Prolog

4.2K 293 10
                                    


Malam yang sunyi di sebuah permukiman kecil penduduk di kawasan paling belakang dekat dengan hutan dan jauh dari rumah penduduk berdiri bangunan kecil yang mungkin sudah tidak layak untuk ditinggali, tetapi tempat itu menjadi tempat tinggal dari seorang anak berusia 13 tahun, umurnya masihlah begitu belia tapi sudah merasakan pedihnya hidup.

Lahir sebagai anak yang tak diinginkan bukanlah kemauan dari seorang Arvie, hidup sendiri di rumah gubuk kecil bukanlah kemauan Arvie juga tapi ia harus selalu bersyukur, ibu kandung nya pergi meninggalkan nya dan memilih pergi seorang diri kepelukan pria mapan seolah ia belum pernah memiliki seorang anak, sampai ia harus hidup dibayang-bayangi keluarga ayah kandungnya yang tak menyukainya.

Ayah nya selalu datang kerumah ini hanya untuk melampiaskan emosi nya dengan menggunakan kekekrasan padanya, pernah beberapa kali Arvie mencoba kabur namun bukannya dilepas ia malah di cari seolah menjadi buronan dan setelah berhasil di tangkap hal yang tak diinginkan terjadi semenjak aksi kaburnya yang pertama kali bukan hanya sang ayah yang melakukan kekerasan padanya tapi juga saudara seayah nya pun melakukan nya.

Ia tak pernah sekolah, tak pernah diperbolehkan untuk melihat dunia, hanya akan ada orang datang setiap hari untuk memberinya makan  sekali benar-benar iblis.

"Akhirnya semua masalah terselesaikan dan Reivano pun hidup bahagia bersama keluarga nya tamat"

"Andai aku menjadi Reivano, andai aku berada di panti asuhan, andai aku tak punya orangtua, andai dan andai, aku lelah"

Ucapan melantun dari seorang anak berusia 13 tahun, umur yang masih bisa dibilang kecil dan masih butuh bimbingan malah terlihat tak ada kehidupan.

Brak

Suara gebrakan pintu terbuka memperlihatkan seorang pria paruh baya yang terlihat kacau, entah apa yang terjadi tapi ini hal yang buruk menurut firasat Arvie, pria itu mendekat dengan sebuah cambuk di tangan kanannya belum lagi wajahnya yang terlihat merah karena menahan emosi nya

"Ini semua gara-gara kau"

Ctass
Ctass

Cambukan itu dilayangkan kepada Arvie yang belum siap, terus menerus mengenai tubuhnya yang bahkan sudah banyak luka membekas, Arvie terus menutupi kepalanya entah karena ingin melindungi atau memang hanya karena sudah terbiasa, sebenarnya Arvie sudah lelah tapi ia tak mau jika harus membunuh diri sendiri didunia sudah susah nanti malah susah juga ketika sudah mati.

"Gara-gara ibumu, dia dan suaminya itu malah yang mendapatkan tender nya, kenapa bukan aku"

Ctass
Ctass

Cambukan terus melayang, sampai pria itu lelah dan mulai bosan ia pun mengambil sebuah revolver yang entah darimana dan mulai membidik pada Arvie yang sudah tetbaring meringkuk dengan nafas yang tersenggal

"Ini semua akan berakhir hari ini"

Dorrr
Dorr

Dia tembakan berhasil dilayangkan dan mengenai kepala dan perut Arvie yag tak sempat untuk mengelak, darah mengucur, bau amis mulai tercium, Arvie sudah tak lagi bergerak.

"Bakar tempat ini" ujar pria itu pada bawahannya dan pergi dari sana dengan tak menoleh sekalipun seolah ia tak melakukan apapun, kedua bawahan nya pun langsung membukuk dan melakukan pekerjaan mereka tanpa merasa kasihan mulai menuangkan bensin dan keluar dari rumah itu lalu membakarnya dengan korek api. Api membesar dan tanpa dipadamkan mobil yang berisi dari tiga orang itu pergi begitu saja

"Ku fikir aku masih bisa melihat dunia yang indah, bukannya kobaran api yang menyilaukan dan panas"


_____


Di sebuah bangunan besar terlihat banyaknya anak-anak kesana kemari bermain dan tertawa.

"Suster tolong jaga anak-anak, aku mau melihat bayi-bayi di dalam sudah waktunya mereka makan" ujar kepala panti disana

"Baik"

Kepala panti itu masuk kesebuah kamar terlihat 2 bayi yang tertidur, 2 bayi laki-laki yang keduanya ditemukan di waktu yang sama tetapi tempat yang berbeda karena kasihan kepala panti membawanya kesini

"Oh, lihat ini apakah Reivano terbangun, lucunya haha" tawa kecil yang membuat sang bayi Reivano tertawa juga

"Baba  caca" Suara dengan bau susu itu terdengar mengusik bayi yang satunya

Perlahan mata bayi yang tertidur terbuka dan terlihat melotot seolah syok denga apa yang ia lihat

"Oh sayang, lihat Arvisha juga terbangun, apa kalian lapar" pertanyaan yang memang tak bisa di jawab oleh keduanya tapi mungkin di pahami oleh salah satunya

"Ba ba"


Arvisha pov

Apa ini aku jadi bayi, apa Tuhan berbaik hati dengan memberikan ku kehidupan kedua, wah menakjubkan

"Ba ba"

Oh aku lupa aku kan belum bisa berbicara, yah sudahlah aku akan menjalani kehidupan yang aku inginkan, hidup aman damai tentram.

Tapi apakah Arvisha akan bisa menjalankan kehidupan yang ia impikan hmmmm.. Entahlah

Arvie Pov End

Figuran : Arviesha. LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang