06. Jejak yang menghilang

3 0 0
                                    

Halooo

Jangan lupa tap tap kalo suka yaa...

Happy Reading
♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛

Setelah kembali dari pertemuan dengan penjaga roh, ketegangan di antara mereka semakin terasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah kembali dari pertemuan dengan penjaga roh, ketegangan di antara mereka semakin terasa. Keterangan bahwa kutukan ini melibatkan tujuh arwah yang menuntut balas tidak hanya mengejutkan, tapi juga mendorong mereka pada kenyataan bahwa waktu terus berjalan. Andra tampak semakin lemah, dan simbol di lengannya semakin menghitam, seolah semakin kuat menggenggam hidupnya.

Mereka memutuskan untuk berkumpul di rumah Bima guna merencanakan langkah selanjutnya. Pikiran tentang nyawa untuk nyawa mulai menghantui mereka. Setiap dari mereka mencoba mencari cara untuk memecahkan teka-teki ini tanpa harus membayar harga yang tak terbayangkan.

"Kita harus nemuin cerminnya," kata Gilang tegas. "Penjaga roh bilang, itu kunci dari semuanya."

"Tapi kita nggak tahu di mana cermin itu sekarang," sahut Raka, menghela napas berat. "Perpustakaan itu udah kita telusuri, dan nggak ada apa-apa lagi di sana."

"Mungkin ada sesuatu yang kita lewatkan," ujar Reza. "Simbol-simbol itu… mereka kayak punya arti tersendiri. Kita harus lihat lebih teliti."

Gilang mengangguk, pandangan matanya tajam. "Mungkin kita bisa cari petunjuk lain. Ada beberapa arsip tua di ruang bawah tanah sekolah yang belum kita telusuri. Sekolah kita udah berdiri lama, mungkin ada sesuatu di sana yang bisa menjelaskan asal mula kutukan ini."

"Berarti ruangan bawah tanah adalah tujuan kita selanjutnya," Bima memutuskan. "Tapi kita harus lebih hati-hati. Kutukan ini bukan main-main. Setiap langkah kita bisa memicu sesuatu yang lebih buruk."

Malam itu, mereka memutuskan untuk menyelidiki ruangan bawah tanah sekolah. Perasaan gugup dan takut menyelimuti mereka, tapi tekad untuk menyelamatkan Andra lebih kuat dari segalanya. Ruangan bawah tanah di sekolah memang dikenal angker, apalagi di malam hari. Gemerisik angin yang menerobos celah jendela dan suara kayu tua yang berderak menambah suasana mistis yang semakin menghantui.

Namun, baru ingin beranjak pergi, ponsel Bima berdering, membuat langkahnya terhenti. Kemudian, Bima merogoh handphone di dalam saku, dia menghidupkan layarnya dan di sana tertera banyak notifikasi terbaru. Gegas Bima pun mengkliknya.

Beberapa detik kemudian, raut wajahnya berubah menjadi tegang, bibirnya bergetar hebat, keringat mulai bercucuran di area wajah. Sementara itu, para teman lainnya menatap heran kearah Bima.

"Bim, kenapa?" tanya Reza penuh selidik.

Bima tak menjawab, justru dia malah terdiam. Mencerna berita yang baru saja di lihatnya. Tubuhnya seketika lemas, akhirnya dia ambruk ke lantai dengan menangis sejadi-jadinya. Teman-temannya menatap cemas ke arah Bima. Serentak mereka berjongkok mengitari lelaki itu.

Tujuh Nyawa Kematian II ENHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang