Chapter 2; No Choice and About Kilau's Plan

146 19 2
                                    

Langkah kaki Kilau yang lemas—karena perkataan dari Baskara kalau dia akan menjawab apapun pertanyaan Kilau saat mereka bertemu nanti malam ditempat yang telah Kilau janjikan tetapi dia sudah memberitahu Kilau lebih dulu perihal Baskara yang tidak bisa menolak perjodohan yang direncanakan oleh Papi membuat kaki nya lemas seperti tak bernyawa.

Katanya pria itu tidak bisa menolak perjodohan mereka—perjodohan antara Kilau dan Baskara, tentu nya.

Entah apa alasannya, Kilau sendiri tidak tahu. Sebab tadi Baskara langsung buru-buru pergi meninggalkannya karena ada meeting di kantor.

Terus nanti malam saat mereka bertemu, mau membicarakan apa kalau sedari awal Kilau sudah mendapatkan jawaban dari tujuannya menemui Baskara?

Karena tujuan Kilau menemui pria itu adalah untuk bekerja sama menolak perjodohan ini atau ... menyuruh Baskara untuk menolak perjodohan mereka.

Tetapi dengan enteng nya Baskara bilang kalau dia tidak bisa menolak apapun yang sudah diperintahkan oleh Papi termasuk soal perjodohan ini.

Terus gimana dong? Ya kali perjodohan mereka benar-benar akan terjadi dan lalu mereka akan menikah tanpa cinta sama sekali!?

Nggak mau. Kilau nggak mau menikah dengan seseorang yang kenal deket aja nggak. Apalagi cinta.

Nggak munafik kan kalau Kilau juga ingin menikah dengan pria yang mencintai dia di balik keinginan terbesar sebenarnya adalah tidak mau menikah.

Huft ...

Kilau berkali-kali menghela napas kasar di sepanjang koridor apartemen nya. Berulang kali tubuhnya ikut melemas bersamaan dengan hembusan napas berat nya keluar.

Tampak frustasi, karena Kilau tidak memiliki plan b apabila kondisi saat ini—kondisi dimana orang yang akan dijodohkan dengan nya tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan perjodohan ini benar-benar terjadi.

Lalu dia harus apa sekarang!?

Cklek ...

Kilau membuka pintu apartemen nya setelah menekan beberapa digit password melalui smart lock door unit apartemen milik nya.

"Mami nggak nyangka hidup Mami akan se-frustasi ini kalau punya anak perempuan kayak kamu." Suara Mami terdengar ditelinga Kilau seolah menyambut kedatangan Kilau di dalam apartemen miliknya.

Kilau jelas mendongak, mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tamu apartemen yang luas itu.

"Mami?! Mami ngapain ke sini!?" Pekik Kilau saat matanya berhasil menangkap sosok Mami di kitchen bar tengah menyeduh kopi instan.

Kilau berjalan menghampiri Mami kemudian melakukan cipika-cipiki dan berakhir mencium kepala samping kiri Mami nya.

"Kamu itu ya ci! Memang sengaja bikin Mami frustasi ya?" Pertanyaan Mami membuat Kilau mengernyitkan keningnya.

Sembari mengambil air mineral dingin dari dalam kulkas, Kilau merespon, "Frustasi apa sih Mi? Hari ini kayak nya Kilau nggak bikin masalah apa-apa, kan?" Kilau menenggak air mineral dingin yang sebelumnya dia tuangkan ke dalam gelas kaca.

"Nggak bikin masalah?!" Ucap Mami mengulang perkataan Kilau dengan penuh penekanan pada kalimatnya.

Kilau menyudahi minum nya, kemudian mendekati Mami lagi. "Iya. Hari ini Kilau baik-baik aja dan nggak bikin masalah apa-apa. Jadi Mami kenapa harus frustasi lalu tiba-tiba banget datang ke apartemen ku siang-siang begini?"

Mami mendelik tajam, menghentikan pergerakan tangannya yang tengah menuangkan kopi instan nya ke dalam gelas kecil khusus kopi. Lalu beralih menatap Kilau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Now We're Creating BoundariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang