Chapter 4

35 3 0
                                    

"MAMA PAPA" Abin kecil terus menangis sambil memanggil kedua orang tuanya.

"Abin, Abang minta maaf, jangan nangis" ucap Asta sambil memegang kedua tangan adiknya, tetapi Abin dengan cepat menepis tangan Abangnya dan kembali berteriak. "MAMA PAPA" Ucapnya.

"Ada apa, sayang?" Amora dan Roni datang dengan wajah khawatir.

"Abang patahin robot kesayangan Abin" ucap Abin sambil menunjuk ke arah robot kesayangannya, tentu saja dengan air mata yang terus bercucuran.

"Abang gak sengaja, Mah, Pah" kini Asta menunduk, ia takut akan dimarahi oleh kedua orang tuanya.

"Abang udah minta maaf?" Tanya Roni yang sekarang berjongkok sambil mengelus rambut lembut milik Asta.

"Udah" Asta mengangguk pelan.

Kini pandangan Roni beralih kepada Abin kecil yang masih menangis sambil menatap robot kesayangannya yang patah.

"Abin, Abang udah minta maaf loh, udah yah, besok papa belikan yang baru" ucap Roni lembut sambil memegangi kedua tangan Abin.

"ABIN MAUNYA ROBOT INI!!!" Abin kecil menepis tangan Roni dan berlari menuju Amora yang masih berdiri memerhatikan mereka dari tadi.

"Mama, Abang rusakin robot Abin" ucapnya sambil memeluk tubuh mamanya.

"Abin, Papa kan sudah janji mau belikan yang baru besok, jadi udah yah, jangan nangis" kini Amora berjongkok sambil mengusap air mata Abin yang masih mengalir di pipi bulatnya.

"Bagaimana kalau kita keluar, mama belikan eskrim semangka kesukaan kamu" sambung Amora.

"Eskrim?" Tanya Abin memastikan.

"Iya, sayang"

"ABIN SUKA ESKRIM!!" Kini Abin tertawa kegirangan.

"Abang juga mau" ucap Asta pelan.

Amora yang mendengar itu kembali menatap Abin dengan lembut. "Abin, Abang mau eskrim juga, gapapa Abang ikut kita?" Abin menengok ke arah Asta yang masih memasang wajah bersalah karena telah merusak mainannya.

"Boleh, tapi Abang harus peluk Abin" mendengar itu, tanpa pikir panjang Asta segera memeluk tubuh kecil adik kesayangannya itu. "Maafkan Abang, yah" ucapnya.

"Gitu dong, anak-anak kesayangan Papa harus saling sayang seperti ini" Roni pun ikut memeluk kedua anaknya dengan penuh kasih sayang, tak lama setelahnya Amora juga ikut dalam pelukan hangat mereka.

-----

"Abin" terdengar suara wanita yang sedang memanggilnya dari dalam mobil. Wanita itu adalah Nasya.

"Abang mana kak?" Tanya Abin ketika melihat Nasya yang berada di dalam mobil.

"Masih di kampus, ada rapat katanya. Jadi gue yang jemput lo"

"Aku pulang naik ojek aja kak, makasih" baru saja Abin akan melangkahkan kakinya pergi, terlebih dahulu tangannya ditarik oleh Nasya. "Gue mau lanjutin omongan gue tadi pagi" ucapnya serius.

"Abin!!" Tiba-tiba saja Naira datang sambil membawa motor datang menghampiri Abin dan Nasya yang sedang berbincang.

"Kita kerja kelompok di rumah gue aja, naik buruan" sambung wanita itu. Sebenarnya Abin dan Naira tidak ada tugas kelompok sama sekali, Naira berbohong karena melihat Abin seperti tidak nyaman bersama wanita asing yang tidak Naira kenal.

"Sorry Nai, tapi gue pulang bareng Kak Asya" setelah itu, Abin pun masuk ke mobil.

Setelah beberapa menit terdiam di mobil, akhirnya Nasya pun membuka percakapan. "Maaf yah, Bin, udah bohong, jangan marah lagi" ucapnya.

"Aku gak marah kak, aku cuma nurutin kemauan mama. Dia larang aku buat dekat-dekat Kak Asya"

"Lo seriusan mau kayak gini, Bin? Gue selalu ada buat lo kapanpun, gue selalu jadi tempat lo buat cerita, serius lo mau ngejauh dari gue setelah apa yang gue lakuin?"

"Kenapa malah ungkit-ungkit itu sih kak"

"Biar lo gak ngejauh" jawab Nasya cepat.

"Lo itu gak perlu selalu nurut apa kata orang tua lo, Bin. Tante Mora, dia suruh lo buar menjauh dari gue karena gak mau Asta cemburu, tapikan Asta gak cemburu, dia fine-fine aja kita deket" sambungnya.

"Tapi, semakin deket, semakin aku berharap sama Kak Asya"

"Abin, kenapa diam? Lo dengerin gue kan?" Tanya Nasya karena melihat Abin yang hanya terdiam tanpa menjawabnya sama sekali.

"I-iya kak, aku dengar"

"Jangan jauhin gue yah, Bin. Kalau gak ada lo, gue gak punya adek" ucap Nasya sambil mengacak rambut adik dari pacarnya itu.

"Kak Asya kenapa bisa suka bang Asta?"

Mendengar pertanyaan Abin itu, Nasya langsung tersenyum salah tingkah. "Gue udah suka sama Asta sejak kelas 1 SMA. Gue suka dia karena dia ganteng, makanya gue langsung nembak dia, dan berakhir di tolak" jelasnya sambil tertawa.

"Awalnya gue emang suka Asta karena dia ganteng, tapi semakin kenal dia, gue gak cuma suka tampangnya, tapi semuanya, semua tentang Asta gue suka, termasuk elo, karena elo orang yang paling Asta sayang" sambungnya.

"Awalnya gue deketin lo, gue baik sama lo supaya bisa menarik perhatian Asta. Gue mau nunjukin kalau selain suka sama dia, gue bisa sayang sama orang yang dia sayang juga. Tapi, semenjak deket sama lo, gue jadi beneran sayang sama lo, gue yang anak tunggal kesepian, jadi ngerasain punya adek yang harus gue sayang dan jaga, makanya, jangan menjauh dari gue, gue gak mau kehilangan adik" jelas Nasya sekali lagi.

"Maaf yah kak, udah bersikap dingin kemain" ucap Abin sambil menundukkan kepala.

"Yang penting jangan gitu lagi, Oke?" Nasya kini mengelus rambut milik Abin dengan lembut.

"Nah gitu dongg, kalian harus selalu akur" Abin terkejut ketika tiba-tiba saja Asta muncul dari kursi belakang. Rupanya, Asta dari tadi bersembunyi di bagasi karena ingin Abin dan Nasya berbicara berdua.

"Sya, kita mampir ke toko eskrim dulu yah, aku mau beliin eskrim semangka kesukaannya Abin" Nasya pun mengangguk mengiyakan.

"Gue udah gede kali, Bang, gak perlu eskrim" tolak Abin.

"Emangnya ada aturan anak SMA gak boleh makan eskrim? Engga kan? Lagian, sampai kapanpun, lo tetap anak kecil dimata gue"

Nasya hanya tersenyum melihat tingkah kakak beradik itu, ia senang karena bisa berada ditengah-tengah mereka, ia senang karena mempunyai pacar dan adik yang manis seperti mereka.

"Kalian disini aja, biar gue yang beli eskrim nya" ucap Nasya lalu ia pun pergi dari sana. Asta yang melihat kursi sopir kosong pun segera pindah kesana.
Setelah beberapa menit saling diam, Abin terlebih dahulu membuat suara. "Bang..." Ucap Abin tanpa menengok sama sekali ke arah Asta.

"Bang, gue mau ngomong"

"Apa?"

Abin pun menoleh ke arah jendela mobil melihat ke arah Nasya yang sedang mengantri di kasir. "Gue suka Kak Asya" ucapnya.

"Maksud-"

"Tapi gue juga suka sama lo, makanya gue seneng kalian pacaran"

"Bin..."

"Kalian harus tetep pacaran yah, Bang. Jangan sakitin Kak Asya"

"Bang Asta..." kini Abin menoleh ke arah Asta yang menatap dengan tatapan bersalah. "Gue bilang ke elo bukan karena gue mau merebut Kak Asya, tapi karena gue gak mau menyimpan rahasia dari lo. Jadi, jangan tatap gue kek gitu" Asta tersenyum kecil lalu mengangguk.







Haiii ini author, kalian gak penasaran gitu kenapa keluarganya Abin yang semula cemara, tiba-tiba berubah? Kalau penasaran, tungguin terus updatenya yahh💓💓💓

Rumah Ternyaman Untuk Abin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang