BHS-010

35 7 0
                                    

Semarang, 08 September 2023
07:30

Sopan sampai dimana tempat yang ia tuju, yaitu perpustakaan. Dia membuka pintu perpustakaan dan melihat ada adiknya sedang membaca buku, Sopan langsung pergi menghampiri Taufan dan duduk disebelahnya.

"Lagi baca apa dek?" tanya Sopan kepada Taufan yang sedang membaca buku.

"Lagi belajar Bang buat ulangan besok," jawab Taufan. Matanya berfokus membaca tulisan yang ada didalam buku tersebut.

"Yaudah semangat belajarnya dek, Abang mau baca di pojok sana," pamit Sopan kepada Taufan sambil menunjuk ke arah pojok perpustakaan untuk memberitahunya jikalau Taufan membutuhkan bantuannya Taufan pasti akan langsung pergi kesana.

"Okey bang," jawab Taufan sambil tersenyum.

Sopan mengambil buku yang ingin ia baca. Lalu, ia pergi ke pojok untuk membaca buku tersebut, 2 jam kemudian mereka telah selesai membaca buku dan akan bersiap pergi dari perpustakaan tersebut. Ya mereka berdua bukan membolos, tetapi memang disuruh belajar sama guru mereka.

Sekarang pukul 10:00, mereka berdua sedang berjalan di koridor kelas 11, tiba-tiba ada seseorang dari jarak yang cukup jauh menembakkan peluru panas yang mengarah ke dada Taufan.

Dor!!!

"Taufan awas!!" Sopan mendorong Taufan agar adiknya selamat. Namun peluru itu menyasar ke dada Sopan. Seketika darah segar mengalir dari hidung dan dada Sopan, Taufan terkejut melihat keadaan Abangnya. Napasnya terdekat, air matanya mengalir deras di pipi, Taufan menangis dan tiba-tiba Sopan menenangkan Taufan dengan mengelus kepala adiknya.

"Adek tenang ya, Abang gabakal ngerasain sakitnya Abang. Aku udah ga kuat nahan ini semua," lirih Sopan sambil menenangkan Taufan.

"Abang, jangan tinggalin Ufan hiks, Ufan mau ikut Abang hiks, jangan tinggalin Ufan hiks. Jangan tinggalin Ufan sendirian disini hiks." Tangis Taufan pecah ketika mendengar ucapan Abangnya. Taufan menangis sejadi-jadinya dan air matanya mengalir dengan derasnya sambil memeluk Sopan.

"A-abang ni-nitip B-bang So-sopan y-ya?" ucap Sopan terbata-bata. Napasnya mulai terdekat, degup jantungnya mulai melemah, denyut nadinya juga mulai melemah. Dia mulai menutup matanya, tangisan Taufan tambah menjadi.

Sopan pingsan di pelukan Taufan, Taufan yang panik langsung membawa Sopan ke rumah sakit. Disana Sopan diperiksa dokter. 1 jam diperiksa dokter keluar dari ruangan dan menatap nanar Taufan.

"Keluarga pasien" tanya dokter kepada Taufan. Taufan mengangguk sebagai tanda jawaban.

"Huft, maaf kami tidak bisa menyelamatkan saudara Sopan. Saudara Sopan meninggal pada jam 11.42. saya sangat-sangat meminta maaf," ucap dokter tersebut sambil menahan tangis. Sontak Taufan menangis tersedu-sedu.

"Abang!! Hiks jangan tinggalin Ufan hiks, Ufan gabisa tanpa abang!! Bangun!! Hiks hiks hiks abang!!! Bangun!!" Tangis Taufan pecah begitu pilu. Ia menelpon Beliung Untuk mengabari orang-orang disana.

"Bang Liung hiks," ucap Taufan dalam telepon.

"Kenapa dek kok nangis?" tanya Beliung khawatir.

Taufan terdiam sejenak didalam telepon. Beliung bertanya-tanya ada apa dengqn adiknya.

"Ada apa sih dek kok diem?" tanya Beliung kembali.

"Bang Sopan hiks, Bang Sopan udah nggak ada hiks," Setelah mengucapkan itu Taufan langsung mematikan teleponnya.

Setelah Taufan mematikan telponnya, Taufan langsung memberikan pesan melalui chat kepada Gentar yang berada di asrama.

BHS (Binusa High School) (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang