Bab 17: Cahaya di Ujung Kegelapan

0 0 0
                                    

Langit di atas mereka perlahan berubah menjadi lebih gelap, seakan mencerminkan pertempuran yang berlangsung di tanah. Amsar berdiri di tengah-tengah pusaran energi gelap yang semakin kuat, sementara Amora dan Azlan berdiri teguh di hadapannya, saling bertukar pandang, menyadari bahwa pertarungan ini akan menentukan nasib dunia.

Amora merasakan berat di dadanya, namun dia juga merasakan kehangatan aneh yang datang dari cincin di jarinya. Kekuatan yang sebelumnya terasa asing kini menjadi bagian dari dirinya, mengalir melalui setiap nadi dan menyatu dengan jiwanya. Ini bukan hanya kekuatan warisan dari ibunya; ini adalah kekuatan dirinya sendiri yang selama ini tersembunyi.

“Kau berpikir bisa menghentikanku, Amora?” Amsar menyeringai sinis. “Kau bahkan tidak tahu seberapa dalam kegelapan yang kusimpan.”

“Kegelapan tidak akan pernah bisa menang melawan cahaya,” jawab Amora, meskipun ia tahu bahwa pertempuran ini jauh dari sekadar adu kekuatan fisik. Ini adalah pertempuran hati, dan ia harus tetap percaya pada cahaya meski kegelapan di sekitarnya terus mengancam untuk menelannya.

Amsar mengangkat tangannya, dan gelombang energi hitam melonjak menuju Amora dan Azlan. Amora hanya memiliki sepersekian detik untuk bereaksi, namun instingnya yang kuat segera memandu tangannya mengangkat cincin itu, dan dari dalamnya memancar cahaya yang begitu terang hingga seolah membelah kegelapan di sekeliling mereka.

Energi Amsar menghantam cahaya tersebut, tetapi bukannya menghancurkan, cahaya itu malah semakin membesar, membentuk sebuah perisai yang memisahkan mereka dari kegelapan. Azlan, yang berada di samping Amora, memandangnya dengan takjub. Dia tahu bahwa Amora memiliki kekuatan besar, tetapi dia tidak pernah membayangkan kekuatan itu bisa sekuat ini.

“Kita harus menyerang balik,” bisik Azlan di sela-sela napasnya yang terengah-engah.

Amora mengangguk. “Tapi kita harus hati-hati. Jika kita gegabah, Amsar bisa memanfaatkan kelemahan kita.”

Azlan mengangkat pedangnya, yang kini bersinar terang karena terpengaruh oleh kekuatan cahaya yang dikeluarkan Amora. Dia maju, memimpin serangan pertama. Pedangnya menyala saat ia mengayunkannya ke arah Amsar, yang dengan cepat menghindar. Serangan berikutnya lebih cepat, lebih kuat, tetapi Amsar tetap gesit, berputar dengan kecepatan yang tidak alami, seolah-olah kegelapan di sekitarnya memberikan kelebihan kekuatan.

Namun, Amora menyadari sesuatu. Setiap kali Azlan mendekat, Amsar tampak sedikit ragu, seolah ada batas yang tidak ingin dia lewati. Apakah ada sesuatu yang Amsar takuti?

“Mundur sedikit, Azlan!” teriak Amora, saat ia mulai memusatkan energi dari cincinnya.

Azlan, tanpa ragu, melangkah mundur, dan saat itu juga Amora mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dari dalam cincinnya, sebuah sinar emas memancar, tetapi kali ini bukan hanya sekadar pelindung. Sinar itu menyerang langsung ke arah Amsar, menembus pusaran energi hitam yang mengelilinginya. Amsar mendengus, mencoba menahan sinar tersebut dengan kekuatan kegelapannya, tetapi sinar itu terlalu kuat.

“Kau tak bisa menang, Amsar,” kata Amora dengan tenang, matanya penuh tekad. “Kegelapan hanya bisa bertahan selama tidak ada cahaya. Dan sekarang, aku adalah cahayanya.”

Kata-kata Amora bukan sekadar retorika. Dia bisa merasakan bahwa cincinnya bukanlah alat yang memberikan kekuatan, tetapi perpanjangan dari dirinya sendiri. Setiap emosi, setiap kenangan, setiap rasa sakit dan kebahagiaan yang pernah ia rasakan, semuanya terkumpul dalam cahaya yang ia pancarkan. Ini bukan hanya tentang kekuatan magis; ini adalah tentang siapa dirinya, dan apa yang ia perjuangkan.

Amsar tampak semakin terdesak, keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Namun, dengan satu gerakan cepat, dia menghentakkan kakinya ke tanah, dan tanah di bawah mereka mulai bergetar. Dari retakan tanah yang muncul, sosok-sosok bayangan keluar, makhluk-makhluk yang tampak terbuat dari kegelapan itu sendiri, mengepung Amora dan Azlan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Veritas in UmbraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang