Hari-hari setelah balapan malam itu berlalu dengan cepat, dan Laut Alvarez merasakan semangat baru mengalir dalam dirinya. Kemenangannya di sirkuit ilegal bukan hanya tentang kecepatan, tetapi juga tentang keberanian untuk menghadapi tantangan dan membuktikan bahwa dia bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Namun, di balik kebanggaan dan sukacita itu, Laut juga tahu bahwa persaingan dalam dunia balap dan dunia mafia tidak akan berhenti.
Di sekolah, Laut merasa lebih percaya diri. Teman-teman sekelasnya mulai mengakui keberaniannya setelah mendengar berita tentang kemenangannya. Namun, ada satu hal yang terus menghantui pikirannya: Tito. Rivalnya itu tidak akan menyerah begitu saja. Laut tahu bahwa Tito adalah sosok yang ambisius dan sangat bertekad untuk mengalahkannya.
Suatu sore, Laut menerima pesan dari Raka. Kakaknya mengundangnya untuk berkumpul di garasi. “Kita perlu berbicara tentang situasi dengan Tito,” bunyi pesan itu. Laut merasa sedikit cemas, tetapi dia tahu bahwa dia harus mendengarkan apa yang ingin disampaikan Raka.
Sesampainya di garasi, Laut menemukan Raka sedang duduk di dekat meja kerja, tampak serius. “Laut, kita perlu membahas Tito. Dia tidak akan berhenti setelah kalah dari kamu,” Raka mulai mengungkapkan kekhawatirannya.
“Aku tahu, Raka. Dia pasti akan merencanakan sesuatu,” jawab Laut, merasakan ketegangan di dalam dirinya. “Tapi aku tidak akan mundur. Aku sudah bertekad untuk terus balapan.”
“Ini bukan hanya tentang balapan, Laut. Kita hidup di dunia yang berbahaya. Tito adalah anak dari keluarga yang memiliki pengaruh banyak di kota ini. Mereka tidak akan membiarkan kekalahan ini begitu saja,” Raka mengingatkan dengan nada serius.
Laut mengangguk, memahami situasi yang dihadapinya. “Tapi aku juga tidak bisa membiarkan dia mengatur hidupku. Aku harus melanjutkan apa yang telah aku mulai,” jawabnya dengan tegas.
Raka menghela napas. “Baiklah, tapi kita harus berhati-hati. Ayah juga mengkhawatirkan hal ini. Dia tidak ingin kamu terlibat lebih jauh dalam persaingan ini, terutama setelah kemenanganmu.”
“Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Laut, merasa putus asa. Dia merasa terjepit antara harapan untuk mengejar impian dan tanggung jawab terhadap keluarganya.
“Pertama, kamu harus tetap fokus pada balapanmu. Jangan biarkan Tito mengalihkan perhatianmu. Kedua, kita perlu mencari tahu apa rencana Tito selanjutnya,” jawab Raka. Laut bisa melihat ketegasan di mata kakaknya. Raka selalu menjadi pelindungnya, dan Laut merasa beruntung memiliki sosok seperti itu di sampingnya.
Setelah pembicaraan itu, Laut kembali ke rutinitasnya, tetapi pikirannya tetap terfokus pada tantangan yang ada. Dia meluangkan waktu di garasi, memperbaiki mobilnya dan berlatih mengemudi. Setiap kali dia duduk di dalam mobilnya, dia merasa semangatnya kembali membara. Balapan adalah hidupnya, dan dia tidak akan membiarkannya diambil oleh siapa pun.
Suatu malam, saat Laut sedang berlatih di sirkuit, dia melihat sosok yang tidak asing. Itu adalah Sofia, berdiri di tepi lintasan, menyaksikan latihan Laut. Lara merasa senang melihatnya. Dia melambai dan menghampiri gadis itu setelah menyelesaikan putaran.
“Hai, Laut! Latihan yang baik!” Sofia menyapa dengan senyuman. Laut merasa hatinya berdebar melihat senyum manisnya.
“Terima kasih! Aku ingin memastikan aku siap untuk balapan berikutnya,” jawab Laut, merasa lebih tenang dengan kehadiran Sofia.
“Boleh aku ikut? Aku ingin melihat seberapa cepat kamu sebenarnya,” Sofia meminta, matanya bersinar penuh semangat.
“Ya, tentu saja! Ayo, kamu bisa duduk di sebelahku,” Laut menjawab, merasa bersemangat untuk menunjukkan kemampuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAUT ALVAREZ
Teen FictionDi tengah gemuruh mesin balap dan hiruk-pikuk dunia mafia, Laut Alvarez berjuang untuk menemukan identitasnya. Sebagai anak bungsu dari keluarga Alvarez yang terkenal, Laut terjebak di antara harapan keluarganya untuk menjadi pemimpin mafia dan has...