BAB 85 Lie

2K 92 14
                                    

Jiheon tiba-tiba tertawa pelan sambil menatap tajam ke arah Eunyeop. Lalu.

"Kamu gila."

Eunyeop bingung.

"...Apa?"

"Oh, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir sendiri."

"..."

"Sudah malam, jadi cepatlah pergi. Kembalikan kartu akses dengan benar."

Jiheon membuka pintu lebar-lebar. Eunyeop mendapati dirinya dalam posisi di mana ia harus pergi sebelum ia benar-benar dipecat.

Begitu dia melangkah keluar, pintu langsung tertutup rapat. Tingkah Jiheon membuat Eunhyup geram.

***

Drrrrrrrring.

Jung-oh terbangun karena suara telepon genggamnya bergetar keras.

"Halo..."

[Bu, bangun!]

Suara putrinya menggelegar di ponsel, diikuti suara tawa mendengkur dari luar ponsel. Yena, yang sudah bangun lebih dulu, menelepon Jung-oh dari ponselku.

Dia tampak bersemangat sekali.

"Yena, di rumah nggak apa-apa. Tapi di tempat penitipan anak, kamu nggak boleh main begitu, ya?"

"Bu, aku tidak menyalakan teleponku di tempat penitipan anak."

Yena menjawab dengan riang. Melihat putrinya yang bersemangat sejak pagi membuat wajah Jung-oh berseri-seri.

Namun, ia tak dapat menahan rasa khawatirnya terhadap naik turunnya emosi putrinya akhir-akhir ini. Ia merasa khawatir melihat putrinya sering menangis.

"Putri Yena, lihatlah Ibu."

"Ya."

"Yena akhir-akhir ini terlalu sering menangis. Mari kita coba untuk tidak menangis hari ini, oke?"

desak Jung-oh sambil menepuk bahu Yena.

"Ya."

Yena mengangguk penuh semangat dengan ekspresi penuh tekad di wajahnya.

Jung-oh memeluk Yena dan mendesah pelan. Dia merasa bersalah atas air mata yang sering mengalir di pipi putrinya dan kondisi pikirannya yang tidak stabil. Dia bertanya-tanya apakah dia telah memberikan terlalu banyak tanggung jawab kepada putrinya di usia yang seharusnya dia butuhkan untuk dicintai dan dihangatkan tanpa harus tahu apa yang dilakukan orang dewasa.

Namun, tidak ada pilihan lain selain menghadapinya. Ia tahu bahwa begitu mereka berhasil melewati rintangan ini, putrinya akan lebih bahagia.

"Saya harap kamu bisa menyapa Ayah besok pagi."

Jung-oh mengungkapkan keinginannya sambil memperhatikan reaksi Yena.

Sulit untuk membaca pikiran batin Yena saat dia memutar matanya.

"Apakah itu masih tidak mungkin?"

Yena bertanya setelah beberapa saat.

"Bu, benarkah laki-laki itu benar-benar ayah Yena?"

"Tentu saja!"

Itulah pertama kalinya Yena bertanya tentang ayahnya dengan jujur. Tampaknya ada secercah harapan. Jung-oh memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi tahu Yena kebenarannya.

"Yena, Ayah benar-benar mengalami kecelakaan mobil besar dalam perjalanan ke Yena saat dia masih dalam kandungan ibunya. Jadi dia lupa jalan untuk menemui Yena."

"..."

"Yena tidak suka disuntik karena sakit, kan? Ayah disuntik dengan rasa sakit itu selama beberapa bulan. Ia sangat terluka sehingga harus menjalani operasi dan minum banyak obat."

A Child Who Looks Like MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang