10. Pesta Ulang Tahun

3 0 0
                                    



"Jadi malam ini kamu bakalan pergi ke pesta ulang tahunnya Raka?" tanya Airin.

"Iya," jawab Rere.

"Terus buat apa kamu nyuruh aku ke sini?" Airin merasa jengkel karena ini adalah waktu baginya untuk tidur siang guna menjaga kualitas lemaknya yang sedikit itu agar tetap stabil.

"Gue butuh bantuan lo!" Rere memasang wajah sok imut.

"Bantu apa?"

"Oke... jadi hari ini lo bakalan berperan sebagai ibu peri yang bakal menyulap gue dari gadis biasa menjadi seorang putri yang cantik jelita," jelas Rere.

Rere tersipu malu dan menyembunyikan wajah dibalik kedua telapak tangannya. Sementara Airin membeku dengan mulut terbuka. Rere mendesah pendek, senyum di wajahnya perlahan mengerut. Dia sadar bahwa otak Airin tidak mampu mencerna kata-katanya barusan.

"Lo nggak ngerti maksud omongan gue?" tanya Rere.

Hening.

Airin terdiam dengan mulut menganga lebar. Sedetik kemudian dia mulai menggeleng pelan. Rere meniup poninya lalu menatap Airin sambil berkacak pinggang.

"Beneran lo nggak paham maksud gue barusan?" tanya Rere lagi.

Airin menggeleng dengan raut wajah polos.

"Lo tau kan, kisah Cinderella?" tanya Rere lagi.

Lagi-lagi Airin menggeleng.

Rere mulai jengkel. "Masa sih, waktu kecil lo nggak pernah nonton film Cinderella?"

"Waktu kecil kan, kita Cuma nonton serial Power Rangers sama Ninja Hatori." Jawab Airin.

Rere tergelak mendengar jawaban Airin. Sedetik kemudian tawa keduanya pecah. Rere segera merangkul sahabatnya itu dan menyeretnya pergi. Keduanya melangkah riang dengan suara tawa yang tak juga surut.

_

Kegiatan mereka dimulai dengan berburu pakaian pesta untuk dikenakan nanti. Airin begitu bersemangat memilihkan pakaian terbaik untuk Rere. Gelak tawa dan nyinyiran keras terdengar keras setiap kali Rere keluar dari bilik ganti. Sosok Rere yang selalu tampil Boyish memang terlihat konyol dalam balutan gaun yang feminim.

"Kalo yang ini gimana?" Rere kembali keluar dari bilik ganti untuk yang kesekian kalinya.

"Hello...." Rere kembali memanggil Airin yang kini terpana tak berkedip.

Tidak ada lagi derai tawa dan nyinyiran yang keluar. Airin menatap takjub melihat Rere yang kini terbungkus dalam Long dress warna merah dengan motif bunga mawar di lengannya.

"Gimana?" tanya Rere lagi.

"K-kamu kelihatan seperti perempuan," jawab Airin.

Rere langsung mengayunkan tinjunya mendengar komentar itu.

"Kamu cantik banget pake gaun ini," Airin mengelilingi Rere untuk melihat lebih jelas.

"Fix, jadi kita pilih yang ini aja?" tanya Rere.

Airin tersenyum dan mengangkat jempolnya.

_

Pesta ulang tahun Raka akan dimulai pukul 08.00 malam. Saat ini Rere sedang dirias oleh sosok ibu perinya. Bukan sebuah proses yang mudah, Airin sama sekali tidak ahli dalam menggunakan make up. Jemarinya tidak terbiasa memegang kuas dan pensil alis. Sama seperti Rere, jemarinya lebih bisa diandalkan untuk memegang balok dan parang.

"Gimana sih!" Rere mendengus saat Airin kembali menghapus riasan di wajahnya.

"Maaf tapi kayaknya kok nggak bagus ya," patut Airin.

Mata Untuk RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang