PY 6

1.1K 26 1
                                    

Seharian aku hanya berada di dalam kamar. Aku hanya tiduran karna kakiku masih terasa sakit untuk jalan. Bahkan aku mengajukan cuti ke kantor untuk 3 hari ke depan.

Aku masih kepikiran dengan apa yang terjadi kemarin malam bersama pak yan. Masih menjadi sebuah pertanyaan apakah pak yan sebenarnya juga sama seperti ku. Apa pak yan hanya gengsi. Atau lebih parahnya lagi pak yan tidak akan mau mengenal diriku lagi bahkan aku juga sudah berpikir jauh jika pak yan nanti akan mengusirku dari desa ini.

Kadang pula aku juga senyum senyum sendiri bisa merasakan kontol pak yan yang besar dan panjang itu.

Namun saat aku sedang melamun tiba tiba pintu diketuk oleh seseorang. Dengan penuh perjuangan dan menahan rasa sakit aku berhasil membuka pintu

Yang membuatku kaget adalah orang yg mengetuk pintu itu adalah pak yan membawa beberapa makanan dan sebuah kantong plastik.

"bapak kira ngak ada orang dirumah" ucap pak yan yg sudah menunggu dari tadi.

" maaf pak. Lama bukanya kaki masih sakit"

" ya sudah sini bapak urut. Oh iya ren ini bapak bawakan makanan dari rumah dikasih sama yg hajatan di kampung sebelah tempat ibu bantu bantu"

" makasih pak ngak perlu repot repot juga." ucapku

" ngak repot daripada ngak ada yang makan lagian istri bakal nginap disana lagi. Bapak ngak diijinin masuk ?" jawabnya.

" oh sampai lupa. Masuk pak. Maaf kalau perlu kopi bapak bikin sendiri. Anggap rumah sendiri. Maaf kaki sakit"

" harusnya bapak yang minta maaf baru datang sekarang"

Entah mengapa hatiku rasanya berbunga bunga melihat pak yan datang ke sini.

Apalagi melihat pak yan yang begitu tampan menggunakan polo shirt warna ungu dipadu dengan celana panjang hitamnya.

"bapak boleh urut kakimu ren ?" ucap pak yan mengagetkan ku.

" memang nya bapak bisa?"

" bisa sedikit sedikit kalau hanya urut. Sekalian bapak nanti pasang perbannyanya"

" boleh sih pak. Tadi hanya minum obat pereda nyeri saja . Kata papap suruh urut dan pasang perban"

" mau diurut sekarang" tanya pak yan.

" boleh pak"

" ya udah ke kamar saja. Biar kamu tiduran"

Aku sempat kaget dengan apa yang dikatakan pak yan. Pikiran ku mulai kemana mana akankah benar sebenarnya pak yan juga menyukaiku.

Tanpa aku sadari karna memikirkan yang tidak tidak kontolku juga ikutan berdiri. Setelah sampai dikamar dengan di bantu pak yan untuk berjalan aku segera tiduran dan menutup bagian celanaku dengan guling malu kalau sampai pak yan melihatnya.

Pak yan juga langsung mengambil minyak urut dari kantong yg dibawanya

Sesekali aku mengerang bahkan teriak karna rasa sakit akibat pak yan mengurut kakiku yang terkilir. Walau sebenarnya kebanyakan aku selalu memandangi wajah pak yan.

Hari sudah berganti malam ketika pak yan selesai mijit dan memakaikan perban di kakiku. Pak yan sendiri juga langsung cuci tangan dengan sabun.

Setelah pak yan kembali pak yan segera duduk di kursi samping tempat tidurku sambil menyalakan rokok.

Kenapa dari tadi memandangi bapak seperti itu dan kenapa ditutupi sama guling.

" bapak harusnya sudah tahu alasannya. Tidak perlu saya perjelas." ucapku.

" bapak kalau mau bikin kopi atau masak mie bikin sendiri ya" ucapku mencoba mengalihkan pembicaraan.

Pak yan keluar dari kamar dan menuju dapur untuk membuat kopi sendiri.

Aku hanya bisa diam dan mencoba mengendalikan semua yang terjadi.

Kemudian pak yan datang kembali ke kamar dengan membawa dua cangkir kopi.

" mau ngobrol disini? " tanyaku lagi.

" kenapa tidak boleh ??."jawab pak yan.

" bukannya tidak boleh pak . Saya kira mau di ruang tamu" ucapku sambil salah tingkah.

Kami mengobrolkan banyak hal. Mungkin apa yang aku pikirkan selama ini salah. Hanya dugaan ku saja. Dan kami tidak sedikitpun menyinggung masalah kemarin . Walau sebenarnya aku masih sering mencuri curi pandang ke pak yan

Tetanggaku Pak YanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang