Perpustakaan sekolah. Hana tiba-tiba datang dengan mengucapkan sesuatu yang aneh ketika aku sedang sibuk melaksanakan tugas sebagai pustakawan, aku memeriksa apakah urutan buku-buku yang tersusun di rak yang agak berdebu itu sudah benar.
Terdengar helaan napas serta langkah senangnya yang berbalik arah di belakangku.
Aku menoleh sekilas, dengan posisi badan tetap mengarah ke rak buku. Kudapati seorang gadis dengan wajah penuh keceriaan. Dia memberiku senyuman kepadaku seolah sedang mengejekku.
Pada cuaca yang dipengaruhi pemanasan global seperti ini, walaupun menginjak bulan Juli, pendingin di perpustakaan tidak terasa sejuk sama sekali.
Dia selalu memberiku pertanyaan yang aneh. Aku terpaksa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkannya dengan penuh semangat itu.
Aku melanjutkan pekerjaanku dalam diam, selanjutnya kepala pustakawan datang untuk memanggil kami.
Ternyata sudah waktunya menutup perpustakaan. Kami pun menandai bagian yang telah kami periksa dengan sebuah buku yang agak condong ke depan. Kami segera meninggalkan ruang arsip setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal di sekitar kami.
Begitu berada di luar, angin sejuk dari pendingin yang tersebar di perpustakaan menerpa badan kami yang berkeringat, membuat kami merinding.
"Sejuk sekali..."
Berputar kegirangan lalu masuk ke meja informasi perpustakaan. Dia mengeluarkan handuk dari dalam tasnya, lalu mengelap wajahnya. Aku pun mengikutinya masuk ke meja informasi lalu mengelap tubuhku yang basah.
"Terimakasih. Sudah saya tutup, jadi santai saja. Ini ada teh dan kue"
"Wah, terimakasih!"
"Sama-sama"
Kuperhatikan perpustakaan setelah meneguk teh gandum dingin dari kepala pustakawan tadi. Sepi, tidak ada seorang pun di dalam.
"Kuenya enak"
Gadis yang selalu berkomentar baik itu bergegas mengambik kursi di balik meja informasi lalu duduk santai di sana. Aku pun mencomot sebuah kue, kemudian duduk di kursi yang kugeser sedikit manjauh dari gadis itu.
"Maaf, ya. Padahal minggu depan kalian berdua ada ujian"
"Tidak apa-apa, Bu. Kami termasuk murid-murid yang selalu mendapat nilai yang lumayan. Benar kan?" Ucap gadis itu.
"Yah, kalau kita menyimak pelajaran" Jawabku sekadarnya. Kugigit kue tersebut. Enak.
"Kalian berdua sudah memikirkan universitas dan hal lainnya? Hana bagaimana?"
"Aku belum memikirkannya. Ah, maksudku sudah aku pikirkan, tetapi baru berpikir saja"
"Bagaimana denganmu?" Sambil menunjukku.
"Aku juga belum memikirkannya"
"Jangan begitu. Hal itu harus dipikirkan dengan sungguh-sungguh"
Gadis itu mulai menceramahiku sambil mengambil kue untuk yang kedua kalinya. Kuabaikan ceramahnya, lalu kuminum seteguk teh gandum. Rasa teh gandum kemasan, rasa yang sudah familier di lidahku ini, enak.
"Kalian berdua harus memikirkan masa depan dengan serius. Kalau kalian lalai, tidak terasa usia kalian tahu-tahu sudah sama denganku"
"Uwahahaha, itu tidak mungkin"
"...."
Gadis itu tertawa lepas bersamanya, sedangkan aku hanya menggigit kue, menelannya bersama teh gandum, tanpa tawa.
Namun kutekankan, aku tidak tertawa bukan karena leluconnya terasa hambar. Melainkan karena aku kesal dengan raut wajahnya yang terlihat bangga, seolah mengatakan, 'Aku mengatakan hal yang lucu?'
Gadis itu memandangku serius dengan tatapan kesalnya ketika aku terdiam. Akhirnya kuputuskan untuk menaikkan sedikit sudut bibirku setelah melihat tatapan kesalnya.
Kami lalu memutuskan untuk pulang setelah setengah jam duduk-duduk di perpustakaan yang telah tutup.
Setibanya di loker sepatu, terdengar derap langkah anggota ekskul olahraga yang masih bersemangat berlatih di bawah matahari. Padahal sekarang sudah lewat pukul lima sore.
"Ruang arsip tadi panas, ya!"
"Iya"
"Besok kita harus melakukan tugas seperti tadi, ya? Itu kalau besok kita datang ke sekolah. Soalnya besok libur, kan"
"Iya"
"Kau dengar tidak?"
"Dengar"
Aku mengganti sepatu ruangan yang kupakai dengan sepatu loafer, lalu bergegas keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Aster di Bulan September
Cerita PendekDi Bulan September, sinar mentari memeluk bumi dengan lembut, menandakan kedatangan musim gugur yang indah. Di antara hamparan hijau dan kuning yang berubah, seperti bunga aster mekar dengan anggunnya.