03. Bayangan yang menghantui

6 0 0
                                    

Haii haiiii

Gimana kabarnya?

Harinya gimana? Happy or sad?

Jangan lupa di tekan bintangnya yaaa

Plagiat=Dosa tanggung sendiri

Happy Reading
♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛

"Moga persahabatan kita tetap kayak gini sampai tua, tanpa ada pengkhianatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Moga persahabatan kita tetap kayak gini sampai tua, tanpa ada pengkhianatan."

- Reza Prasetya

*
*
*

Keesokan harinya, langit di atas sekolah tampak lebih suram dari biasanya. Awan kelabu menggantung rendah, seolah menekan segala sesuatu di bawahnya. Bima berjalan dengan langkah cepat menuju perpustakaan, tempat yang sudah mereka sepakati untuk bertemu. Semalam ia tidak bisa tidur, pikirannya terus dihantui oleh simbol di lengan Andra dan sosok bayangan hitam yang menghantuinya.

Saat tiba di perpustakaan, Bima menemukan Reza sudah di sana, duduk dengan resah di salah satu meja panjang. Buku-buku tebal dan lusuh berserakan di depannya. Bima menatap halaman-halaman buku tua itu dengan tatapan bingung.

"Nemu apa, Za?" tanya Bima sambil duduk di sebelahnya.

Reza menghela napas panjang, "Nggak banyak. Buku-buku ini tua banget, kayaknya udah jarang ada yang baca. Gue nggak tahu harus nyari dari mana.

Tak lama kemudian, yang lain mulai berdatangan satu per satu. Andra tampak paling cemas. Lengan kanannya tetap disembunyikan di balik lengan jaketnya, seolah ingin menghindari kenyataan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dirinya.

"Kita harus mulai nyari," kata Bima, memecah keheningan yang canggung. "Simbol itu... pasti ada hubungannya sama sesuatu di sini."

Mereka semua setuju, dan mulai menyusuri rak-rak perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-buku berdebu dan terlupakan. Arka dan Dafa fokus mencari di bagian sejarah sekolah, sementara Raka dan Gilang mencari di bagian mitologi dan cerita rakyat. Sementara itu, Bima, Reza, dan Andra, tetap di meja, mencoba menyaring buku-buku tua yang sudah mereka kumpulkan.

"Eh, liat ini," suara Raka tiba-tiba terdengar dari ujung rak.

Dia membawa sebuah buku tipis berjudul "Ritual Kuno dan Tanda-tanda Pengorbanan". Sampulnya kusam, dengan halaman yang menguning karena usia. Raka meletakkannya di meja, dan mereka semua berkumpul mengelilingi buku itu.

Bima membuka buku itu perlahan, halaman demi halaman. Di tengah-tengah, mereka menemukan gambar simbol yang mirip dengan yang ada di lengan Andra. Seketika, Mata mereka melebar.

"Ini dia," bisik Dafa, matanya terpaku pada gambar tersebut. "Tanda itu."

Mereka membaca dengan seksama deskripsi di bawah simbol itu. Tertulis bahwa simbol tersebut digunakan dalam sebuah ritual kuno untuk menandai seseorang yang telah terikat pada kekuatan gelap. Tanda ini tidak hanya menjadi pengikat jiwa, tetapi juga pengingat akan nasib yang tak terhindarkan—kematian berulang.

Tujuh Nyawa Kematian II ENHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang