02# PERJUANGAN KAZIM

81 22 4
                                    

"Ketika saya jatuh cinta, maka yang timbul dalam pikiran saya bukan lagi soal apakah dia mau dengan saya, tapi berjuang dan berjuang untuk mendapatkan restu takdir."

-kazim Zeehan-

🦋🦋🦋

"Mbak, minta tolong riasannya jangan terlalu mencolok ya. Nanti kerudungnya jangan diikat ke belakang, julurkan ke bawah dadanya saja. Gak apa-apa gak rapi, yang penting bentuk tubuh istri saya tidak kelihatan," pesan Kazim.

Sang perias mengangguk, menahan senyum. "Siap, Mas."

Dari pantulan cermin, Syafa melirik pemuda itu sinis. Mengetahui itu, Kazim mengerlingkan matanya. Syafa buru-buru mengalihkan atensinya. Menyebalkan sekali!

Aksi keduanya itu tidak lepas dari kesadaran sang perias. Dia sampai geli sendiri dan menyimpulkan, bahwa pengantin yang akan diriasnya ini dijodohkan secara paksa.

"Mbak, kalau ada apa-apa atau istri saya butuh sesuatu tinggal panggil saya saja di bawah ya. Soalnya kalau istri saya ini tidak mungkin manggil saya, dia masih malu sama saya."

"Oke, Mas."

"Bisa diam, nggak?" Syafa geram.

Kazim terkekeh. "Kenapa, Sayang?"

Kazim sudah bergerak meninggalkan kamar, waktu Syafa ingin menimpuknya dengan sisir. Tawa sang perias pecah saat itu juga.

"Kalian ini lucu sekali. Biasanya yang seperti kalian ini yang langgeng."

Tidak Syafa hiraukan perkataan periasnya itu. Hatinya masih dongkol sejak tadi pagi. Bagaimana tidak, kemarin malam, sebelum Syafa tidur, Kazim pamit pulang ke rumah orang tuanya. Ia pikir Kazim akan tidur di sana, sehingga ia tidak tidur satu ranjang dengannya. Mana tahu, ketika Syafa bangun tidur sudah ada tangan Kazim yang kurang ajar memeluk pinggangnya.

🦋🦋🦋

Sebagaimana yang tertera dalam surat undangan, jam 10.30 menit, tamu-tamu sudah membanjiri kediaman Ust. Syahdan. Tetangga, sanak saudara, teman, sahabat karib, dan alumni serta wali santri Madrasah yang didirikan Ust. Syahdan dari berbagai belahan bumi berkumpul, mempererat tali silaturahmi.

Sejenak suara backsound nasyid tergantikan oleh intruksi MC, menyuarakan penyambutan pengantin perempuan. Semua mata mulai menyorot ke arah Syafa, menilik penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sempurna. Syafa menelan salivanya. Berada di tengah lautan manusia dan menjadi objek utama membuat ia gugup luar biasa.

Bak pangeran berkuda putih, Kazim dari arah berlawanan mendekatinya, menyuguhkan senyum menenangkan, sejenak mengalihkan perhatian Syafa.

"Anti jamiilah jiddan," ungkapnya begitu sampai di depan Syafa, menatap perempuannya penuh kagum.

Kalau bukan di depan banyak orang, sudah Syafa pelototi pemuda itu.

Kazim berjongkok, mengulurkan tangannya pada Syafa, sontak membangkitkan histeris semua orang. Agak was-was, Syafa menerima uluran tangan Kazim yang besar lalu keduanya melangkah berdampingan menuju singgasananya, bak raja dan ratu.

Di pertengahan jalan, kaki Syafa tiba-tiba keseleo, kurang pandai membawa high heels-nya, untung Kazim sigap mehanan pinggangnya. Menyadari itu, Syafa tidak mampu mengontrol ekspresi wajahnya. Gadis itu langsung memasang wajah jutek pada suaminya.

30 AKSARA MAHABBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang