PART 02 : BILLIARD

1.4K 210 133
                                    

Pagi yang cerah dan cuaca yang sejuk nampaknya tidak membuat gadis berpipi mandu itu mempunyai kisah yang sama, wajahnya begitu murung bahkan bibirnya mengerucut sejak sang kekasihnya datang untuk menjemputnya di rumah. Rutinitas yang biasa di lakukan yaitu mengantarkan sang ratu ke tempat kerja, tapi sepertinya sial untuk Lisa.

Wanitanya itu masih menyimpan kekesalan akibat semalam yang membuat suasana hatinya menjadi buruk, lagipula perempuan mana yang tidak kesal ketika sedang bermesraan mendadak di tinggal begitu saja hanya karena mengangkat panggilan tidak penting dari teman.

Lisa sesekali mencuri pandangan ke sebelah kirinya, berharap bahwa mood kekasihnya itu lekas membaik. Tapi sepertinya ia salah menduga, karena Jennie tetaplah Jennie. Sesuatu hal yang diinginkan tidak terkabul atau ada hal yang menghalangi langkahnya maka dia akan sangat kesal dan marah.

Gadis memakai blazer berwarna hitam itu mencoba menggapai jemari Jennie yang berada di atas paha, namun naasnya lebih cepat berpindah ke sabuk pengaman. Seolah sang empu memahami jika Lisa sedang berusaha untuk memperbaiki mood miliknya hari ini.

"Bee, nanti siang mau makan apa? Hmm aku akan membawakannya untukmu." Tanya Lisa yang berbicara sangat manis, dia jarang berperilaku seperti ini sebelumnya. Apalagi peduli terhadap seseorang, tapi saat bersama Jennie dia menjadi agak menurunkan gengsinya.

"Entah." Singkat, itulah kata yang terlontar dari mulut kecil Jennie Ruby Jane Kim. Bahkan sejak tadi dia hanya melihat ke arah luar jendela dan tak memperhatikan wajah kekasihnya sama sekali.

"Kamu mau apa nanti ku belikan untukmu, bilang saja." Cetus Lisa lagi, meski dia penuh
berhati-hati dalam berbicara. Dan dia tidak mau menambah kekesalan Jennie semakin meradang.

"Hmm."

Seketika Lisa hanya menghela nafasnya perlahan, ia sejujurnya kesal juga kalau
mengingat kejadian semalam. Hal indah yang sedang di lakukan, mendadak Seulgi menghubungi meski pada akhirnya dia tidak datang. Dan Lisa di tinggal selama satu jam di ruang tengah, sedangkan Jennie mengurung dirinya di kamar. Serta tak lama dari itu Somi datang sebagai teman yang agak shock, meski sudah memahami jika Jennie menelponnya maka terjadi sesuatu.

Dan dugaan Somi benar, dia hanya ling-lung memperhatikan wajah sedih Lisa yang menatapnya sekali kemudian dia menggaruk kepalanya. Sebab menjadi teman keduanya terkadang membuatnya bingung, harus memihak siapa bahkan dia dan Lisa juga memiliki ikatan saudara sepupu. Karena hal itu Somi menyuruh Lisa untuk pulang saja, lalu melupakan masalah malam ini dan kembali untuk besok pagi walaupun saran itu tak cukup baik untuknya.

"Aku tidak datang semalam, aku langsung pulang dan istirahat." Tukas Lisa mencoba
meredamkan amarah Jennie yang masih menguasai tubuhnya, mata mirip seperti kucing itu meliriknya melalui ekor mata namun ia tetap memandang lurus ke jalanan.

"Siapa?"

"Aku, semalam itu tidak kemana-mana. Apalagi kau sudah bersama Somi kan, dia pasti membuatmu lebih baik." Lanjut Lisa yang terus menjelaskan, tapi Jennie nampak tidak peduli.

"Yang tanya." Ketus Jennie, dia memiringkan tubuhnya hingga seakan membelakangi Lisa. Di jalanan yang cukup ramai ini agak membuat Lisa sebal, orang-orang sibuk untuk bekerja dan bersekolah. Dia juga kesal dengan jawaban Jennie yang seperti itu.

Ckitttttttttttttttttttttttttttt

Brughhhh

"Awwww." Ringis Jennie sambil memegangi dahinya, memang tidak terlalu terpentok
dashboard tapi hanya sedikit menyenggol dan agak kaget saat Lisa berhenti secara mendadak.

"Astaga, apa kau terluka?" panik Lisa yang mematikan mesin mobilnya dahulu, dia pun turut mengusap dahi kekasihnya namun sang empu menepis.

"Kamu sengaja ya mau dahiku benjol, sakit tau." Nada tinggi Jennie yang semakin meradang, dia mengusapnya berkali-kali walaupun tidak ada luka yang berarti.

BELIEVE ME (JENLISA) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang