Keseharianku di sekolah selama satu minggu sama sekali tidak ada yang berubah. Tidak ada satu pun yang mengajakku berkenalan, dan bahkan berbicara pun tidak. Tapi bagiku itu tidak masalah, dan aku sudah terbiasa dengan situas ini. Aku lebih suka sendirian, karena aku tidak tahan dengan keramaian. Suara bising bisa membuatku pusing. Dan aku harap suasana di kelas bisa tidak terlalu berisik.
Hari Senin sebagai pembuka pekan telah tiba, aku pergi ke sekolah dengan semangat. Dan tetap saja aku pergi sendirian sambil membaca buku saku yang kubawa.
Aku pergi menuju kelas dengan berjalan secara perlahan.
Pelajaran pertama di hari senin adalah pelajaran matematika, dan aku baru ingat bahwa hari ini ada ulangan harian. Walau pun aku baru belajar matematika selama satu pertemuan, tetapi untungnya aku benar-benar memperhatikan dan mencatat pembelajaran minggu lalu. Jadi, aku tidak perlu belajar lagi.
Kami memberi salam kepada guru, lalu ia membagikan lembar soal ujian dan lembar jawaban secara bergantian kepada semua murid di kelas. Setelah semuanya mendapatkan lembar soal dan lembar jawaban, ujian pun dimulai.
Suasana dikelas mendadak hening saat ujian dimulai, mereka semua terlihat bersungguh-sungguh saat tengah mengerjakan soal. Dan aku berharap keheningan ini berlangsung selamanya.
Aku mengerjakan soal ujian satu persatu dengan tenang, karena aku paham betul dengan pembelajan yang disampaikan minggu kemarin.
Satu setengah jam telah berlalu, waktu ujian pun telah selesai. Kami diminta untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar jawaban ke barisan yang berada di paling depan dengan estafet, lalu mengumpulkannya lagi ke meja guru.
Tanpa kusadari satu minggu telah berlalu. Nilai hasil ulangan telah dibagikan oleh guru di hari yang sama dan di jam yang sama pula saat ulangan berlangsung. Entah mengapa tiba-tiba terpikir olehku tentang itu... Ah, rasanya seperti Deja Vu. Tampak wajah siswa yang terlihat muram, mungkin karena nilai yang tidak memuaskan. Dan ada juga wajah yang tampak puas dengan hasil ujiannya, dan aku salah satunya.
Bel istirahat telah berbunyi. Seperti biasa aku akan membeli Mie Ayam dan teh manis di kantin. Tiba-tiba guru menyuruhku untuk menyimpan beberapa buku di perpustakaan, lalu aku menerimanya. Aku pun memasuki perpustakaan. Tidak ada seorang pun di sana, hanya sinar matahari yang masuk dari jendela yang terbuka dan angin kecil yang berhembus ke wajahku. Lalu aku menyimpan buku-buku itu di tempat yang guruku pinta. Aku berpikir bahwa perpustakaan adalah tempat yang paling cocok untukku, di sana sangat nyaman.
Aku pergi ke kantin untuk membeli makanan yang biasa kubeli. Setelah mengantri panjang, akhirnya aku bisa membelinya. Aku berjalan menuju meja yang kosong, tiba-tiba datang seorang siswa lelaki yang sedang berlari dan menyenggol tanganku. Lalu minumanku tumpah. Ini adalah hari sialku.
"Hey, maaf. Aku tidak sengaja" Ucapnya sambil berlari.
Aku ingin sekali memarahinya, tetapi aku berpikir untuk apa aku memarahinya hanya karna segelas teh manis yang tumpah. Jadi kuurungkan saja niatku.
Aku hanya menatapnya dan diam. Dan aku harus membersihkannya sendiri, karena lelaki tadi langsung pergi tanpa membantuku. Lalu tiba-tiba datang seorang gadis yang entah datang dari mana menghampiriku.
"Hey, apa kau tidak apa-apa? Sini biar kubantu" Ucapnya.
"Oh, terimakasih. Itu sangat membantuku"
"Hey, bukankah kau teman sekelasku? Namaku Hana" Ujarnya sambil berjabat tangan.
"Baiklah"
Kami pun membersihkannya sambil dilihat oleh siswa-siswa yang ada di sekitar kami.
Bel pulang sekolah telah terdengar. Semua teman sekelasku bergegas meninggalkan ruangan kecuali aku, karena aku ingin merasakan lagi suasana hening yang kusukai itu sejenak di ruangan kelas. Setelah itu aku pergi meniggalkan ruangan kelas. Tiba-tiba datang guru yang menyuruhku menyimpan buku di perpustakaan tadi.
"Selamat sore. Maaf, aku tadi merepotkanmu, aku sangat terbantu. Terimakasih"
"Tidak apa-apa. Lagian, perpustakaan dengan kantin itu searah. Jadi itu tidak sama sekali merepotkanku"
"Baiklah" Jawabnya.
Tiba-tiba aku teringat tentang perpustakaan yang tidak ada pengurusnya itu. Lalu aku bertanya.
"Apakah perpustakaan tidak memiliki pengurus? Aku tidak melihat siapapun disana"
"Belakangan ini pengurusnya sedang sakit, dia tidak masuk sekolah"
"Kalau begitu, bolehkah aku yang mengurus perpustakaan itu? Mungkin itu adalah tempat yang cocok untukku"
"Baiklah. Mulai besok kau boleh mengurusnya"
Aku berterimakasih kepadanya. Lalu aku bergegas pulang ke rumah dengan perasaan yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Aster di Bulan September
Short StoryDi Bulan September, sinar mentari memeluk bumi dengan lembut, menandakan kedatangan musim gugur yang indah. Di antara hamparan hijau dan kuning yang berubah, seperti bunga aster mekar dengan anggunnya.