bab 5

41 4 0
                                    


Setelah hari berkemah yang menyenangkan, Oline dan Ribka kembali ke rutinitas mereka. Suatu sore, mereka bermain di halaman belakang, berlari-lari dan tertawa. Oline, yang penuh semangat, selalu berusaha untuk menjadi yang tercepat. Ribka, yang mengikuti, mulai merasa tertekan untuk mengejar Oline.

"Oline, tunggu!" teriak Ribka, tetapi Oline terlalu asyik bermain. Mereka berlari dan melompati berbagai rintangan di halaman, sampai akhirnya Oline berlari terlalu kencang dan terjatuh. "Aduh!" jeritnya, langsung mengerang kesakitan.

Ribka yang melihatnya langsung berlari menghampiri. "Oline, kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan panik. Namun, Oline tidak hanya terjatuh, tetapi juga mulai merasakan pusing dan mual.

Ketika Oniel pulang kerja dan melihat situasi itu, ia langsung panik. "Oline, apa yang terjadi?" tanyanya cepat. Setelah mengetahui bahwa Oline jatuh karena berlari terlalu kencang, ia mengalihkan pandangannya kepada Ribka. "Kenapa kamu tidak menjaga Oline? Kenapa harus berlari begitu kencang?" suaranya meninggi.

Ribka merasa sangat tertekan. "Tapi, Papa, kami hanya bermain..." jawabnya dengan suara kecil, merasa tidak adil dipersalahkan. Oline yang masih duduk di tanah, memegang kepalanya, merasa bingung dengan situasi tersebut.

Indah yang mendengar keributan itu segera datang. "Sayang, ini hanya permainan. Oline juga harus belajar berhati-hati," ujarnya sambil menenangkan Oniel. "Ribka tidak bermaksud buruk. Mereka hanya anak-anak yang sedang bersenang-senang."

Oniel menatap Indah dengan frustasi. "Tapi Oline jatuh dan merasa sakit! Ribka harus lebih bertanggung jawab," balas Oniel. Indah menghela napas. "Oline juga harus mengerti batasannya. Kita tidak bisa menyalahkan Ribka sepenuhnya."

Saat Oline mulai merasa mual, Ribka merasa bersalah dan langsung merangkulnya. "Oline, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membuatmu jatuh," katanya lembut. Melihat hal itu, Indah merasa perlu memberi pengertian. "Ini saatnya kita semua belajar. Oline, kamu perlu lebih berhati-hati. Ribka, kamu juga harus bisa menjaga Oline."

Setelah itu, Indah membawa Oline ke dalam rumah untuk beristirahat. "Kau tidak apa-apa, Nak?" tanya Indah sambil membawakan air hangat. Oline mengangguk lemah, "Aku hanya pusing, Mama."

Sementara itu, Oniel menyadari bahwa ia terlalu cepat marah. Melihat Ribka yang tampak sangat sedih, ia merasa bersalah. "Maafkan Papa, Ribka. Papa hanya khawatir," ujarnya dengan lembut. Ribka mengangguk, "Aku mengerti, Papa. Aku hanya ingin bermain."

Indah mengajak Oline untuk beristirahat di sofa sambil mengusap kepalanya. "Jangan khawatir, sayang. Kita akan membuatmu merasa lebih baik," ujarnya sambil tersenyum. Oline, yang merasa tenang, mulai merasa lebih baik.

Beberapa jam kemudian, Oline sudah lebih baik. Ribka datang menghampiri dengan bingkisan kecil. "Ini untukmu, Oline," katanya sambil memberikan gambar yang ia buat. "Aku menggambarmu saat kita bermain bersama."

Oline tersenyum, merasa lebih bahagia. "Terima kasih, Ribka. Aku suka sekali!" Dengan demikian, suasana kembali ceria, dan mereka belajar bahwa dalam keluarga, penting untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain.

ondah (kisah oniel dan indah) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang