Gadis berpipi mandu itu nampak sibuk di dapur, dia tersenyum sejak tadi sembari mengiris-iris banyak bahan makanan. Dia sumringah karena hari yang panjang dapat di lalui, dia memahami bila hidup tak hanya berbicara tentang dia harus bersama Lisa terus. Dan memang benar, sejak pagi dia sama sekali tidak berjumpa kekasihnya tersebut. Namun si jangkung berkata sedang dalam perjalanan menuju ke sana.
Sebagai wanita yang ingin membahagiakan kekasihnya pula, meski dia lelah tapi tetap ingin memasakkan sesuatu untuk Lisa. Keturunan Manoban itu sangat sulit memiliki selera makan, dan itu terkadang membuat Jennie ikut bingung bagaimana caranya agar Lisa terus makan. Meskipun itu hanya sekali dalam sehari, jarak rumah Lisa ke apart miliknya memang tidak terlalu jauh. Sehingga dia yakin sebelum matang Lisa pun telah tiba.
“Dia suka pedas, aku akan menambahkan cabai lebih banyak.” Ujar Jennie yang memblender berbagai bumbu, dia juga mengiris seafood seperti cumi dan udang. Dan dia juga menambahkan kepiting serta kerang, walau dia tidak begitu menyukai seafood namun memasakaan untuk orang yang di cintai begitu membuatnya bersemangat.
“Ngomong-ngomong sudah sampai dimana dia, jangan sampai dia ketiduran. Haih aku akan marah sekali jika itu terjadi.” Ungkap Jennie yang mulai overthinking, dia berhenti mengiris dan berkacak pinggang sembari berpikir jika itu benar terjadi.
“Hmm mungkin macet.” Selanya tiba-tiba, seakan tidak mau terlalu memikirkan hal buruk. Dia lekas meneruskan kegiatannya, sembari bersenandung dia menikmati malam ini.
“Sudah adakah yang gantikanku... yang khawatirkanmu setiap waktu.. yang cerita tentang apapun sampai hal-hal tak perlu.. kalau bisa jangan buru-buru.. kalau bisa jangan ada dulu. Sudahkah adakah yang ganti..”
Grepppp
“Kamcagiya.” Kejut Jennie yang langsung membalikkan badannya karena dia sedang asik bernyanyi mendadak ada seseorang yang memeluknya dari belakang.
“Astaga pisau mu.” Ucap orang itu sambil takut jika benda tajam itu akan menusuk lehernya, dia langsung menyingkirkan pisau tersebut dari genggaman tangan Jennie.
“Aihhh sayang, kau membuat jantungku ingin lepas.” Kesalnya, dia mengusap dadanya sendiri. Karena jujur saja itu berdegup sangat kencang, dan dia hampir hilang kendali.
“Sini ku bantu usap.” Tanpa persetujuan sang empu, Lisa pun mengelus dada Jennie meskipun tangannya sengaja meremas gundukan tersebut secara perlahan. Sialnya Jennie memejamkan matanya menikmati tingkah laku kekasihnya.
“Hmm a-apa yang kau lakukan..” pejamnya, entah mengapa dia menjadi suka saat Lisa memperlakukannya begini.
“Aku merindukanmu.” Ujar Lisa sembari membisikkan itu penuh sensual di telinga Jennie, beruntung sekali si pendek belum menyalakan kompor. Kalau itu terjadi mungkin masakannya sudah gosong semua.
“Jangan sekarang sayang, aku kan lagi memasak.” Papar Jennie menggelengkan kepalanya, dia pun harus mencuci tangannya sejenak. Dia merasa agak aneh jika berbau seafood begini.
“Hmm sebentar saja, aku rindu. Rindu sama...” tunjuknya menggunakan dagu.
“Mwo?” balas perempuan bermata kucing sembari mengamati dadanya sendiri, sebab Lisa menunjuknya ke arah sana.
“Melon.” Bisiknya lagi, tak lupa dia juga mengecup pipi chubby yang membuatnya gemas setiap saat.
“Dasar mesum.” Pukulnya tepat di bahu, ia malu namun suka jika Lisa dalam mode menggodanya begini. Si kulkas dan super cuek yang terkadang kulkasnya rusak itu mendekatkan tubuh mereka sampai mengangkat Jennie untuk duduk di countertop table yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE ME (JENLISA)
FanfictionGENRE : G!P (FUTA), 18+, Romance, Friendship, Comedy, Funny, Relationship "Memangnya salah, berawal dari teman curhat lalu menjadi pasangan." "Aku tidak mencintaimu." "Sama, aku juga belum mencintaimu. Tapi aku sudah menyukai mu, namun aku tidak t...