MIDNIGHT 0.1

432 48 11
                                    












"gua... bertaruh nyawa, kalau lo sampai kembali tunduk lagi dengan Nakamoto. gua nggak segan buat ngelakuin hal lebih agar lo balik lagi ke gua"

"hyung...."

"nggak ada yang bisa gua percaya lagi dari lo"

Perkataan itu, penjelasan itu. Haechan membuka matanya pelan, dan pusing langsung menyerangnya.

Masih di ruangan yang sama, dan haechan tak tahu berapa lama dia tak sadarkan diri. Mungkin hanya tertidur, atau hanya berpura-pura tidur?

Ruangan musik, haechan tau tempat ini. Di mansion ke 3 yuta yang berada di Korea. Lokasinya lebih jauh dari markas sebelumnya, tapi berada di jalan yang sama. Dan, mansion ini hanya di ketahui oleh beberapa orang saja. Bahkan, Chanyeol sekali pun tak berhasil mendapatkan keberadaan mansion itu.

Klik...

Pintu terbuka pelan, menampilkan sosok pria yang tak jauh tingginya dengan haechan. Mungkin perbedaan mereka hanya 2 cm? Dan takkan terlihat jelas jika berdiri secara berhadapan seperti sekarang.

"sebenarnya, gua nggak minat lagi buat ikut campur, tapi..."

"lo butuh duit?"

Fumiya, pria itu menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis, hampir seperti smirk yang membuat haechan menghelakan nafasnya pelan.

"nggak ada yang perlu gua usahakan lagi..." Fumiya melanjutkan jalannya, ke arah piano yang sering dia mainkan bersama haechan. Tidak, lebih tepatnya... "tapi lagi pula, gua nggak ada niatan buat bunuh lo" jari telunjuknya mulai menekan tuts piano itu, tersenyum kembali dan menatap ke arah haechan. "arigatou"

Sunyi, haechan tak membalas ucapan yang di lontarkan oleh Fumiya. Pikirannya melayang, bukan tentang kematian yang mungkin akan menjemputnya. Tapi tentang, ucapan donghyuck sebelumnya. Ucapan yang donghyuck katakan, saat akhir persetubuhan mereka.

"gua jadi bisa main piano karna lo, haha arigatou, gua..."

"apa yang paman janjikan?" potong haechan, dengan suaranya yang agak berbisik. tapi Fumiya mendengarnya dengan jelas, sebab posisi keduanya tak terlalu jauh.

Fumiya menghilangkan senyumnya, tatapannya terarah pada tangan haechan yang tampak bergetar dengan membentuk kepalan.

"hanya..."

Fumiya menghentikan ucapannya, saat pintu itu kembali terbuka. dan bahkan haechan juga langsung menatap ke arah pintu itu dan mendapatkan sosok Hokuto di sana.

Pria itu, Hokuto yoshino. Berjalan pelan ke arah haechan, hanya berjalan tiga langkah dari pintu dan dia berhenti dengan posisi yang masih jauh dengan haechan.

Hokuto menatap sebentar ke arah Fumiya, lalu kembali beralih pada haechan.

"ibu dan adik ku berada di tangan bangchan, aku baru saja bertemu dengan mereka." Hokuto tampak kembali melangkah ke arah haechan, sembari mengeluarkan pisau lipat dari kantong celana kanannya.

Fumiya mengerutkan keningnya, menatap heran pada tindakan Hokuto yang di luar dari ucapan Hokuto sendiri padanya.

"paman mu gila haechan, dia hampir membunuh adikku, bahkan temannya Daniel sudah memperkosa ibu ku, dan...."

haechan mendongakkan kepalanya perlahan, detak jantungnya pun terasa kencang. hokuto sudah berada dekat dengannya, bersama dengan pisaunya yang mengarah ke leher haechan.

"seharusnya, aku tak terlibat dari awal di kehidupan keluarga mu yang sampah." bisik Hokuto dengan nada yang dalam dan penuh dengan penekanan.

"dan seharusnya, lo bunuh gua lebih awal" balas haechan dengan mata yang terpejam, dia meringis pelan saat merasa benda pipih nan tajam dan dingin itu semakin menyentuh lehernya.



























ACE OF GANGSTERS | HAECHAN HAREM TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang