malam ini, di tempat berbeda. Refrain Café, katanya.

Ranu menghela napas panjang, lalu menutup telepon dengan, “Iyah, iyah, nyusul gua.” Ia meletakkan ponsel kembali di atas nakas dan menutup matanya lagi. Malam ini mungkin dia akan pergi, tapi untuk sekarang, ia hanya ingin tidur sejenak.

.
.
.

8.15 malam, Ranu akhirnya tiba di Refrain Café, sebuah tempat yang baru pertama kali ia kunjungi. Udara malam yang sejuk membelai kulitnya saat ia membuka pintu kayu di depan kafe itu. Begitu melangkah masuk, ia disambut oleh suasana yang hangat dan ramah, seolah-olah tempat ini mengundang siapa pun yang datang untuk tinggal lebih lama dari yang mereka rencanakan. Aroma kopi yang menggoda dan cahaya lampu temaram berpadu dengan alunan lembut musik, menciptakan suasana yang menenangkan, tapi juga penuh kehidupan.

Sebagai anak arsi, Ranu tak pernah bisa menahan dirinya untuk tidak memperhatikan detail bangunan di sekelilingnya. Matanya yang tajam dan terbiasa memperhatikan setiap lekuk desain, dengan cepat menangkap keindahan sederhana yang disajikan Refrain Café. Dinding bata ekspos dengan sentuhan industrial, dipadukan dengan dekorasi kayu yang memberikan kehangatan tersendiri. Cahaya dari lampu gantung yang terbuat dari logam tua tampak memancarkan aura vintage yang menenangkan. Tanpa sadar, tangan Ranu dengan cepat mengarahkan kameranya pada satu sudut kafe yang menurutnya menarik—titik di mana estetika kasar dari dinding bata bertemu dengan kemewahan sederhana furnitur kayu. Jepret. Foto itu tersimpan dalam digicam nya, menjadi bagian dari koleksi pribadinya tentang ruang-ruang yang berhasil mencuri perhatiannya.

Fotografi. Ya, itu salah satu kesenangan Ranu di luar rutinitas kuliahnya yang sering kali sibuk. Di balik kesan dingin dan pendiamnya, ia selalu menemukan keindahan dalam hal-hal yang orang lain anggap sepele. Setiap tempat, bangunan, atau hal lainnya, selalu memiliki cerita, pikirnya.

“Oy, Ran, sini!” Suara yang tak asing lagi terdengar dari sudut ruangan.

Ranu menoleh, melihat ke arah meja dekat panggung live music, dan di sana terlihat Poul, melambaikan tangannya. Di samping Poul, dua temannya yang lain sudah duduk dengan nyaman: Tama dan Nuka. Cahaya lembut dari panggung menyoroti mereka dari kejauhan. Tanpa pikir panjang, Ranu mengayunkan langkahnya menuju meja itu, melewati deretan meja-meja kecil yang dipenuhi pengunjung yang tampak menikmati malam mereka.

Dia berjalan mendekat dan tersadar kemudian, ternyata ada empat orang. Begitu sampai, ia disambut dengan tawa kecil dari teman-temannya.
“Hei,” sapa Ranu. Dengan gaya yang khas, ia mengulurkan tangan untuk melakukan high-five dengan ketiga temannya, dan..

Refrain KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang