Di sebuah kota kecil yang selalu dihiasi hujan saat senja, hidup seorang pemuda bernama jaemin. Jaemin adalah seorang fotografer yang suka menangkap momen-momen sederhana. Setiap sore, ia akan duduk di kafe favoritnya, menatap hujan yang jatuh dari balik jendela sambil menyeruput secangkir kopi hangat.
Suatu sore, saat hujan turun lebih lebat dari biasanya, jaemin melihat seorang pemuda manis yang berlari kecil menuju kafe, basah kuyup meski memegang payung. Ia mengenakan jaket coklat yang terlalu besar untuk tubuhnya, dan rambut berwarna coklat terurai acak akibat hujan. Pemuda manis itu langsung menarik perhatian jaemin, bukan hanya karena ia manis, tapi karena ada sesuatu dalam dirinya yang membuat jaemin merasa hangat di tengah dinginnya hujan.
Pemuda itu duduk di meja sebelah jaemin, membuka jaketnya dan menghela napas panjang. "Hujan selalu datang di saat yang tidak tepat," gumamnya pelan, namun cukup keras untuk didengar jaemin.
Jaemin tersenyum kecil, dan tanpa sadar mengeluarkan kameranya untuk mengambil gambar pemuda manis itu. Pemuda itu menoleh dan melihat kamera jaemin. "Apa kau sedang memotretku?" tanyanya sambil tertawa ringan.
"Maaf, aku tidak bisa menahan diri. Momen ini terlalu indah untuk dilewatkan," jawab jaemin sedikit malu.
Pemuda manis itu tersenyum lembut. "Namaku haruto ," katanya sambil mengulurkan tangan.
"Jaemin ," jawabnya sambil menjabat tangan haruto .
Sejak pertemuan itu, jaemin dan haruto sering bertemu di kafe yang sama, terutama saat hujan turun di senja hari. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari impian hingga kenangan. Haruto adalah seorang penulis yang sedang mencari inspirasi untuk novel barunya, dan jaemin selalu merasa terinspirasi oleh cara haruto memandang dunia.
Hari demi hari berlalu, dan perasaan jaemin terhadap haruto semakin dalam. Namun, di balik senyumnya, haruto selalu menyimpan kesedihan yang tak pernah ia ungkapkan. Jaemin sering melihat haruto termenung, seolah ada sesuatu yang membebani hatinya.
Suatu hari, saat hujan turun lebih deras dari biasanya, jaemin memberanikan diri untuk bertanya. "Haruto, apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"
Haruto terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Aku akan pergi, jaemin. Sebentar lagi aku harus meninggalkan kota ini."
Jaemin terkejut. "Kenapa? Apa yang terjadi?"
"Aku mendapat tawaran untuk melanjutkan karier menulisku di luar negeri. Ini adalah kesempatan yang sudah lama aku tunggu, tapi... aku takut kehilangan semua yang aku miliki di sini, termasuk dirimu," jawab haruto dengan suara lirih.
Jaemin merasakan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia ingin haruto tetap tinggal, tapi di sisi lain, ia tahu bahwa ini adalah impian haruto.
Dengan hati yang berat, jaemin tersenyum dan berkata, "haruto, aku ingin kamu mengejar impianmu. Jika ini yang terbaik untukmu, maka aku akan mendukungmu, walaupun itu berarti kita harus berpisah."
Haruto menatap jaemin dengan air mata menggenang di matanya. "Terima kasih, jaemin. Kamu selalu membuat segalanya terasa lebih mudah."
Hujan masih turun, tapi kali ini terasa lebih hangat. Jaemin dan haruto saling berpelukan untuk terakhir kalinya di bawah langit senja yang kelabu.
Meskipun mereka berpisah, kenangan tentang hujan dan senja selalu menyatukan mereka. Bagi jaemin, cinta bukan tentang memiliki, tapi tentang mendukung seseorang untuk menjadi yang terbaik, meski itu berarti harus melepaskan.
END.
Buat yg kemarin request jaemharu lunas yaa, maaf pendek soalnya lagi buntuಥ‿ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
Haruto centric
Historia Cortakumpulan oneshoot haruto bersama para seme. yang homophobic harap skip! janlup vote & komen