-prolog
Semilir angin berhembus pelan menerpa wajah gadis cantik yang tengah duduk di bebatuan tepi sungai, raut wajahnya nampak tenang tetapi tidak dengan kantung matanya yang mengisyaratkan begitu banyak masalah yang tengah ia lalui. Beberapa kali gadis bernama lengkap Afirana Tunggadewi itu menghembuskan nafas berat.
Gadis itu tersenyum tipis menyambut sang sahabat yang baru saja tiba, tangannya bergerak memberi isyarat agar sahabatnya duduk di sampingnya.
"Sampai kapan lo mau sembunyikan semuanya?" Tanya Rahayu membuka percakapan.
Fira menoleh mendapati mata Rahayu yang tengah menatap kesal ke arahnya ia pun terkekeh kecil, "gue nggak tau mau gimana Yu," Fira menghela nafas pelan.
"Lo nggak tau mau gimana?" Fira mengangguk, membuat Rahayu hampir saja mencakar wajah gadis itu, "sekarang lo berdiri, kita pergi ke kak Bagas lo jelasin semuanya dan bilang kalau dia udah perkosa lo tanpa sadar!" Geram Rahayu hendak menarik tangan Fira untuk beranjak dari sana.
"Jangan kayak gini Yu, gue takut ini nggak semuanya salah kak Bagas, dia juga dijebak---"
"TERUS LO BAKAL BIARIN DIA HIDUP SENENG?! SEDANGKAN LO DISINI HAMPIR MATI KARENA GILA?!" lantaran kesal Rahayu membanting kasar tas yang ada di genggamannya sembari terduduk lemah diatas batu.
Fira ikut duduk sembari memeluk Rahayu untuk menenangkannya, "gue janji Yu, bakalan kasih tau ke kak Bagas, semuanya."
"Gue cuman nggak habis pikir sama jalan fikiran lo, jelas-jelas lo dilecehin mahkota lo hilang Fir! Bisa-bisanya lo masih mau lindungi tuh cowok," Rahayu menggeleng kepala lalu berdecak pelan.
Fira menyeka pelan air matanya yang sedari tadi mengalir, "gue nggak lindungi dia kok, gue bakal cerita semuanya sama dia tapi tunggu gue siap dulu, otak gue masih kacau Yu, gue nggak bisa mikir jernih."
Rahayu menoleh memandang lama wajah sahabatnya, "tunggu sampai kapan? Sampai nanti lo dinyatakan hamil, gitu? Jangan lupa lo berdua sama-sama remaja subur Fir, bisa aja nanti lo hamil."
Fira menggeleng dengan keras, tangan gemetarnya berusaha mencari perlindungan disela-sela jari Rahayu, "cuma itu yang gue takutin Yu, gue nggak mau hamil gue takut," air mata Fira mengalir semakin deras.
Rahayu melihat itu menjadi iba pada sahabatnya, perasaan marah yang tadi meluap kini perlahan diselimuti rasa bersalah, "ya makanya kita harus cepet-cepet kasih tau kak Bagas sebelum semuanya makin kacau Fira, lagian lo udah putus juga 'kan sama Rio? Sekarang fokus lo harus ke masalah ini."
Fira mengangguk ia menyeka sisa air matanya, "tunggu gue siap dulu, lagian gue belum sepenuhnya bisa move on sama Rio, tiga tahun bukan waktu sebentar Yu, gue masih sayang."
"Kenapa putus kalau emang sayang?"
Fira mendelik kecil, "Rio orang baik, dia harus ketemu sama orang baik juga, yang tentunya nggak--- kotor kayak gue."
"Kalau dia juga sayang sama lo udah pasti bisa nerima semuanya, lagian lo bukan sengaja 'kan ngelakuin itu, lo dipaksa." Tegas Rahayu.
"Gue--- malu sama Rio, keluarganya agamis Yu, gue pacaran sama dia tuh bener-bener dijaga, nggak lebih dari pegangan tangan."
Rahayu mengangguk membenarkan, "terus gimana kedepannya? apa yang bakal lo lakuin?" Tanya Rahayu bertubi -tubi. "Jangan bikin nyokap lo stres, ingat beban dia lebih berat, dia jadi dua figur buat ngebesarin lo."
Fira mengangguk lemah, "gue maunya Mama nggak terlibat sama sekali dengan masalah ini, tapi kita nggak tau kedepannya gimana, gue pasti butuh dia buat nyelesain masalah ini," ucap Fira lirih.
Rasa bersalah terhadap mamanya semakin menjadi-jadi, ia menyesal sekaligus merasa kotor, jika saja bunuh diri tidaklah berdosa maka sudah sejak dua Minggu lalu batu nisan Fira tertancap kokoh di atas tanah.
"Semua badai pasti berlalu Fir, gue yakin itu tapi badai lo yang satu ini gede banget tapi nggak usah khawatir gue yakin lo bakal mampu ngelewatin semuanya, tenang ada gue disini kita lewatin bareng-bareng." Rahayu menggenggam erat tangan Fira.
Fira mengangguk sembari tersenyum, "makasih Yu."
___________________________________________
TBC 💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan
Teen Fictiontak pernah terfikir oleh Fira bahwa dirinya akan menjalani hidup berat sebagai seorang remaja, pasalnya ia mengalami pregnant before marriage. Yang membuat hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat.