delapan | akhir pekan salwa

50 7 1
                                    

Sabtu pagi ini terasa lengang, dan Salwa yang bisa dibilang seorang extrovert, merasa bosan setengah mati. Biasanya, akhir pekannya selalu diisi dengan berbagai aktivitas atau jadwal latihan, tapi hari ini berbeda-semuanya kosong, dan rasa bosan seakan menyelinap mengusik.

Tak ingin terjebak dalam rasa jenuh, Salwa memutuskan untuk menelepon sahabatnya, Poul, untuk mengajaknya keluar dan mungkin melakukan sesuatu yang menyenangkan. Namun, Poul ternyata sudah memiliki rencana lain-dia akan bermain futsal dengan teman-temannya pagi ini. Poul, mengajak Salwa untuk menonton saja jika dia mau.

Salwa berpikir sejenak. Teman-teman perempuannya, Nova dan Cala, berencana menghabiskan waktu di mall, girls time katanya. Nebiva juga ikut serta.
Mereka sudah mengajaknya bergabung semalam, tetapi Salwa merasa sedikit malas untuk pergi ke mall hari ini, jadi dia memutuskan untuk bergabung di waktu lain.

Namun saat ini Salwa merasa bosan. Dan mas Kavi, yang biasanya sering menemaninya, juga sibuk dengan pacarnya akhir pekan ini. Jadi, setelah mempertimbangkan, Salwa memutuskan untuk mengiyakan ajakan Poul saja. Lagipula, nanti dia bisa menonton sambil membaca novel yang belum selesai dibacanya, di suasana yang baru dan berbeda.

Dengan begitu, salwa segera bersiap-siap dan berangkat dengan Vespa kesayangannya. Lokasi tempat Poul bermain futsal tidak terlalu jauh dari rumahnya, dan cuaca pagi ini sangat bersahabat. Salwa merasa semangat untuk akhir pekan ini yang tampaknya akan menjadi lebih menyenangkan dibandingkan jika ia hanya di rumah. Dengan hati riang, dia melaju menuju tempat futsal, siap menikmati harinya.

Setibanya di tempat futsal, Salwa melihat Poul sudah bersama teman-temannya. Untuk kemudian segera menyadari beberapa wajah familiar, beberapa teman poul yang sudah salwa kenal. Oh, ada Ranu juga, yang hanya meliriknya sekilas saat Poul menghampirinya. Poul menyarankan tempat di pinggir lapangan yang sekiranya bisa nyaman salwa duduki.

Salwa sempatkan menyapa beberapa teman Poul yang membalas dengan agak heboh-seperti biasa, anak cowok yang suka ribut. Dia akhirnya duduk di tempat yang disarankan dan mulai fokus menonton pertandingan futsal, sambil menikmati camilan yang sengaja ia bawa. Rasa bosan yang semula mengganggu perlahan-lahan menghilang, digantikan oleh rasa seru menonton permainan yang cukup menarik. Beberapa kali, tanpa sengaja, netra Salwa fokus pada salah satu orang di lapangan, "Jago juga," gumamnya.

Namun, seiring waktu, Salwa mulai merasa bosan lagi. Dia memutuskan untuk membuka novelnya dan melanjutkan bacaan yang sempat tertunda. Tanpa sadar, ada netra lain yang beberapa kali juga tertuju pada salwa. Dari pemilik yang tadi jadi titik fokus salwa juga.

.

Permainan akhirnya selesai. Poul dan teman-temannya berjalan keluar dari lapangan, wajah mereka masih merah dan berkeringat setelah bertanding. Beberapa dari mereka langsung pergi, melanjutkan kegiatan masing-masing. Kini hanya tersisa Poul dan Ranu, yang sudah mengganti baju futsalnya, tampak sibuk mencari keberadaan Salwa. Mereka melihat tas Salwa masih ada di tempat duduknya tadi, tapi pemiliknya menghilang entah ke mana.

Ranu belum pulang karena dia satu motor dengan Poul. Meski biasanya cuek, kali ini dia ikut membantu Poul, manusia setengah bule itu lalu lalang sambil terus mencoba menghubungi Salwa lewat ponsel. Namun, dering ponsel itu justru muncul dari tas Salwa yang tertinggal. "Sial," gerutu Poul.

Masalahnya dia tau perempuan itu pun tidak di toilet, tadi ia melihatnya sendiri setelah berganti baju, pintu toilet semuanya terbuka. Mata Ranu juga ikut menelusuri setiap sudut tampat futsal ini, meski raut wajahnya tampak lebih tenang dibanding Poul yang sedikit gelisah.

Tepat saat Poul mengambil tas Salwa dan berencana mencari gadis itu di luar lapangan, tiba-tiba sosok yang mereka cari muncul dari arah pintu masuk. Dengan senyum lebar tanpa rasa bersalah, Salwa melambai ke arah mereka, tangannya membawa rujak buah? dan air minum. "Oh, udah selesai mainnya?" tanyanya dengan santai.

Poul, dengan sedikit kesal tapi lega, mendekat dan tanpa ragu mengetuk jidat Salwa. "Lu ke mana aja bocah?" katanya, setengah mengomel. Salwa hanya tertawa kecil, mengabaikan keluhannya dan malah menawarkan rujaknya pada Poul dan Ranu. Jangan salahkan salwa, dia hanya mau memastikan, sepertinya saat mau masuk, ia melihat mamang tukang rujak di depan tempat futsal ini. Dan yaaaa, dia dapat favoritnya.

"Rujak? jam segini?" celetuk Ranu sambil melihat jam di ponselnya, 10 pagi.

"Tau, makan dulu ayo." ajak poul.

"udah sarapan broo," Salwa hanya ingin segera memakan rujak yang menggodanya itu.

"Yaudah kita tinggal, gas Ran."

"Yok."

"Ehhhh? masa gua ditinggal? ikut brok!" Salwa segera menyusul langkah poul dan ranu yang menuju tempat parkir. Lagian semua barang salwa termasuk key pob motornya, ada di tasnya yang sekarang di tangan poul.

.

"Po, tas gua!" Vespa nya sudah terlewat, poul dan ranu terus berjalan tanpa memperdulikan salwa yang berusaha menyamakan langkah lebar dua pria itu. Heyy botol minum salwa jatuh menggelinding tadi ketika ia sedikit berlari, jadi ia tertinggal dua manusia iseng itu.

"Ish!" Salwa mendengus kesal setelah akhirnya berhasil menyusul. Ia memukul lengan Poul, sementara Ranu juga mendapat tatapan tajam darinya. Mereka berdua hanya terkekeh, senang melihat kekesalannya. Menyebalkan bukan?

"Sini." Salwa mengulurkan tangannya pada Poul, menagih tasnya.

"Lu pulang ca?"

"Lah makan kan kita po, mau di mana? bebek pak man?"

"Gua mau lanjut ke rumah ni anak, ps sekalian lanjut nugas nanti kalo semangatnya ada" ucap Poul, menunjuk ranu.

"LOH? gua sendirian dong makan"

"Orang rumah?"

"Ayah bunda keluar po, ada urusan di Bogor. Mas kavi, pacaran dia. Makannya gua recokin lu pagi-pagi." Jelasnya diakhiri dengan kekehan kecil.

"Makannya punya pacar" ledek poul.

"elu kan?" jawab salwa sambil mengedipkan sebelah katanya.

Ranu, menyimak obrolan keduanya, dia bingung. Dua manusia ini, sebenarnya apa?

"Yaudah, gua pulang duluan deh kalo gitu."

"Mau ikut aja, Sal?" Akhirnya suara ranu terpakai teman-teman.

"Eh?"
"Gausah deh, Ran. Ga enak, gua belum pernah ke rumah lu."

"Ya pernahin lah."

Salwa sedikit terkejut mendengar tawaran itu. Ranu, yang baru dikenalnya baru-baru ini, belum terlalu akrab dengannya. Ia ragu, meski sebenarnya ia memang belum mau pulang.

"Gapapa? Tapi... gue nggak ganggu, kan?" tanyanya, masih ragu. Poul hanya menggeleng, dia juga tidak mau membiarkan salwa sendirian.

"Gak, santai aja. Gua juga ada adek cewek di rumah. Kalo lu bosen, bisa ngobrol sama dia," Ranu mencoba meyakinkan.

Salwa terdiam sejenak, menimbang. Meski ini berarti pertama kalinya dia ke rumah Ranu, ajakan itu terdengar menarik dibandingkan ia harus pulang sepagi ini untuk kemudian berdiam di rumahnya yang kosong. Akhirnya, ia tersenyum. "Yaudah, gua ikut. Makasih, ya."

..

Refrain KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang