Chapter 4

326 28 9
                                    

"Nayla kamu nangis?" ucap Aska mampu membuat Nayla mengusap matanya yang ber air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nayla kamu nangis?" ucap Aska mampu membuat Nayla mengusap matanya yang ber air.

Ntah kenapa dia merasa sedih, ketika tau kalau mereka berdua mendapatkan luka yang sama dan tidak sadar kalau sampai menangis.

"Ah maaf Pak, saya ke inget telpon tadi. Orang rumah saya juga mendapat luka disini, jadi saya membayangkan dia." jelas Nayla setelah selesai mengobati luka panjang yang berada di lengan Aska.

"Oh ya? Kamu pasti khawatir mendengarnya." Nayla tersenyum kecil.

"Heum awalnya iya, tapi katanya itu hanya lecet jadi saya tak perlu memikirkan nya secara berlebihan." jelas Nayla.

"Kamu bisa pulang setengah hari sekarang." ucapan Aska membuat Nayla terkejut dan langsung menatapnya.

"Saya sungguh tak apa Pak." Nayla sedikit menolak karna itu terdengar tidak profesional.

Apa lagi itu hanya lecet dan sudah di obati, lain ketika harus di larikan ke rumah sakit Nayla tidak akan menolak, malah mengajukan pulang lebih cepat.

Aska melihat arloji di pergelangan tangan kirinya.

Jam menunjukan hampir makan sianh, "Pak nanti istirahat saya ga bisa nemenin." ujar Aska.

"Oh tidak masalah Pak Aska." Managernya tersenyum dan Aska menganggukan kepalanya.

"Nayla ayo."

Nayla menatap Aska heran, "Kita mau kemana Pak Aska?" tanyanya ketika mereka sudah berdiri.

"Saya yang akan mengantar kamu." ujarnya, Nayla tentu saja terkejut.

"Pak Aska tidak perlu, lagi pun saya bisa pulang sendiri." tolaknya lagi.

"Kamu tadi bersama kita, lalu kamu mau pulang dengan apa disini?" Aska berujar.

"Saya bisa mencari taksi atau ojek online." imbuh Nayla cepat.

"Bukan kah itu terlalu lama, saya yang akan mengantarmu langsung sampai rumah." Aska pun masih mengajukan diri untuk mau mengantarnya.

"Tidak apa Pak Aska, saya tidak ingin merepotkan anda." dan Nayla pun masih berusaha untuk menolaknya.

"Saya hanya ingin membalas kebaikanmu yang sudah mengobati luka ini, tapi kenapa kamu menolaknya. " ucapan Aska mampu membuat Nayla menggigit bibirnya gusar.

Tidak! Bukan seperti itu. Hanya saja dia tak ingin Aska terus berada di dekatnya.

"Ayo, saya tidak suka di tolak soalnya." ujar Aska lagi karna Nayla tidak menjawab.

Lalu dia berjalan duluan dan Nayla membuang nafasnya kasar, bagaimana ini? Bagaimana kalau mereka bertemu?

Lalu dia berjalan duluan dan Nayla membuang nafasnya kasar, bagaimana ini? Bagaimana kalau mereka bertemu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perasaan yang sama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang