Selamat malam semuanya
Welcome to my new story again!!
Wkwk, sampai skrg belum punya pembaca setia nih...
Oke, gak apa kalo kalian ga suka ataupun ga tertarik, karena aku nulis ini untuk hiburanku juga kok.
Happy enjoy!
***
- P R O L O G -
"Selamat pagi, Nona Ellie! Cepat bangun sekarang, jadwal-mu padat sekali hari ini!"
Ellie membuka matanya dengan susah payah ketika Emily, pengasuhnya itu menarik selimutnya dengan paksa. Gadis dua belas tahun itu menghembuskan napas kasar.
"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?"
"Ya, begitulah."
"Apa kubilang. Akhirnya aku berhasil menghalangimu untuk kabur dari kamar di tengah malam." celetuk Emily sambil bergerak membuka tirai-tirai jendela besar kamar Ellie. "Kau bermimpi indah?"
Gadis dua belas tahun itu tersenyum kecil, dia mengangguk samar. "Sangat indah." ungkapnya.
"Oke, ceritakan tentang mimpi indah-mu sambil bersiap-siap. Satu jam lagi Nona Olina, guru matematika-mu datang. Itu waktu yang pas yang untuk mandi, berganti pakaian, dan sarapan. Kau juga punya sedikit waktu kosong pagi ini." oceh Emily tanpa henti.
***
"Kau tahu aku bermimpi apa?"
"Tidak tahu, karena aku tak bisa membaca pikiranmu."
"Aku bermimpi bertemu dengan Ayah dan Ibu." ujar Ellie dengan raut wajah gembira. Berusaha melupakan bahwa pertemuan itu hanyalah pikiran alam bawah sadar. "Saat itu usiaku tiga tahun, dan kami sedang piknik makan siang di halaman rumah. Lebih tepatnya di bawah pohon dedalu yang teduh."
Emily agak kaget saat mendengar kalimat Ellie. Tapi dia berusaha tenang. "Oh, baguslah. Tapi satu hal yang harus kau ingat, orangtua-mu sudah mati bahkan sebelum kau berusia tiga tahun karena mati tenggelam dalam kecelakaan kapal. Oke?"
"Tidak bisakah kau ikut berbahagia untukku?" Ellie menekuk alis. "Atau setidaknya, berpura-pura bahagia?"
"Tidak bisa, karena itu hanya mimpi, Nona."
"Dasar manusia tidak memiliki hati." ejek Ellie.
"Bisa kau diam atau takkan ada panekuk lagi sebagai sarapan?" ancam Emily dengan tajam.
"Ya, ya. Aku akan diam."
Emily membukakan pintu ruang makan untuk gadis itu, lalu dia juga menarik salah satu kursi dan memberi aba-aba pada para pelayan lain untuk menyajikan sarapan.
Ellie memasang serbet di kerah gaunnya. Gadis itu terlihat manis sekali saat rambut pirangnya yang agak ikal diikat dengan pita merah muda, dan dia mengenakan gaun berwarna biru kesukaannya.
"Panekuk lagi, panekuk lagi." celetuk Ellie, dia melirik ke arah Emily yangberdiri belakangnya, seolah sengaja memancing amarah pengasuhnya itu.
"Kau yang meminta panekuk sebagai sarapan setiap hari." Emily mendengus kesal melihat kelakukan nona muda-nya itu. Dia hanya bisa memperhatikan Ellie yang dengan lincahnya menuang sirup mapel ke panekuknya sampai-sampai piringnya kepenuhan.
"Yeay, panekuk lagi untuk seumur hidup." ujar gadis itu seraya mulai mengiris satu persatu tumpukan panekuk itu.
Tidak ada suara lagi di ruang makan besar itu kecuali suara garpu dan pisau yang berdenting dan kunyahan gadis dua belas tahun yang selalu terlihat butuh pelajaran tata krama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ellie: di Balik Gerbang Akademi
Teen FictionEllie Johnson tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis ketika ia diculik dan didaftarkan ke Akademi Eudaimonia, sekolah terbaik di negara itu. Menyembunyikan identitasnya sebagai Ellie Foster tanpa mengerti alasannya, ia harus menghadapi h...