Di tengah hiruk-pikuk kota seoul yang selalu ramai dan penuh sesak, tinggal seorang pemuda bernama jay. Ia adalah seorang arsitek yang berbakat, bekerja di sebuah perusahaan ternama. Meskipun kariernya sukses, jay selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya.
Setiap hari terasa seperti rutinitas yang sama bangun pagi, berangkat ke kantor, merancang bangunan, pulang larut malam, dan tidur. Ia sering kali bertanya pada dirinya sendiri, "Apa ini yang aku inginkan?" Namun, jawabannya selalu menghilang di balik kesibukan.
Di gedung apartemen tempat jay tinggal, ada seorang pemuda manis yang diam-diam menarik perhatiannya. Pemuda itu tinggal di lantai yang sama, hanya beberapa pintu dari apartemen jay. Namanya Haruto, seorang ilustrator lepas yang sering kali menghabiskan hari-harinya di apartemennya, duduk di depan jendela besar yang menghadap ke kota. Setiap kali jay pulang larut malam, ia selalu melihat Haruto duduk di dekat jendela, dengan lampu hangat menerangi sosoknya yang tampak asyik menggambar. Ada sesuatu tentang Haruto yang membuat jay selalu ingin tahu lebih banyak.
Suatu malam, ketika jay sedang berdiri di balkon apartemennya, menikmati angin malam yang sejuk setelah seharian bekerja, ia mendengar suara lembut dari sebelahnya. "Pemandangan dari sini memang indah, ya?"
Jay menoleh, dan di sana berdirilah Haruto, tersenyum kepadanya. Untuk pertama kalinya, mereka saling bertegur sapa.
"Iya," jawab jay agak gugup, "Ini salah satu alasan kenapa aku memilih apartemen ini."
Haruto tertawa kecil, suaranya seperti musik yang menenangkan telinga. "Aku juga. Rasanya seperti bisa melupakan semua keramaian di bawah sana hanya dengan melihat kota dari sini."
Sejak pertemuan malam itu, jay dan Haruto menjadi semakin dekat. Mereka sering bertemu di balkon atau saat tak sengaja bertemu di lobi apartemen. Jay semakin kagum dengan Haruto yang penuh semangat dan kreativitas. Haruto menceritakan tentang pekerjaannya sebagai ilustrator, tentang bagaimana ia menemukan inspirasi dari hal-hal kecil di sekitarnya, seperti cahaya matahari yang menembus dedaunan atau suara hujan di pagi hari. Setiap kali jay mendengarkan Haruto berbicara, ia merasa hidupnya yang tadinya monoton menjadi lebih berwarna.
Suatu malam, jay mengajak Haruto makan malam di sebuah restoran kecil yang nyaman di pusat kota. Mereka berbicara tentang impian, perjalanan hidup, dan hal-hal kecil yang membuat mereka bahagia. Jay, yang selama ini merasa terjebak dalam rutinitas, menemukan kesegaran dalam cara Haruto memandang dunia. Ia menyadari bahwa di hadapannya adalah seorang pemuda manis yang mampu melihat keindahan dalam hal-hal sederhana yang sering kali terabaikan.
"Kenapa kamu memilih menjadi arsitek?" tanya Haruto di tengah percakapan mereka.
Jay terdiam sejenak sebelum menjawab, "Awalnya karena aku suka merancang sesuatu, menciptakan sesuatu yang baru. Tapi semakin lama, aku merasa seperti kehilangan tujuan. Mungkin karena aku terlalu fokus pada pekerjaan, aku lupa kenapa aku mencintai apa yang aku lakukan."
Haruto tersenyum penuh pengertian. "Mungkin kamu hanya butuh sesuatu yang bisa mengingatkanmu tentang apa yang dulu membuatmu jatuh cinta pada arsitektur."
Pertemuan malam itu semakin mempererat hubungan mereka. Setiap hari, jay merasa semakin tertarik pada Haruto. Di sisi lain, Haruto pun merasakan hal yang sama. Namun, ada sesuatu yang Haruto sembunyikan dari jay, sesuatu yang terus menghantui pikirannya setiap kali mereka bersama.
Suatu hari, Haruto tiba-tiba menghilang. Tidak ada kabar, tidak ada pesan. Jay yang biasanya bertemu Haruto hampir setiap hari merasa kebingungan. Ia mencoba menghubungi Haruto, tetapi tidak ada balasan. Semakin lama, Jay merasa semakin cemas. Ia takut kalau-kalau sesuatu yang buruk terjadi pada Haruto.
Setelah beberapa hari tanpa kabar, Jay memutuskan untuk mengetuk pintu apartemen Haruto. Ketika pintu terbuka, jay melihat Haruto berdiri di sana dengan wajah yang tampak pucat dan lesu.
"Ada apa? Kenapa kamu menghilang?" tanya jay penuh kekhawatiran.
Haruto tersenyum lemah. "Maaf, jay. Aku hanya butuh waktu sendiri."
Jay bisa melihat ada sesuatu yang salah. "Haruto, apa yang sebenarnya terjadi? Kamu bisa cerita padaku."
Haruto terdiam sejenak, menatap mata jay dengan penuh keraguan. Akhirnya, ia berkata, "Aku... Aku sedang sakit, jay. Sudah lama aku menyembunyikannya. Kanker paru-paru. Itu alasan kenapa aku sering berada di rumah dan bekerja dari apartemen. Aku sedang menjalani perawatan, tapi sekarang kondisiku semakin memburuk."
Kata-kata Haruto menghantam jay seperti angin kencang. Ia tidak pernah menyangka di balik senyuman manis Haruto, ada penderitaan yang begitu berat. "Kenapa kamu tidak pernah bilang?" tanya jay dengan suara yang bergetar.
"Aku tidak ingin membuat orang lain khawatir. Aku tidak ingin kamu merasa terbebani," jawab Haruto dengan air mata mulai menggenang di matanya.
Jay mendekat, menggenggam tangan Haruto dengan lembut. "Haruto, aku tidak peduli seberapa sulitnya. Aku ada di sini, dan aku akan selalu ada untukmu. Kita akan melalui ini bersama-sama."
Sejak hari itu,jay selalu berada di sisi Haruto. Setiap kali Haruto harus menjalani perawatan di rumah sakit, jay akan menemaninya. Setiap kali Haruto merasa lelah dan putus asa, jay selalu memberikan dukungan dan semangat. Cinta mereka tumbuh semakin kuat di tengah cobaan yang berat.
Haruto, yang awalnya merasa takut akan masa depannya, mulai menemukan kekuatan dalam cinta yang tulus dari jay. Di saat-saat tergelap dalam hidupnya, jay adalah cahaya yang terus menyinari jalannya. Meskipun perjalanan mereka penuh tantangan, jay tidak pernah menyerah. Ia yakin bahwa cinta bisa memberi mereka kekuatan untuk bertahan.
Waktu berlalu, dan meski Haruto masih harus berjuang melawan penyakitnya, cintanya pada jay semakin dalam. Di balik jendela apartemen yang dulu menjadi tempat mereka saling mengenal, mereka terus menciptakan kenangan indah bersama. Jay tahu, apa pun yang terjadi, ia akan selalu mencintai Haruto, dan Haruto akan selalu menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.
END.
Double up hehe:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruto centric
Short Storykumpulan oneshoot haruto bersama para seme. yang homophobic harap skip! janlup vote & komen