10

449 124 3
                                    


Happy Reading

SMA Lentera adalah sekolah elit yang dimiliki oleh keluarga Leonardo, lebih tepatnya dimiliki oleh Arthur Leonardo. Disekolah inilah cerita utama sang protagonis Reivano dimulai entah itu bertemu dengan para protagonis lainnya ataupun dengan antagonis nya. Cerita yang klise karena masalah yang dimuat hampir mirip dengan cerita novel lainnya tapi tentu dengan faktor dan kaitan yang berbeda.

Di sebuah mobil hitam yang mengkilap melaju dengan kecepatan normal membelah jalanan yang tak terlalu ramai di lalui oleh kendaran, Arthur terlihat fokus pada jalanan dan Arviesha yang juga hanay diam sambil melihat sekitar.

"Arvie, apa kau tak mau bersama Rei? Jika begitu Daddy bisa meminta untuk kalian pisah kelas saja" Arthur membuka topik dengan mengkaitkan Reivano pada pembicaraannya dengan sang putra bungsu

Arviesha hanya diam saat mendengar Daddy nya berbicara seperti itu, jujur ia tak tau harus menjawab apa karena dilubuk hatinya selama ini yang menemaninya disekolah maupun dirumah adalah Reivano karena ia tak pandai bersosialisasi, yah tau sendiri dikehidupan sebelumnya bagaimana, bahkan ia tak pernah melihat anak seumuran nya dulu.

Jika saat ini Arviesha mengiyakan ucapan Arthur kemungkinan ia akan merasa sendiri 98% akan terjadi 2% nya ia akan mendapatkan teman yang hanya sok akrab karena ia anak pemilik sekolah, tapi jika ia menolak maka 100% ia akan terjerumus kepada alur dan malah merusaknya, yah walau sekali lagi ia sudah merusak bagian awal atas kehadirannya di keluarga Leonardo.

"Tidak perlu Daddy"

Keputusan akhir Arviesha berikan, yah yang paling penting adalah kehidupan nyaman dan damainya tetap terjalan jika Reivano ada bersamanya, asalkan nanti ia sedikit menjauh dari para protagonis. Sepertinya merecoki kakak kembarnya tidak buruk, dari pada ia merusak alur lebih jauh ide ini memang paling efektif.

"Baiklah jika Arvie ingin seperti itu, ingat jika ada yang mengganggu mu katakan pada Daddy" ucap Arthur saat mereka sudah sampai didepan gerbang sekolah

Terlihat sekolah megah yang berdiri menjulang dengan tiga tingkat, ada tiga gedung dengan posisi melingkar yang dimana ditengahnya adalah lapangan besar, selain lapangan besar itu ada dua lapangan lainnya berada di belakang gedung sisi kiri dan satunya lagi lapangan indoor yang berada di gedung di sisi kanan. Tentu fasilitas ini diberikan agar para siswa bisa mengeksplorasi semua kegiatan positif mereka yang tentu di dukung oleh sekolah mau itu akademik ataupun non akademik. Hampir rata-rata siswa/siswi disini berasal dari keluarga atas tapi tak jarang ada murid beasiswa yang bisa masuk ke sekolah tersebut tentu aturan tidak ada bullying diterapkan tapi tak jarang juga yang diam-diam melakukan entah itu secara perbuatan maupun perkataan.

"Maaf Daddy tak bisa mengantar mu sampai kedalam, jika saja tak ada meeting mendadak"  sesal Arthur yang tak bisa mengantar anak bungsunya ke dalam

"Tak apa Daddy, Arvie senang karena bisa bersekolah diantar Daddy" hibur Arviesha, ia tak bohong ia benar-benar senang karena bisa sekolah apalagi dengan fakta ia diantar oleh ayah kandung nya.

"ARVIEEE"

Teriakan terdengar dari luar mobil Arviesha sudah menebak siapa yang berani memanggilnya dengan sok akrab seperti itu selain Reivano dan jujur ia tak menyangka Papa Javier mempunyai skill membalap mobil sampai bisa menyusul dengan cepat, membuatnya harus berfikir ulang untuk tidak menggangu interaksi pertama para protagonis.

tok tok tok tok

Ketukan pada kaca mobil di samping nya membuat Arvie sakit kepala, ia tak punya pilihan lain, membuka pintu mobil dan berhadapan langsung dengan Reivano yang tersenyum tanpa rasa bersalah, begitu juga Arthur yang ikut keluar saat melihat sangat Kakak menuju dia anak imut yang terlihat bertentangan.

"Arvie ayo kita masuk, pokonya kita harus sebangku. Rei tak mau tau"

"Tidak bisakah kita tidak saling mengenal saat disekolah?" ucap Arviesha yang sebenarnya hanya gurauan belaka karena jengkel dengan Rei yang menggagalkan rencana tersembunyi nya.

"Apa? Rei salah apa sama Arvie~" lirih Reivano dengan raut wajah sedih dan mata yang berkaca-kaca

Siswa-siswi yang berada disana melihat itu terlihat menatap kasihan pada Reivano, Javier dan Arthur hanya diam karena mereka sudah sangat hafal dengan tabiat keduanya entah Arviesha atau Reivano sama saja.

"Ck, jangan melihat ku seperti itu, mau bagaimanapun kau masih terlihat sama saja dimataku" kesal Arviesha karena saat ini ia malah jadi pusat perhatian

"Arvie tidak seru. Ayo cepat kita pergi, Papa, Daddy kita masuk sekolah dulu ya dadah" ucap Reivano menggandeng tangan Arviesha dan melambaikan tangan pada kedua pria dewasa disana dengan tersenyum manis membuat para siswa-siswi disana meleleh karenanya

"Baik, hati-hati ingat perkataan Papa Rei, Arvie tetap bersama Rei dan abang-abang oke"

"Iya Pa"

"Arvie ingat kata Daddy dan Rei jangan mengganggu Arvie"

"Iya Daddy, Rei kan anak baik"

Mereka menyahut perkataan kedua pria dewasa itu dengan singkat dan tetap berjalan masuk walau sebenarnya Arviesha mencoba untuk melepas genggaman tangan Reivano.

_____

Sementara itu disisi lain tepatnya di parkiran yang memang masih dekat dengan gerbang sekolah, berkumpul beberapa remaja laki-laki yang tampan dan mempesona apalagi mereka sering disebut Most Wanted nya SMA Lentera karena ketampanan nya, belum lagi sekarang nambah dua dengan kehadiran Twins Oliver dan Xavier.

"Bro Arsen, Bro Xavier dan Bro Oliver, ntu adik-adik lucu disitu tuh adek kalian kan?" tanya salah seorang dari mereka sambil menunjuk menggunakan kepalanya pada dua anak lucu yang masih bergandengan tangan menuju gedung utama untuk mencari kelas di mading tempat informasi sekolah.

"Yoi lucu kan? Mereka itu permata nya keluarga Leonardo, awas aja kalau sampai lecet" ucap Xavier dengan nada jenaka, ia begitu suka ketika orang-orang berfikir sama sepertinya

"Widih iya nih, mana lucu banget lagi tuing tuing gitu jalan nya, belum lagi pipinya" ucap seseorang yang duduk di motor sport nya.

"Lucu"

Hening melanda saat satu orang dari mereka berkata seperti itu, entah bagaimana membuat semuanya merasa merinding.

"Bri? Lo tadi lewat mana?"

"Lo enggak kesambet kan?"

"Awas lo apa-apain adek gua"

"Jaga jarak mu Brian Maxwellsa" tekan Oliver pada seseorang yang bernama Brian.

"Oh? Kalau aku tidak mau?" tantang Brian

"Oke stop manteman kita damai aja jangan berteman eh maksudnya jangan berantem, masa baru juga kumpul setelah sekian lama udah berantem aja"  ucap Bagas mencoba menenangkan keadaan yang terlihat menegang.

"Yoi lagian nih ya dari pada ribut kita jagain aja dedek gemes dua ntu, ga usah rebutan. Kalian juga gak setiap saat ada sama mereka nah kita-kita bantuin jagain gimana" ucap Axel mencoba membantu

"Yoi setuju bro" Xavier menambahkan ia tak ingin kakak kembarnya malah adu skill dengan Brian.

"Udah? Ayo masuk bentar lagi bell" ucap Arsen yang sedari tadi diam, ia sebenarnya juga sependapat dengan Oliver tapi mau bagaimanapun ia juga setuju dengan Axel, kedua adiknya pasti bisa lebih terlindungi di sekolah ini karena ada teman-temannya.

Mereka akhirnya pergi ke kelas masing-masing untuk belajar tentunya.

Sementara itu ada seseorang yang sedari tadi diam hanay berfokus pada kedua remaja imut yang saat ini sudah menaiki tangga menuju kelas di atas, tak memperdulikan teman-temannya.


























Oke dah segitu aja dulu, enggak ada kata-kata hari ini cuman


BESOK SENIN GUYS


Byebyebye








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Figuran : Arviesha. LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang